RB Leipzig, Klub Sepak Bola Paling Dibenci di Jerman

Ketika sepak bola jadi komoditas ekonomi

Normalnya orang akan bersimpati dengan kemunculan tim baru atau kuda hitam yang mendulang sukses dan menggebrak tradisi. Kehadiran mereka sering kali identik dengan cerita-cerita dongeng heroik yang mendobrak dominasi tim-tim besar.

Menariknya, sebuah anomali terjadi pada klub bernama RB Leipzig. Klub muda asal Jerman ini justru menjelma menjadi klub paling dibenci di Bundesliga. Berbanding terbalik dengan prestasinya, mereka justru dibanjiri kritik dan cemooh.

1. RB Leipzig berdiri pada 2009 sebagai kelanjutan dari SSV Markranstadt

RB Leipzig, Klub Sepak Bola Paling Dibenci di JermanPara pemain RB Leipzig berunding di lapangan. (instagram.com/rbleipzig)

Melansir situs resmi Bundesliga, RB Leipzig berdiri pada 2009 sebagai kelanjutan dari SSV Markranstadt, sebuah klub dari kota kecil dekat Leipzig yang bermain di liga kasta kelima Jerman. Mereka naik daun di tengah merosotnya prestasi klub-klub lain asli Leipzig, macam VfB Leipzig, SC Rotation Leipzig, FC Lokomotive Leipzig, dan FC Lok Stendel.

RB sebenarnya merupakan singkatan dari RasenBallsport. Namun, mayoritas orang lebih suka mengasosiasikan RB dengan inisial jenama minuman berenergi yang menjadi penyokong terbesar pendanaan klub muda tersebut, Red Bull.

2. Berhasil promosi ke Bundesliga pada 2016/2017

RB Leipzig, Klub Sepak Bola Paling Dibenci di JermanPemain RB Leipzig merayakan kemenangan. (instagram.com/rbleipzig)

Dalam waktu kurang lebih 8 tahun, RB Leipzig berhasil menembus Bundesliga, tepatnya pada 2016/2017. Ralf Rangnick, sang direktur teknis, memegang peran penting dalam kesuksesan ini. Ia saat itu merangkap jabatan yang sama di RB Salzburg.

Tak hanya menjadi pemeriah, pada musim debutnya di Bundesliga, RB Leipzig berhasil menduduki posisi runner-up klasemen akhir, tepat di bawah sang juara bertahan Bayern Muenchen. Secara otomatis, mereka berkesempatan berlaga di Liga Champions Eropa 2017/2018. Tim ini juga konsisten bercokol di posisi enam besar sejak menjadi bagian dari Bundesliga.

Baca Juga: 5 Pemain Muda yang Jadi Bukti Kecerdikan RB Leipzig di Bursa Transfer

3. Dibenci fans sepak bola Jerman karena dianggap sebagai representasi "sepak bola modern"

RB Leipzig, Klub Sepak Bola Paling Dibenci di Jermanpenampakan tribun fans RB Leipzig (instagram.com/rbleipzig)

Prestasi mencolok RB Leipzig di liga domestik tentu mencuri perhatian. Tak sedikit yang berasumsi bahwa ketersediaan dana adalah salah satu faktor terbesar kesuksesan mereka. Pavel Brunssen dalam buku Football and Discrimination: Antisemitism and Beyond mencoba mengulik apa yang menyebabkan fans sepak bola Jerman memendam sentimen tersendiri pada klub ini. 

Menurutnya, fans sepak bola Jerman, terutama yang terafiliasi dengan tim-tim lawan, menganggap RB Leipzig sebagai representasi "sepak bola modern". Artinya, klub sepak bola masa kini yang dijadikan komoditas ekonomi oleh pendirinya. Beda dengan klub-klub sepak bola Jerman lain yang kuat secara tradisi dan merupakan bentukan institusi non-profit, RB Leipzig secara terang-terangan didirikan oleh sebuah entitas komersial. 

Hal ini bukan asumsi belaka. Merkle dan Lewis dalam studi kasusnya yang berjudul "RB Leipzig—A Novel Approach to Sport Stadium Hospitality" menyoroti bagaimana RB Leipzig dengan luwesnya mengembangkan bisnis hotel dan restoran berbintang di stadion mereka. Mereka menyasar klien kelas atas dan korporat dengan menawarkan paket-paket eksklusif.

4. Meski disponsori perusahaan komersial, tetap melaksanakan aturan 50+1 yang berlaku di Jerman

RB Leipzig, Klub Sepak Bola Paling Dibenci di Jermanderetan pemain RB Leipzig (instagram.com/rbleipzig)

Seperti yang dijelaskan dalam situs resmi Bundesliga, asosiasi sepak bola Jerman atau Deutscher Fussball-Bund (DFB) memberlakukan aturan 50+1. Aturan tersebut dibuat pada 1998 untuk mengatur kepemilikan saham di sebuah klub sepak bola serta menjamin kontribusi penggemar dalam proses voting.

Menurut aturan tersebut, investor komersial hanya boleh memiliki maksimal 49 persen saham. Dengan peraturan ini, diharapkan penggemar masih menjadi pemegang saham terbesar, harga tiket bisa tetap murah, dan tidak terjadi kesenjangan keuangan yang mencolok antarklub.

Meski begitu, beberapa klub bisa mendapatkan dispensasi dari peraturan ini bila sponsor komersialnya sudah memiliki saham lebih dari 20 tahun. Hal ini berlaku untuk Bayer Leverkusen yang didirikan oleh pegawai dari sebuah perusahaan obat dan Wolfsburg yang terafiliasi dengan perusahaan otomotif. 

RB Leipzig berhasil memenuhi syarat 50+1 dengan memberlakukan taktik yang cukup kontroversial, meski tidak salah. Melansir The Guardian, sama seperti klub-klub lain, mereka membuka kesempatan untuk penggemar agar bisa berkontribusi dalam proses pembuatan keputusan dengan cara menjadi anggota. Untuk menjadi anggota, penggemar harus membayar iuran yang biasanya kurang dari 100 euro (sekitar Rp1,5 juta) per musim.

RB Leipzig kemudian menetapkan biaya sebesar 800 euro (setara Rp12 juta) pada 2014. Mereka juga berhak menolak lamaran anggota yang menurut mereka tidak sah secara sepihakIni bisa jadi celah bagi klub untuk mengakumulasi sokongan dana dari kalangan tertentu.

5. Sering jadi sasaran perundungan ultras tim lawan

RB Leipzig, Klub Sepak Bola Paling Dibenci di JermanPemain RB Leipzig merayakan gol di pinggir lapangan. (instagram.com/rbleipzig)

Sikap komersial RB Leipzig langsung jadi bulan-bulanan ultras (penggemar fanatik) dari tim-tim lawan. Melansir ESPN, penggemar tim lawan biasanya akan menolak menonton pertandingan yang diselenggarakan di Red Bull Arena, markas RB Leipzig. 

Penelitian Brunssen pun mencatat berbagai slogan dan aktivisme anti-RB Leipzig yang digaungkan penggemar sepak bola Jerman. Dalam sejumlah pertandingan tandangnya, RB Leipzig akan disambut spanduk-spanduk provokatif yang bertuliskan "No football with Red Bull!" atau "You will never be accepted / In Leipzig there is only Lok and Chemie".

Beberapa tindak kekerasan juga terekam dilakukan ultras pada penonton yang mengenakan atribut RB Leipzig. Fenomena ini termasuk ekstrem karena kultur sepak bola Jerman biasanya tidak menoleransi kekerasan atau serangan terhadap fans sepak bola biasa.

Jika terjadi rusuh di pertandingan sepak bola Jerman, biasanya terjadi karena dua pihak saling bertengkar. Umumnya melibatkan sesama ultras atau ultras dengan hooligans (penggemar sepak bola yang mabuk dan membuat onar). 

Beda dengan klub-klub lain di Jerman yang berdiri dari inisiatif rakyat kecil atau asosiasi pegawai, RB Leipzig adalah sebuah produk yang eksklusif sejak berdiri. Regulasi dan kebijakan mereka seakan memperjelas jarak antara manajemen dan penggemar atau rakyat biasa. Tak heran bila mereka bukan favorit audiens Jerman yang selama ini lekat dengan sepak bola yang merakyat.

Baca Juga: 5 Pemain Prancis yang Sukses Bersama RB Leipzig, Makin Populer!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya