Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (2)

Jersey polos menemani PSM akhiri puasa gelar di tahun 1992

Makassar, IDN Times - Jersey sebagai "pakaian perang" di mata para penikmat sepak bola seolah menjadi bagian penting dari perjalanan panjang sebuah kesebelasan. Pakaian mereka turut menjadi saksi bisu segala kesuksesan atau keringnya prestasi di lapangan hijau. Jatuh bangun hingga setiap tetes keringat yang mengucur turut dirasakan para pemain dalam balutan baju kebesaran.

PSM juga demikian. Sejak mulai merasakan ketatnya kompetisi nasional pada 1951, warna merah sudah identik dengan mereka. Berikut IDN Times sajikan secuplik perjalanan Pasukan Ramang serta jersey yang menemani mereka di masa-masa awal membangun reputasi sebagai raksasa dari Indonesia Timur.

Baca Juga: Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (1)

4. Dekade 1980-an, akhirnya keluar pakem

Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (2)Instaram.com/sulselfootballhistory

Setelah 30 tahun mengenakan jersey polos, PSM Makassar baru keluar dari pakem pada dekade 1980-an. Dengan masuknya Adidas sebagai apparel resmi, kali ini mereka tampil di kancah nasional memasukkan garis-garis vertikal yang sedikit mengingatkan pada kit Liverpool. Mode kerahnya pun mirip. Agaknya, The Reds memang menjadi kiblat lantaran waktu itu sedang merajai kompetisi Inggris dan Eropa.

Sayangnya, Juku Eja masih puasa gelar. Paceklik di pentas nasional sejak 1970-an tetap berlanjut. Dari tujuh edisi Kejurnas Divisi Utama PSSI, prestasi terbaik PSM waktu itu, yakni hanya menembus babak penyisihan kedua yang waktu itu dikenal sebagai Babak 6 Besar (1980, 1985, 1986, 1989/90) dan Babak 4 Besar (1983). Cerita lama terulang. Tangguh sepanjang fase penyisihan Wilayah Timur, kemudian melempem begitu bertemu para jawara dari Wilayah Barat seperti Persib, PSMS dan Persija.

Di musim 1986/87, PSM bahkan nyaris degradasi. Finis di peringkat 5 Wilayah Timur (waktu itu hanya diikuti 6 tim saja) membuat mereka harus mengikuti babak play-off. Turut serta antara lain Persiba Balikpapan (juru kunci Wilayah Timur), PSP Padang (peringkat 5 Wilayah Barat) dan Persiraja Banda Aceh (posisi buncit Wilayah Barat).

Beruntung ancaman turun kasta ke Divisi Satu berhasil dihindari. Kendati mengumpulkan poin yang sama dengan Persiba dan Persiraja, PSM finis di puncak klasemen grup play-off berkat torehan gol yang lebih banyak.

Pemain bintang : Mustafa Umarella, Alimuddin Umar, Malawing, Yosef Wijaya, Herman Kadiaman, Yusuf Malle, Hamid Achmad, Abdi Tunggal, Johnny Kamban

Baca Juga: Jalan Panjang PSM Makassar dalam Merajai Sepak Bola Indonesia

5. Musim 1991/92, sederhana namun bertuah

Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (2)Instagram.com/sulselfootballhistory

PSM mengawali dekade 1990-an dengan cemerlang. Dengan status underdog, anak asuh Syamsuddin Umar akhirnya sanggup merusak dominasi tim-tim asal Pulau Jawa pada Divisi Utama Perserikatan musim 1991/1992.

Josef Wijaya dkk waktu itu sudah melesat sejak awal-awal kompetisi. Mereka finis di peringkat tiga Wilayah Timur, kalah perolehan gol dari pemuncak klasemen Persebaya Surabaya dan runner-up Persegres Gresik kendati sama-sama mengoleksi poin yang sama yakni 13.

Lagi-lagi hal yang sama terjadi di Babak 6 Besar. Tergabung di Grup B bersama PSMS Medan dan Persegres Gresik, PSM lolos ke semifinal berkat dua hasil imbang. Sementara Laskar Ayam Kinantan maju sebagai juara grup, mengulang raihan di Wilayah Barat.

Bersua Persib di semifinal, PSM berhasil membukukan kemenangan 2-1. Drama terjadi di babak puncak, mereka kembali bersua PSMS. Di hadapan 50 ribu penonton yang memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno, final yang berlangsung pada 27 Februari 1992 tersebut berakhir dramatis.

Skor imbang 1-1 di waktu normal, pertandingan berlanjut ke babak tambahan waktu. Baru semenit extra time berjalan, gawang Maung Bandung sudah dibobol oleh Mustari Ato yang masuk sebagai pemain pengganti. Tak ada gol tambahan tercipta hingga peluit panjang dibunyikan wasit. Paceklik prestasi mayor selama 26 tahun akhirnya berakhir.

Yang unik, jersey edisi 1991/92 amat sederhana. Merah marun polos, tanpa logo klub atau apparel. Sederhana namun bertuah.

Skuad PSM di final : Ansar Abdullah; Bahar Muharram, Muhammad Ajis Muin, Anwar Liko, Jeffry Dien; Aji Lestaluhu, Yusrifar Djafar, Hasanuddin Tolla (Arman Dadi), Alimuddin Usman; Erwin Wijaya (Mustari Ato), Kaharuddin Jamal

3. Musim 1993/94, serba runner-up

Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (2)Instagram.com/sulselfootballhistory

Skuad PSM 1993/94 dari kiri ke kanan. Berdiri: Aji Lestaluhu, Bahar Muharram, Anwar Liko, Ansar Razak, Kaharuddin Jamal, Ansar Abdullah. Jongkok: Hariansyah, Arif Kamaluddin, Yusrifar Djafar, Ali Baba, Muhammad Ajis Muin.

Jadi musim terakhir Divisi Utama sebelum dilebur menjadi Ligina bersama kompetisi semi-profesional Galatama. Di edisi 1993/1994, PSM kembali diunggulkan sanggup berbicara banyak. Benar saja, perkiraan banyak pihak menjadi kenyataan.

Bersaing ketat dengan Persebaya di Wilayah Timur, Ajis Muin beserta kolega harus puas finis di peringkat kedua babak penyisihan pertama. Status yang sama kembali diperoleh ketika arungi Babak 8 Besar. Mereka kembali duduk sebagai runner-up Grup K di bawah Persib.

Setelah mengandaskan sang rival Bajul Ijo dengan skor tipis 1-0, PSM kembali bersua Persib di partai puncak. Bermain sama kuat 0-0 di fase 8 Besar, kali ini Pasukan Ramang harus mengakui keunggulan Persib.

Hampir 100 ribu pasang mata yang memadati SUGBK pada 17 April 1994 menyaksikan PSM bertekuk lutut dengan skor 2-0. Sepasang gol dari Yudi Guntara dan Sutiono Lamso ke gawang Ansar Abdullah sudah cukup untuk mengantar Robby Darwis dkk menyabet gelar juara sekaligus membalas kekalahan edisi 1991/92.

Pada edisi pamungkas Perserikatan, PSM masih mengenakan jersey merah marun. Namun jika sebelumnya polos tanpa hiasan, kali ini nomor punggung dan lambang kebesaran sudah tersemat di bagian dada.

(Bersambung)

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya