Cerita di Balik Jersey Kuning Legendaris Timnas Brasil 

Belakangan diasosiasikan dengan suporter Jair Bolsonaro

Jersey kuning adalah identitas yang melekat kuat pada Timnas Brasil. Tidak hanya di sepak bola, tetapi juga di berbagai cabang olahraga. Warna tersebut dianggap pas karena sekaligus mencerminkan warna bendera mereka.

Sayangnya, belakangan muncul citra politik tertentu yang melekat pada kaus kuning kebanggaan Brasil. Beberapa tokoh santer melontarkan wacana untuk menggantinya dengan warna lain sejak 2016.

Apa yang sebenarnya terjadi? Berikut cerita di balik jersey kuning legendaris Timnas Brasil.

1. Jersey Timnas Brasil awalnya berwarna putih/biru 

Cerita di Balik Jersey Kuning Legendaris Timnas Brasil jersey lawas Timnas Brasil (instagram.com/cbf_futebol)

Sebelum mengadopsi warna dominan kuning canary untuk kostum olahraga mereka, Brasil ternyata menggunakan warna putih/biru. Warna ini diambil dari beberapa komponen warna yang ada dalam bendera mereka dan digunakan setidaknya sampai era1950-an. 

Warna tersebut tak pernah mereka gunakan lagi. Bahkan, untuk kostum tandang, Timnas Brasil memilih menggunakan warna biru yang berhias ornamen kuning. Jersey warna putih/biru sempat dirilis kembali dalam jumlah terbatas pada 2019 untuk memperingati 100 tahun Copa America 1919 yang mereka menangi.

2. Diganti usai kekalahan memalukan lawan Uruguay pada Piala Dunia 1950 

Cerita di Balik Jersey Kuning Legendaris Timnas Brasil jersey Timnas Brasil pada Piala Dunia 1970 (instagram.com/cbf_futebol)

Merujuk beberapa sumber terverifikasi, perubahan warna dari putih/biru ke kuning terjadi sebagai buntut dari kekalahan Brasil di kandang sendiri pada Piala Dunia 1950. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Maracana tersebut berakhir dengan skor 2-1 untuk Uruguay yang membuat publik Brasil kecewa berat. 

Sejak saat itu, kostum putih/biru yang mereka pakai seakan mengingatkan mereka pada kekalahan memalukan tersebut. Alhasil, sejak 1950-an, Brasil mulai memperkenalkan kaus olahraga berwarna kuning, yang kemudian dikenal dengan sebutan canarinho.

Puncaknya, pada 1970-an, jersey kuning menjelma jadi ikon penting negara terluas di Amerika Selatan itu karena dipakai bintang-bintang Brasil pada masa kejayaan mereka. Sejak saat itu, warna kuning diasosiasikan dengan kemenangan dan keberuntungan. Sementara, warna putih/biru sebaliknya, kekalahan dan kemalangan.

Baca Juga: 5 Pemain Senior yang Dipanggil Timnas Brasil ke Piala Dunia 2022

3. Sempat dikaitkan dengan pendukung kubu sayap kanan dan Jair Bolsonaro

Cerita di Balik Jersey Kuning Legendaris Timnas Brasil pemain Timnas Brasil (instagram.com/cbf_futebol)

Setelah beberapa dekade jadi ikon kebanggaan Brasil, muncul sebuah pergerakan politik di negara tersebut, tepatnya sekitar tahun 2013 sampai 2016, ketika skandal korupsi yang menyeret Presiden Dilma Rousseff dan Partai Pekerja (sayap kiri) terbongkar. Saat itu, partai lawan dan pendukungnya mengenakan canarinho ketika melancarkan protes yang akhirnya berakhir dengan pemakzulan Rousseff. 

Selama ini, Roussef dan partainya sering menggunakan atribut warna merah. Kubu oposisi akhirnya memilih warna kuning canary dari bendera Brasil sebagai simbol perlawanan. Ketika kampanye pemilu 2018, Partai Liberal (sayap kanan) yang dipimpin Jair Bolsonaro juga menggunakan jersey kuning, yang kemudian diikuti para suporternya.

Politisasi terhadap canarinho terus terjadi semenjak Bolsonaro naik jabatan. Melansir Al Jazeera, pada 2020, suporter sayap kanan turun ke jalan mengenakan atribut canarinho untuk menuntut pembatalan kebijakan pembatasan aktivitas warga karena pandemik COVID-19. Pembatalan tersebut sebenarnya sudah diusulkan Bolsonaro, tetapi tidak disetujui badan legislatif Brasil.

4. Diperparah dengan keterlibatan pemain Timnas Brasil dalam kampanye Bolsonaro pada 2022

Cerita di Balik Jersey Kuning Legendaris Timnas Brasil canarinho, jersey kuning Timnas Brasil (instagram.com/cbf_futebol)

Politisasi terhadap kostum sepak bola Brasil diperparah dengan keputusan sejumlah pemain Timnas Brasil yang menyatakan dukungan langsung kepada Jair Bolsonaro. Momennya terjadi pada 2022 ketika Brasil mengadakan pemilu dan Bolsonaro kembali mencalonkan diri melawan perwakilan sayap kiri, Luiz Inacio Lula da Silva. 

Melansir liputan The Athletic, beberapa pemain yang dimaksud antara lain Neymar Jr, Dani Alves, dan Lucas Moura. Ditambah mantan pemain Timnas Brasil, Romario, yang kini beralih profesi menjadi politisi.

Ini membuat afiliasi jersey sepak bola Brasil dengan partai sayap kanan makin kentara. Pendukung sayap kiri atau pihak netral jadi enggan mengenakan canarinho karena tak mau diasosiasikan dengan Bolsonaro dan Partai Liberal secara umum. 

Menurut pengamat sepak bola Brasil, Juca Kfouri dilansir Reuters, kecenderungan pemain sepak bola Brasil mengafiliasikan diri dengan Bolsonaro dan Partai Liberal bisa dijelaskan dari pengalaman personal mereka. Kebanyakan dari mereka percaya bahwa keberhasilannya naik kelas adalah karena talenta dan kerja keras mereka sendiri. Nilai-nilai kapitalis dan meritokrasi yang diusung kubu sayap kanan pun beresonansi dengan pengalaman tersebut. 

Hal ini bertolak belakang dengan demografi pendukung sayap kiri yang kebanyakan pekerja kelas menengah bawah dan buruh. Amat sulit melihat korelasi antara pesepak bola Brasil yang mayoritas hidup dan berkarier di Eropa dengan penduduk Brasil yang pro-Partai Pekerja.

5. Sepak bola tidak bisa lepas dari politik?

Cerita di Balik Jersey Kuning Legendaris Timnas Brasil jersey tandang Timnas Brasil (instagram.com/cbf_futebol)

Secara normatif, politik tidak seharusnya dicampur aduk dengan sepak bola maupun sebaliknya. Namun, itu hal yang hampir mustahil di banyak tempat.

Seperti argumen Power dkk dalam tulisan mereka "Football and Politics: The Politics of Football", sepak bola memiliki daya tarik global yang tinggi sehingga sering dijadikan platform untuk mempromosikan atau memperkenalkan situasi sosial politik lokal tertentu. Apalagi tim sepak bola biasanya terbentuk karena persamaan identitas dan nilai kolektif. 

Dalam kasus Brasil, keterlibatan sepak bola dalam politik sudah pernah terjadi pada 1980-an. Kala itu, Brasil berada di bawah pemerintahan diktator usai kudeta militer pada 1964.

Kelompok-kelompok prodemokrasi pun muncul. Salah satunya adalah para pegiat klub sepak bola Corinthians Paulista yang menginisiasi gerakan politik bernama Democracia Corinthiana.

Reis dan Martins dalam jurnal mereka berjudul "Corinthians Democracy and Unionism: The Narrative of the Integration Between the Corinthians’ Movement and the Football Players Union" mengungkap bahwa Corinthians pernah menerapkan sistem demokrasi mikro di tingkat manajemen klub. Praktik-praktik demokrasi seperti pemungutan suara sampai penggunaan jalur aduan serta sesi dengar pendapat pemain sempat mereka lakukan selama kepemimpinan Presiden Klub Waldemar Pires. 

Melansir liputan CNN, Corinthians kembali menunjukkan aktivismenya dengan mengajak simpatisan prodemokrasi untuk memakai canarinho sebagai upaya menetralisiasi afiliasi sayap kanan terhadap atribut tersebut. Sejauh ini, tidak ada upaya untuk mengubah identitas kaus kuning dengan warna lain. Pada Piala Dunia 2022 ini, Timnas Brasil akan mengenakan canarinho sebagai kostum kandang dan jersey biru untuk tandang.

Baca Juga: 6 Winger yang Dipanggil Timnas Brasil ke Piala Dunia 2022

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya