Rivalitas Rangers dan Celtic, Sarat Politik dan Agama

Sektarianisme yang mendarah daging

Sebagai salah satu olahraga dengan audiens yang besar, sepak bola sering kali jadi panggung kontestasi berbagai hal, mulai bisnis sampai politik. Hal ini tampak pula pada dua klub asal Skotlandia, Rangers dan Celtic.

Sama-sama bermarkas di Glasgow, dua klub ini bersaing ketat. Bila diteropong lebih dekat, rivalitas klub ini ternyata sangat kompleks. Ada urusan politik dan agama yang membuat isunya makin sensitif.

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi rivalitas Rangers dan Celtic?

1. Berakar dari era penjajahan Inggris pada abad ke-16

Rivalitas Rangers dan Celtic, Sarat Politik dan AgamaSuporter Rangers mengibarkan bendera Union Jack. (instagram.com/rangersfc)

Rivalitas klub Rangers dan Celtic bisa ditarik dari era penjajahan Inggris, tepatnya pada abad ke-16. Melansir artikel BBC berjudul "The Scottish Reformation", saat itu muncul pergerakan Reformasi Eropa yang dipicu kemunculan aliran Protestan dan memecah gereja menjadi dua kubu, dari yang semula hanya Katolik.

Pengaruhnya terasa ke seluruh Eropa, termasuk Skotlandia yang merupakan kerajaan beraliran Katolik. Namun, ketika posisinya tersudut oleh Inggris, pewaris takhta mereka memilih untuk berpindah agama kepada Protestan. 

Orang-orang Katolik di wilayah lain yang berdekatan dengan Inggris juga harus merasakan getahnya. Merujuk Joseph M Bradley dalam tulisannya yang berjudul "British Colonialism, Ireland and the ‘Old Firm’: Postcolonial Identities and Contemporary Scottish Football and Society", saat itu Inggris berhasil memaksa mundur para tokoh penting Katolik Irlandia yang mendiami wilayah Ulster (kini dikenal dengan nama Irlandia Utara). 

Koloni Inggris kemudian memberikan lahan Ulster tersebut kepada orang-orang Protestan asal Skotlandia. Mereka diberi banyak keistimewaan asal berjanji akan setia pada Kerajaan Inggris dan tidak melakukan perkawinan campur dengan orang-orang Katolik Irlandia yang masih tersisa di Ulster. 

Inggris berencana membuat orang-orang Irlandia yang tersisa tak betah dan pindah dengan sendirinya. Namun, ternyata barulah dengan cara-cara kekerasan dan genosida, orang-orang Katolik bisa diusir.

Sejak itu, orang-orang Protestan Skotlandia yang menghuni Ulster menyebut diri mereka sebagai Ulster-Scot. Meski banyak yang menetap di Ulster atau kini Irlandia Utara, tidak sedikit yang kembali ke Skotlandia. 

Di sisi lain, orang-orang Irlandia yang terusir dari Ulster banyak yang bermigrasi ke daratan utama Eropa. Disusul dengan wabah kelaparan yang melanda Irlandia pada abad 17 yang mendorong banyak warganya melakukan migrasi ke berbagai penjuru dunia, termasuk Amerika dan Australia. Namun, tak sedikit yang hanya mampu pindah ke wilayah Skotlandia karena faktor kedekatan dan keterbatasan biaya. 

Arus migrasi tersebut melatarbelakangi munculnya kelompok minoritas Irlandia beragama Katolik di Skotlandia, terutama wilayah Lanarkshire dan Glasgow. Mereka tidak hanya berasal dari Ulster, tetapi juga wilayah Irlandia lainnya. 

2. Rangers adalah representasi mayoritas warga Skotlandia 

Rivalitas Rangers dan Celtic, Sarat Politik dan AgamaPemain Rangers merayakan kemenangan di final Scottish Cup 2022. (instagram.com/rangersfc)

Sejak saat itu, tatanan masyarakat Skotlandia terbagi menjadi dua kubu yang berseberangan. Kelompok mayoritas diisi orang-orang Protestan yang cukup vokal menyuarakan ketidaksukaan mereka kepada ajaran Katolik dan para penganutnya. Mereka bahkan meresmikan sentimen anti-Katolik tersebut dalam gerakan bernama Orangeism

Bradley membuat penelitian spesifik tentang gerakan tersebut lewat tulisannya berjudul "Orangeism in Scotland: Unionism, Politics, Identity, and Football". Orangeism terbentuk pada 1790-an sebagai respons akan naiknya popularitas Katolik dan gerakan nasionalis di wilayah Irlandia Utara (dulu Ulster) yang hendak melawan penjajahan Inggris. Gerakan ini bertahan hingga sekarang dan sering diidentikan sebagai julukan menghina untuk para pendukung Rangers. 

Rangers sendiri berdiri pada 1872 atas inisiatif kelas pekerja. Markasnya saja berada di area industri Glasgow dan didapuk menjadi representasi mayoritas orang Skotlandia. Sesuai dengan paham politik mereka, suporter Rangers biasanya akan mengibarkan bendera Union Jack yang melambangkan dukungan mereka kepada Kerajaan Inggris.

Tak hanya Rangers FC, sebenarnya sentimen kepada Katolik juga ditunjukkan klub-klub lain. Salah satunya Hearts FC yang selalu menggaungkan hinaan bernada agama kepada Celtic saat mereka bertemu.

Baca Juga: 5 Sosok Kunci Rangers yang Hentikan Dominasi Celtic di Liga Skotlandia

3. Celtic perwakilan minoritas Irlandia yang mendiami kawasan East End, Glasgow

Rivalitas Rangers dan Celtic, Sarat Politik dan Agamapemain Celtic menyapa penggemar (instagram.com/celticfc)

Celtic berdiri beberapa tahun setelah Rangers, tepatnya sekitar 1887/1888. Mereka adalah klub sepak bola yang mewadahi para imigran Irlandia yang kebanyakan mendiami wilayah East End, Glasgow. Mereka menjuluki diri sebagai orang-orang Irish/Scot.

Melansir jurnal Geraldine Vaughan dengan judul "The Irish Famine in a Scottish Perspective 1845—1851", sebuah laporan pada 1871 menyebut bahwa orang-orang Irlandia di Skotlandia memang tidak mengalami pemaksaan untuk berpindah agama, tetapi mereka dianggap sebagai kelompok yang terpisah atau teralienasi. Surat kabar dan masyarakat secara umum pun memandang mereka sebagai orang-orang yang standar hidupnya lebih rendah. 

Merujuk tulisan Bradley, status minoritas Irlandia sebagai "warga negara kelas dua" membuat Celtic memiliki kedekatan dengan kelompok-kelompok minoritas di negara lain, seperti Basque, Catalan, Sandinista, dan Palestina. Mereka juga tidak segan merekrut pegawai dengan latar belakang berbeda, termasuk imigran dari Asia dan Afrika. Pendukung Celtic aktif menyuarakan nilai-nilai antirasime dan antifasisme.

4. Puncak rivalitas terjadi pada laga final Scottish Cup 1980 

Rivalitas Rangers dan Celtic, Sarat Politik dan AgamaPemain Celtic berpose dengan tropi Scottish Premiership 1981. (instagram.com/retro_celtic)

Persaingan keduanya mungkin sudah tercium sejak awal pendirian. Laga derbi kedua klub selalu menjadi perhatian. Pertandingan Rangers melawan Glasgow Celtic biasa dijuluki dengan Old Firm, mirip dengan El Clasico yang merujuk kepada pertandingan Real Madrid dan Barcelona.

Melansir Goal, asal mula kata ini tidak bisa dikonfirmasi. Ada yang mengatakan karena laga ini selalu dikomersialisasi karena menjadi menarik banyak audiens. Ada pula yang percaya istilahnya datang dari seorang komentator. Ia menganalogikan pertemuan dua klub sebagai pertemuan antara teman lama (old) yang sama-sama keras (firm). 

Derbi mereka selalu ramai dan intens, tetapi relatif damai. Puncak rivalitas baru termanifestasi ketika terjadi kerusuhan pada laga final Scottish Cup 1980.

Saat itu, laga berjalan normal dengan skor imbang 0-0 dalam waktu 90 menit. Barulah gol penentu dicetak Celtic lewat kaki George McCluskey pada waktu tambahan.

Menurut kesaksian Danny McGrain, seperti dilansir The National, ketika laga usai dan para penggawa Celtic berniat merayakan kemenangan, para pemain dikawal menuju bus dengan segera. Mereka begitu karena sebuah kerusuhan terjadi antarsuporter. 

The National mengeklaim kerusuhan tersebut sebagai yang terburuk yang pernah terjadi di Skotlandia. Sekitar 210 orang diamankan polisi, 100 mengalami cedera, dan beberapa di antaranya luka parah.

Kerusuhan itu pula yang memunculkan larangan minuman beralkohol di pertandingan sepak bola Skotlandia. Sampai saat ini, kebijakan tersebut masih berlaku, tetapi pihak stakeholders sedang menjajaki alternatif pencabutannya sejak 2020 lalu.

5. Menghapus sektarianisme di sepak bola Skotlandia bukan perkara mudah

Rivalitas Rangers dan Celtic, Sarat Politik dan AgamaPolisi diterjunkan mengawal laga derbi Rangers dan Celtic. (instagram.com/rampant_rangers)

Sektarianisme atau konflik berlatar agama dalam sepak bola Skotlandia telah menelan banyak korban. Tak hanya luka, beberapa harus meregang nyawa. Inilah yang kemudian mendorong pemerintah setempat membuat peraturan khusus pada 2012 dengan nama Offensive Behaviour at Football and Threatening Communications (Scotland) Act untuk melarang ujaran kebencian di pertandingan sepak bola Skotlandia. 

Melansir tulisan Nick McKerrell di The Conversation, pada 2018, undang-undang ini dianulir karena banyak pasal yang ambigu dan kelewat subjektif. Menurut banyak pihak, peraturan tersebut tidak efektif melawan sektarianisme yang sudah mendarah daging.

Meski dihapus, masih banyak peraturan legal lain yang bisa dipakai untuk mengeklaim sebuah insiden terkait sepak bola. Sektarianisme memang harus diberantas dari akar, yaitu pendidikan sejak dini dan kerelaan untuk menghargai perbedaan. 

Menghilangkan rivalitas sengit antardua klub di sebuah negara memang terdengar mustahil. Seperti salah satu argumen asal mula istilah Old Firm, pertandingan antarklub yang "berseteru" selalu menarik perhatian dan jadi ladang bisnis yang subur. Tentunya harus diiringi dengan komitmen untuk menjamin ketertiban dan keselamatan suporter.

Baca Juga: 5 Mantan Bintang EPL yang Menjuarai Liga Skotlandia Bersama Celtic FC

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya