Dilema di Balik Siaran Pertandingan Olahraga Berbayar

Dulu kita tergantung pada televisi untuk menonton siaran olahraga. Pada era digital seperti sekarang, acara olahraga bisa ditonton lewat banyak saluran daring dengan tarif bersaing. Untuk sobat hemat pun pilihan tak kalah luasnya.
Siaran gratis di televisi masih setia menemani meski kamu harus bersabar dengan reklamenya. Kemudian, alternatif lainnya tentu siaran daring ilegal dengan domain yang berubah-ubah, tetapi setia menemani.
Siaran ilegal jadi salah satu yang cukup populer, tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut artikel Philip Buckingham dari The Athletic, siaran sepak bola ilegal juga menjangkiti Inggris. Siaran ilegal lumrah diminati karena sejalan dengan sifat alamiah manusia yang selalu ingin untung. Siapa pilih bayar kalau ada yang gratis?
Namun, benarkah alasan materi jadi satu-satunya alasan orang ogah berlangganan siaran berbayar? Lalu, apa solusi untuk para penyedia siaran olahraga berbayar?
1. Siaran berbayar akan terus naik harganya
Bukan hanya karena inflasi, kenaikan harga siaran olahraga berbayar juga bisa dijelaskan lewat konsep prisoner’s dilemma (dilema tawanan), yaitu konsep yang menjelaskan bagaimana keputusan satu pihak (tawanan) bisa memengaruhi pihak lain (sesama tawanan). Liam Lenten, seorang ekonom dari La Trobe University, pernah menjelaskannya di The Conversation pada 2012.
Menurutnya, harga yang harus dibayar sebuah media untuk dapat hak siar pertandingan olahraga terus naik dari periode ke periode. Ini disebabkan media akan membebankan atau mencari dana sokongan untuk membeli hak siar dari pihak pengiklan atau perusahaan yang butuh eksposur.
Pihak pengiklan atau sponsor ternyata melihat potensi besar dari siaran olahraga dan akan mengalokasikan sejumlah dana. Namun, ia tidak akan sendiri. Ada banyak pengiklan lain yang akan melakukan hal sama, tak terkecuali para rival. Nah, ketika rival bersedia menggelontorkan lebih banyak dana, perusahaan mau tak mau harus mengimbanginya untuk dapat eksposur dan akses yang kurang lebih setara.
Inilah mengapa kemudian Lenten menganalogikan fenomena tersebut dengan konsep dilema tawanan atau lebih spesifik dilema periklanan. Mau tak mau, mereka harus mengikuti harga pasar agar tetap relevan.
2. Harga berbanding lurus dengan popularitas
Semakin populer sebuah turnamen atau cabang olahraga, semakin tinggi pula harga yang harus dibayar untuk menonton pertandingan. Ini yang terjadi pada beberapa liga olahraga elite di dunia.
Melansir data Statista pada 2020, enam besar siaran olahraga paling mahal di dunia ternyata dipegang National Football League (NFL), English Premier League (EPL), Major League Baseball, Indian Premier League, Bundesliga Jerman, dan National Basketball Association (NBA). Hukum ekonomi sederhana pun berlaku. Semakin tinggi permintaan, semakin tinggi pula harga yang ditetapkan.
Baca Juga: 5 Pemain Aktif dengan Jumlah Pertandingan Terbanyak di Premier League
3. Televisi memberi opsi gratis, tetapi memiliki keterbatasan
Editor’s picks
Kamu punya opsi untuk nonton di televisi yang gratis. Namun, tidak ada jaminan penonton bisa mendapatkan akses ke pertandingan yang diinginkan, terutama bila siarannya berlangsung bersamaan. Televisi tentu akan memilih pertandingan yang dianggap lebih populer guna mengakomodasi kepentingan pihak sponsor atau pengiklan. Sebenarnya, siaran televisi tidak sepenuhnya gratis. Meski tidak membayar, penonton sebenarnya “dipaksa” untuk menonton iklan dari pihak sponsor.
Jika ingin mengakses lebih banyak opsi pertandingan dan tidak harus nonton banyak iklan, kamu diarahkan untuk mengambil opsi berlangganan siaran televisi kabel atau platform daring. Namun, kenyamanan ini tidak gratis. Pihak penyedia siaran akan membebankan sejumlah dana pada pelanggan yang tentunya mereka pakai untuk membiayai hak siar yang sudah mereka beli atau dapatkan.
4. Mentalitas konsumen, ingin dapat yang terbaik dengan harga termurah
Sebagai konsumen, mentalitas kita adalah dapat yang terbaik dengan harga termurah atau lebih lanjut, kalau bisa gratis kenapa harus bayar? Ini yang membuat siaran ilegal terus berkembang pesat dan diminati.
Tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia, pembajakan siaran olahraga adalah isu universal. Alasannya pun serupa. Semua manusia pasti ingin untung dan siaran gratis memberikan kemudahan dan kenyamanan itu.
Situs-situs yang menyediakan siaran olahraga gratis ilegal rawan disusupi malware dan adware. Beberapa juga sudah diblokir oleh otoritas setempat. Namun, permintaan yang tinggi dan kecanggihan teknologi membuat mereka bak virus yang terus menyebar tanpa terlihat.
5. Apakah opsi membayar per pertandingan bisa jadi solusi terbaik?
Lantas, apa sih yang sebenarnya bikin orang lebih suka membajak saja ketimbang berlangganan? Mungkin salah satu faktor pendorongnya adalah kebijakan platform yang mengarahkan konsumen untuk berlangganan berdasar durasi, umumnya bulanan.
Hal ini tentu tidak menguntungkan untuk penikmat siaran pertandingan turnamen yang laganya sporadis alias tidak rutin. Misalnya UEFA Champions League (UCL) yang tidak setiap minggu diadakan. Belum lagi ketika masuk babak gugur, jumlah pertandingan pun akan berkurang, tetapi pelanggan tetap harus membayar tarif langganan yang sama.
Opsi pembelian tayangan pertandingan satuan sepertinya menarik. Format ini ternyata pernah dilakukan EPL pada 2020, tetapi gagal setelah dikritik publik. Itu disebabkan pemilik hak siar mau tak mau harus membanderol tarif lebih mahal untuk tetap dapat profit.
Belum lagi seorang generalis alias yang suka nonton beberapa tim dari sejumlah liga berbeda. Mereka diharuskan berlangganan lebih dari satu platform untuk bisa menikmati pertandingan yang dikehendaki. Keterbatasan ketersediaan jenis liga dan turnamen yang disiarkan di satu negara juga bisa mendorong orang untuk membajak.
Solusi terbaik saat ini untuk konsumen adalah patungan langganan dengan sesama fans atau mencari platform terbaik yang mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan mereka. Sementara itu, untuk penyedia siaran, satu-satunya cara menarik minat konsumen adalah dengan memperkaya liga, turnamen, dan cabor yang disediakan.
Namun, membasmi tuntas siaran ilegal sepertinya masih mustahil. Sebagian orang masih menganggapnya sebagai opsi terbaik. Bagaimana denganmu?
Baca Juga: Posisi Pemain Sepak Bola Terlengkap, Anak Bola Wajib Tahu!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.