Union Saint-Gilloise, Klub Besar Belgia yang Terlupakan

Berusaha tunjukkan eksistensinya di Belgia

Liga Belgia kerap dipandang sebelah mata, sebab tidak masuk ke dalam lima besar liga sepak bola terbaik Eropa. Bahkan, kompetisi yang berjuluk Jupiler Pro League itu tak mampu menembus peringkat sepuluh besar turnamen domestik terbaik di Benua Biru. 

Meskipun demikian, klub asal Belgia tidak bisa dipandang sebelah mata ketika tampil di kompetisi antarklub Eropa. Selain Anderlecht, Club Brugge, dan Standard Liege, klub lain yang menunjukkan penampilan apiknya pada awal musim ini adalah Union Saint-Gilloise.

Di balik penampilannya, klub berjuluk Les Unionistes ini memiliki fakta dan kisah yang menarik untuk dibahas. Berikut beberapa fakta menarik Union Saint-Gilloise, klub besar Belgia yang terlupakan ini.

1. Union Saint-Gilloise resmi didirikan pada 1897

Union Saint-Gilloise, Klub Besar Belgia yang TerlupakanPemain Union Saint-Gilloise yang ikut sesi foto sebelum memulai pertandingan. (instagram.com/rusg.brussels)

Union Saint-Gilloise atau lengkapnya Royale Union Saint-Gilloise sudah berdiri sejak 1 November 1897. Klub baru itu didirikan oleh sekelompok orang yang punya afiliasi dengan UBSSA, yang kini bernama Union royale belge des Sociétés de Football Association (URBSFA). 

Klub ini pertama kali memulai langkahnya di persepakbolaan Belgia ketika ikut serta dalam divisi kedua. Kemudian, pada 1900/1901, Union Saint-Gilloise berhasil memuncaki divisi utama seri tersebut dan berhak mendapatkan tiket ke divisi utama Belgia. 

Sementara itu, klub berjuluk Les Unionistes ini sudah menempati kandangnya di Stade Joseph Marien sejak 1920. Stadion yang terletak di Forest, bagian selatan Brussels itu, resmi dibuka pada 1919 dan dibangun selama berlangsungnya Perang Dunia I.

2. Salah satu klub sepak bola tersukses di Belgia

Union Saint-Gilloise, Klub Besar Belgia yang TerlupakanPemain Union Saint-Gilloise yang tengah menyapa suporternya. (twitter.com/UnionStGilloise)

Union Saint-Gilloise tidak dikenal luas seperti tiga klub terbesar di Belgia (Les Trois Grands). Mereka meliputi Anderlecht, Club Brugge, dan Standard Liege. Namun, Union Saint-Gilloise ternyata masuk jajaran klub besar dan tersukses di negara Eropa Barat tersebut. 

Pasalnya, Les Unionistes tercatat sudah mengoleksi sebelas gelar juara Liga Belgia. Catatan itu, mengungguli Standard Liege dengan torehan sepuluh gelar. Namun, torehan klub asal ibu kota Belgia ini masih berada di belakang Anderlecht dan Club Brugge dengan 34 dan 18 gelar juara. 

Sayangnya, raihan tersebut didapat sebelum peristiwa Perang Dunia II, tepatnya tahun 1904, 1905, 1906, 1907, 1909, 1910, 1913, 1923, 1933, 1934, dan 1935. Alhasil, Les Unionistes seakan terlupakan di negeri sendiri seiring performanya yang terus menurun pada tahun-tahun berikutnya. 

Baca Juga: 5 Transfer Terbesar di Liga Belgia pada Musim Panas 2022

3. Mengalami masa-masa buruk selama hampir 5 dekade

Union Saint-Gilloise, Klub Besar Belgia yang TerlupakanSuporter Union Saint-Gilloise di dalam Stadion Stade Joseph Mariën. (twitter.com/UnionStGilloise)

Performa inkonsisten Union Saint-Gilloise ditunjukkan setelah Liga Belgia kembali bergulir usai berhenti akibat Perang Dunia II. Hal itu membuat klub ini gagal kembali meraih gelar juara dan bahkan jarang duduk di papan atas klasemen.

Puncaknya, Les Unionistes harus terdegradasi untuk pertama kalinya pada 1962/1963 setelah hanya bercokol di posisi ke-15. Setelah itu, klub asal Brussels ini dua kali keluar masuk kasta tertinggi hingga menginjakkan kaki terakhir kalinya di divisi pertama pada 1972/1973. 

Dilansir The 18, Union Saint-Gilloise berhasil menapakkan kakinya kembali ke Jupiler Pro League pada 2021/2022 usai menjuarai divisi kedua musim sebelumnya. Artinya, klub yang berkandang di Stade Joseph Marien ini tidak pernah lagi masuk ke kasta tertinggi Liga Belgia sejak 48 tahun silam. 

4. Berubah haluan usai dipegang Tony Bloom dan Alex Muzio

Kembalinya Union Saint-Gilloise ke kasta tertinggi Liga Belgia tidak bisa dilepaskan dari peran pemilik barunya asal Inggris, Tony Bloom dan Alex Muzio. Selain mengakuisisi USC, Bloom dikenal sebagai pemilik klub English Premier League (EPL), Brighton & Hove Albion.

Kedua pebisnis itu memilih membeli Les Unionistes pada 2018, tetapi saham dipegang oleh Alex Muzio. Sedangkan, keputusan membeli klub asal Brussels ini dilatarbelakangi sejarahnya yang panjang dan masuk sebagai klub terbesar di Belgia, meski berlaga di divisi kedua. 

Dilaporkan The Independent, Muzio yang duduk sebagai petinggi di Union Saint-Gilloise mengaku sempat berbuat kesalahan. Bahkan, ia mengaku bahwa menangani klub divisi kedua sangat sulit lantaran harus banyak mengeluarkan uang dan tidak mendapatkan pemasukan.

Kemudian, Muzio juga menunjuk direktur olahraga asal Irlandia Utara, Chris O’Loughlin pada 2019. Penyerahan jabatan ini karena ia dikenal punya pengalaman sebagai mantan asisten di klub Belgia lain, KV Kortrijk dan Sint-Truidense.

Kebijakan yang paling berpengaruh tentu aturan transfer pemain baru berdasarkan analisis data dan identifikasi karakter atau psikologisnya. Pihak klub juga mengambil pemain dari klub besar yang kelebihan talenta dan mencari pemain berbakat dari liga yang lebih kecil. 

5. Union Saint-Gilloise mencapai kesuksesan di bawah Felice Mazzu

Merujuk laman Foot the Ball, keberhasilan ini tak lepas dari peran Felice Mazzu yang kala itu dipecat dari KAA Gent pada 2020. Walaupun awalnya sempat ragu, pelatih asal Belgia itu akhirnya menerima tawaran melatih Les Unionistes untuk membuktikan keberhasilannya di tengah keraguan publik. 

Tak hanya mengantarkan Union Saint-Gilloise kembali ke habitat aslinya di Jupiler Pro League, pelatih berusia 56 tahun itu bahkan sukses mengantarkan klub asuhannya memuncaki klasemen Liga Belgia musim lalu. Sayangnya, mereka akhirnya gagal meraih gelar juara di putaran final. 

Mazzu akhirnya memilih pergi menukangi klub sekota USC, Anderlect, pada tahun ini. Oleh karena itu, manajemen klub menunjuk Karel Geraerts sebagai pelatih baru mulai Juli 2022. Ia sebelumnya menjabat sebagai asisten pelatih di Les Unionistes di bawah Mazzu. 

Meski berganti pelatih, Union Saint-Gilloise masih menunjukkan performa terbaiknya pada awal musim ini. Hal itu terbukti setelah berhasil mengalahkan Union Berlin dan Malmo FF di gelaran Liga Europa 2022/2023. Sedangkan, di kompetisi domestik, mereka mampu duduk di posisi ke-6 pada pertemuan ke-9 ini. 

Berada di bawah manajemen baru, Union Saint-Gilloise berusaha membuktikan kembali jati dirinya sebagai salah satu klub sepak bola besar di Belgia. Meskipun awalnya sulit, tetapi sedikit demi sedikit usaha mereka mulai tampak. Melihat penampilannya saat ini, bukan tidak mungkin Les Unionistes akan menjuarai Liga Belgia dan bisa berbicara banyak di turnamen antarklub Eropa.

Baca Juga: 5 Pemain Belgia yang Pernah Juara Liga Champions, Ada Duo Real Madrid

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya