Independiente del Valle, Produsen Bintang Sepak Bola asal Ekuador

Dominasi Timnas Ekuador beberapa tahun terakhir

Masih ingat Moises Caicedo? Pemain yang didatangkan Brighton & Hove Albion dengan mahar 28 juta euro (Rp460 miliar) dari Ekuador pada 2021 itu baru saja pindah ke Chelsea dengan valuasi yang naik empat kali lipat. Sebelum jadi bintang English Premier League (EPL), Caicedo ternyata alumnus akademi sepak bola lokal bernama Independiente del Valle.

Nama Caicedo mungkin jadi yang paling menonjol, tetapi bukan satu-satunya bintang Ekuador yang pernah merumput di klub tersebut. Melansir FIFA, sejak 2010-an, klub itu rajin menyumbang pemain ke dalam Timnas Ekuador. Pada Piala Dunia U-17 ada lima pemain Ekuador asal Independiente del Valle. Sekitar 2 tahun kemudian, dalam turnamen yang sama, perwakilan mereka bertambah jadi sembilan pemain.

Pada Piala Dunia 2022, 9 dari 23 pemain yang diboyong ke Qatar untuk memperkuat Ekuador tercatat pernah bermain di Independiente del Valle. Selain Caicedo, ada beberapa nama seperti Moises Ramirez, Kevin Rodriguez, Angelo Preciado, Gonzalo Plata, hingga Willian Pacho. Ini sesuai dengan klaim mereka dalam prospektus pada 2021 yang menyatakan hampir separuh pemain Timnas Ekuador pernah merumput bersama mereka.

Siapa sebenarnya mereka? Apa yang membuat mereka begitu superior? Berikut sejarah dan sepak terjang Independiente del Valle, klub produsen bintang sepak bola asal Ekuador.

1. Mengalami kemajuan pesat setelah diakuisisi pengusaha bernama Michel Deller

Independiente del Valle, Produsen Bintang Sepak Bola asal Ekuadorpemain Independiente del Valle (instagram.com/independientedelvalle)

Kembali melansir FIFA, Michel Deller  sebelumnya adalah pengusaha perumahan yang menceburkan diri ke industri olahraga dengan membeli klub liga kasta ketiga Ekuador bernama Club Social y Deportivo Independiente Jose Teran pada 2006. Ia kemudian mengubah nama klub tersebut menjadi Independiente del Valle dengan logo warna biru/hitam. Markas mereka terletak di Sangolqui, wilayah pinggiran ibu kota Ekuador, Quito. 

Tak butuh waktu lama, dalam beberapa tahun, klub itu berhasil promosi Ecuadorian Serie A, liga sepak bola kasta pertama di Ekuador, pada 2010. Sejak itu, mereka belum pernah terelegasi. Di bawah kepemimpinan Deller dan rekan-rekan bisnisnya, Independiente justru berhasil merengkuh beberapa posisi serta gelar prestisius. Mereka sempat menjadi finalis Copa Libertadores 2016, juara Copa Sudamericana 2019 dan 2022, juara liga domestik pertama kali pada 2021 setelah beberapa kali meraih gelar runner-up dan peringkat ketiga, juara Piala Ekuador 2022, dan juara Recopa Sudamericana 2023.

Baca Juga: Pochettino Pasang Badan Buat Caicedo Usai Bikin Chelsea Keok

2. Berkomitmen mengembangkan bakat lokal, termasuk pemain-pemain dari komunitas marginal

Independiente del Valle, Produsen Bintang Sepak Bola asal Ekuadorpemain tim perempuan Independiente del Valle (instagram.com/independientedelvalle)

Melansir prospektus Independiente del Valle pada 2021, klub ini mengeklaim punya komitmen tinggi kepada pengembangan pemain muda, terutama pemain asal komunitas marginal dan kelompok rentan. Mereka mengeklaim 95 persen murid akademi berasal dari kelompok yang akses terhadap kebutuhan primernya terbatas. Independiente del Valle secara strategis menyasar anak-anak muda dari kelas bawah.

Melansir statistik dalam prospektus itu, pada 2018/2019, sekitar 20 persen murid akademi Independiente del Valle berasal dari region Sierra dan Amazonia. Dua region ini punya pendapatan per kapita relatif paling rendah di Ekuador. Itu terungkap melalui penelitian García-Vélez dkk berjudul "Regional Analysis of Poverty in Ecuador: Sensitivity to the Choice of Equivalence Scales" dalam jurnal Front Psychology.

Moises Caicedo adalah contoh nyatanya. Ia lahir dari orangtua pekerja lepas sederhana. Moises Caicedo merupakan bungsu dari sepuluh bersaudara. Mereka tinggal di wilayah permukiman padat penduduk di Santo Domingo, Ekuador. 

Selain sepak bola laki-laki, komitmen mereka mengembangkan sepak bola perempuan juga perlu diapresiasi. Dalam statistik internal mereka yang membandingkan komposisi pemain perempuan dan laki-laki pada 2018/2019 dan 2020/2021, tampak jarak besar secara kuantitas di antara keduanya sudah menyempit. Penguatan lain dilakukan pula oleh Michel Deller dengan memperbaiki infrastruktur di markas sendiri.

Ini ditambah dengan akuisisi klub Alianza Cotopaxi SC pada 2018 dan mengubahnya jadi tim cadangan dengan nama CD Independiente Juniors. Pada laman resminya, mereka mengumumkan kerja sama dengan Aspire Academy Qatar sejak 2015. Keberadaan jaringan ini memungkinkan Independiente del Valle mengirim anak didik mereka agar dapat menit bermain yang cukup.

3. Kini mendominasi kejuaraan kelompok usia di Amerika Selatan

Independiente del Valle, Produsen Bintang Sepak Bola asal EkuadorAngelo Preciado saat masih membela Independiente del Valle. (instagram.com/angelothy_preciado17)

Valentina Sanchez Gutierrez dari media nasional Ekuador, La Republica, menyebut Michel Deller tampak mengadopsi konsep dan struktur ala Eropa dalam klubnya itu. Ia menekankan pengembangan karakter sehingga pemainnya tidak hanya bertumbuh secara fisik, tetapi juga mental dan emosi. Independiente del Valle berhasil memetik buah yang mereka tanam selama 1 dekade terakhir. 

Pada 2022, Scouted Football  menyoroti keberhasilan klub itu mendominasi kejuaraan-kejuaraan kelompok usia di Amerika Selatan. Mereka berhasil mencapai 4 final Piala Libertadores U-20 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni pada periode 2018, 2020, 2022, dan 2023. Satu berhasil mereka menangi setelah mengalahkan River Plate dengan skor 2-1 pada 2020. Saat itu, Moises Caicedo (Brighton & Hove Albion dan Chelsea) dan Piero Hincapie (Bayer 04 Leverkusen) tercantum dalam skuad mereka. 

Tak heran bila akhirnya klub itu berhasil mengorbitkan beberapa pemain bintang asal Ekuador. Ini dimulai dengan Billy Arce yang berhasil hijrah ke Brighton pada 2018 dengan mahar kurang dari 900 ribu euro (Rp14 miliar). Pada 2021, jumlah pemain yang mereka orbitkan ke liga Eropa naik tiga kali lipat. Selain Caicedo, jangan lupakan Angelo Preciado yang dibeli seharga 3 juta euro (Rp49 miliar) oleh KRC Genk dan Willian Pacho seharga 5,57 juta euro (Rp91 miliar) oleh Royal Antwerp. Ini disusul Joel Ordóñez yang pindah ke Club Brugge dengan mahar 3,9 juta euro (Rp64 miliar) pada 2022 dan Kevin Rodríguez ke Union Saint-Gilloise (angka transfer tidak disebutkan) pada 2023. Semuanya berhasil mentas dari Independiente pada usia muda, antara 19—23 tahun. 

Keberhasilan model bisnis Michel Deller di Independiente del Valle pun ia lebarkan ke Kolombia. Pada Mei 2023, ia mengakuisisi klub setempat, Atlético Huila. Ekspektasi publik menjadi tinggi terhadap Deller. Akankah ia menciptakan klub serupa Independiente del Valle di Kolombia? 

Baca Juga: Moises Caicedo, Dulu Tak Mampu Beli Sepatu Kini Jadi Pemain Termahal

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya