Spartak Moscow, Klub Raksasa Rusia yang Dicintai Rakyat Kecil

Klub Rusia pertama yang menganut sistem semikapitalis

Pada paruh musim 2021/2022 ini, performa Spartak Moscow memang tak semoncer rival-rival sekelasnya, macam Zenit St Petersburg, Lokomotiv Moscow, bahkan Dynamo Moscow yang kini bangkit dari keterpurukan. Namun, klub berlogo berlian merah putih ini masih jadi salah satu klub dengan penggemar terloyal dan terbanyak di Rusia. 

Sebabnya bisa ditarik lurus kepada sejarah pendirian hingga pengelolaan dananya yang berbeda dengan kebanyakan klub di Rusia. Mari mengenal salah satu klub terbesar di Rusia ini.

1. Didirikan tahun 1922 sebagai jawaban atas kemunculan klub-klub elite di Moskow

Spartak Moscow, Klub Raksasa Rusia yang Dicintai Rakyat KecilSpartak Moscow saat menjamu Napoli di European Cup 1990/1991. (twitter.com/fcsm_eng)

Spartak diprakarsai Starostin bersaudara dengan si sulung Nikolai sebagai presiden klub. Nikolai merupakan mantan pemain sepak bola yang cukup disegani. Ia bekerja menjadi atlet sepak bola dan hoki sekaligus untuk menafkahi adik-adiknya sepeninggal sang ayah.

Kariernya terus menanjak meski tak jelas untuk klub apa saja ia bermain sebelum mendirikan Spartak. Strata sosialnya pun terdongkrak dan Nikolai mulai dekat dengan tokoh-tokoh penting nan strategis di Soviet. Ia kemudian mendirikan Moscow Sports Circle (MSK) pada 1922 sebagai cikal bakal Spartak.

Pada 1930-an, MSK berubah nama menjadi Spartak Moscow dengan pendanaan dari organisasi akar rumput, Promkooperatsiia. Organisasi tersebut membawahi para pegiat industri retail, termasuk sopir taksi, pemilik salon, sales, serta orang-orang dari kalangan kelas pekerja independen yang tidak masuk kriteria definisi pekerja Partai Komunis.

2. Spartak diuntungkan saat Uni Soviet pecah dan pemerintah Rusia mengalami krisis

Spartak Moscow, Klub Raksasa Rusia yang Dicintai Rakyat Kecilpotret pemain Spartak Moscow (witter.com/fcsm_eng)

Keterlibatan Promkooperatsiia menjadi spesial mengingat saat itu semua klub sepak bola Rusia, terutama di Moskow, terafilisasi dengan kalangan elite. Sebut saja CSKA yang dimiliki tentara, Dynamo yang berafiliasi dengan NKVD atau polisi, dan Lokomotiv yang didanai perusahaan rel kereta api milik negara.

Meski begitu, dukungan pemerintah masih ada. Dalam disertasinya berjudul Selling the People's Game: Football's Transition from Communism to Capitalism in the Soviet Union and Its Successor State, Karl Manuel Veth menuliskan bahwa Spartak didukung secara finansial oleh dewan kota Moskow dan perwakilan Partai Komunis di level kota Moskow.  

Robert Edelman dalam bukunya Spartak Moscow: A History of the People's Team in the Workers' State menjabarkan bagaimana Spartak menjelma sebagai klub semikapitalis pertama di tengah ekosistem komunis di Rusia. Saat Uni Soviet pecah dan Rusia sadar akan pentingnya privatisasi dalam sepak bola, Spartak masih bisa mengandalkan penjualan tiket dan merchandise. 

Konsistensi Spartak untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah bahkan terlihat hingga kini. Sponsor utama mereka, seperti Lukoil, Nissan, dan Otkrytie Bank merupakan perusahaan privat yang tidak terafilisasi dengan pemerintah Rusia. Bertolak belakang dengan Dynamo yang pendanaannya bertumpu pada VTB, bank milik pemerintah. CSKA yang disponsori Aeroflot, maskapai penerbangan milik negara. Lokomotif yang dimiliki perusahaan rel kereta api pemerintah. Pun Zenit Saint Petersburg yang sejak 2005 dibeli kepemilikannya oleh Gazprom, perusahaan gas yang separuh sahamnya dipegang negara.

Baca Juga: 10 Spot Instagramable di Stadion Spartak Rusia, Venue Piala Dunia 2018

3. Sang pelopor, Nikolai Starostin pernah terlibat rivalitas sengit dengan petinggi Dynamo Moscow

Spartak Moscow, Klub Raksasa Rusia yang Dicintai Rakyat KecilTony Adams dan Nikolay Pisarev di atas lapangan sepak bola pada 2001. (twitter.com/fcsm_eng)

Salah satu cerita paling sering dibicarakan dari Spartak adalah rivalitas sengitnya dengan Dynamo. Sejak awal muncul, Spartak memang mencuri perhatian. Mereka berhasil menggeser dominasi tiga tim Moskow di Soviet Top League. Sontak ini membuat klub-klub elite panas. Dynamo Moscow, yang saat itu dipimpin Lavrenty Beria, sampai meminta diadakan pertandingan ulang untuk semifinal Soviet Cup yang dimenangkan Spartak atas klubnya. Jauh dari perkiraannya, Spartak tetap memenangi pertandingan ulang tersebut. 

Dilansir The Starostin Brothers: How Four Famous Footballers Ended Up in the Gulag  yang ditulis Alexandra Guzeva, Spartak yang naik daun di liga domestik berkesempatan untuk bertandang ke berbagai negara, termasuk berpartisipasi dalam III Workers’ Summer Olympiade di Antwerp, Belgia. Mereka juga pernah menjamu tim asal Basque untuk tujuan penggalangan dana.

Kebiasaan tim Spartak bertandang ke luar negeri dan bekerja sama dengan pihak-pihak asing dijadikan senjata oleh Beria pada 1940-an untuk menuntut Starostin bersaudara atas tuduhan mendukung borjuisme serta mengancam keamanan negara. Mereka mendekam di Gulag selama 10 tahun. Sebenarnya upaya penjeblosan Starostin sudah dilakukan Beria sejak 1937, tetapi saat itu Starostin memiliki dukungan kuat dari Aleksandr Kosarev yang merupakan tokoh penting di cabang pemuda Partai Komunis.

4. Spartak memiliki pendukung yang loyal sejak berdiri, okupansi stadion mereka cenderung tinggi

Spartak Moscow, Klub Raksasa Rusia yang Dicintai Rakyat KecilPendukung Spartak Moscow membentangkan spanduk pada laga melawan Lokomotiv. (twitter.com/fcsm_eng)

Sejak didirikan dan mengguncang Soviet lewat performa cemerlang para pemainnya, Spartak mendulang banyak penggemar. Utamanya para pekerja kelas menengah ke bawah. Penangkapan Starostin bersaudara makin memperkuat fanatisme pendukung Spartak yang makin membenci polisi dan militer. Robert Edelman dalam A Small Way of Saying "No": Moscow Working Men, Spartak Soccer, and the Communist Party, 1900–1945, mengutip wawancara dengan seorang penggemar Spartak pada 1990-an, yang menyaksikan dan mendengar sendiri kata-kata antipolisi dan tentara, keluar dari mulut para pendukung Spartak di stadion saat mereka bertanding melawan CSKA dan Dynamo.

Loyalitas pendukung Spartak cukup tinggi. Tak peduli dengan naik turunnya prestasi klub, okupansi stadion mereka tak pernah sepi. Sayangnya, pada 1982, animo penonton yang tinggi berujung maut. Tepatnya pada laga UEFA Cup ketika Spartak melawan HFC Haarlem. Sebuah insiden mematikan terjadi di Stadion Luzhniki. Pemerintah Rusia merilis laporan resmi dengan total korban jiwa sebanyak 66 orang.

Namun, dilansir The Guardian, saksi bisa melihat ratusan orang yang harus meregang nyawa. Jumlah korban meninggal yang sebenarnya diperkirakan mencapai lebih dari 300 orang. Para saksi melihat insiden tersebut diawali satu orang yang tersandung dan akhirnya terinjak-injak penonton lain yang merangsek ingin segera keluar dari stadion.

5. Kemunculan Spartak adalah gambaran perjuangan kelas menengah bawah

Spartak Moscow, Klub Raksasa Rusia yang Dicintai Rakyat Kecilpotret pendukung Spartak Moscow (twitter.com/fcsm_eng)

Jika boleh disimpulkan, Spartak tidak sepenuhnya bisa dibilang tim rakyat. Mereka masih disokong pemerintah utamanya pada awal pendirian. Namun, dengan campur tangan pemerintah yang tak sekental klub-klub lain, Spartak menjelma jadi simbol perjuangan kelas menengah bawah atas dominasi kelompok elite.

Seperti yang Edelman utarakan dalam setiap penelitiannya tentang sepak bola Rusia, pendukung Spartak Moscow diasosiasikan sebagai para penentang. Walau dalam praktiknya, mereka tidak menjadikan Spartak sebagai panggung politik untuk menentang ideologi komunisme atau pemerintah. 

Formula serupa digunakan Zenit pada awal kemunculan mereka sebagai klub yang mewakili para buruh pabrik pada 1925. Meski dalam perjalanannya, Zenit kini makin dikuasai pula oleh kelompok-kelompok elite lewat perusahaan milik negara. Beda dengan Spartak yang masih mempertahankan minimnya pengaruh negara dengan menggandeng perusahaan-perusahaan swasta.

Baca Juga: Mengapa Arsenal Pakai Logo Meriam? Begini Sejarahnya

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya