Tractor Sazi, Klub Sepak Bola Iran yang Sarat Aktivisme

Awalnya jadi corong suara kelompok minoritas

Sebagai cabang olahraga dengan atensi yang besar, sepak bola tak bisa lepas dari aktivisme sosial dan politik. Dalam beberapa kasus, klub sepak bola bahkan dijadikan simbol nasionalisme dan representasi kelompok tertentu.

Misalnya saja Barcelona dan Athletic Bilbao yang merepresentasikan etnik minoritas di Spanyol. Begitu pula dengan Celtic FC yang mewakili komunitas Irlandia di Glasgow, Skotlandia. 

Hal serupa ternyata juga terjadi di Iran. Meski bukan negara dengan prestasi mencolok di bidang sepak bola, mereka ternyata dihuni sebuah klub bernama Tractor Sazi atau Tractor FC.

Klub ini jadi unik karena sarat akan simbol perlawanan dan kritik pada pemerintah otoriter Iran. Bagaimana bisa? Berikut sepak terjang Tractor Sazi, klub sepak bola Iran yang sarat aktivisme. 

1. Didirikan pada tahun 1970 dan bermarkas di kota Tabriz 

Tractor Sazi, Klub Sepak Bola Iran yang Sarat Aktivismepemain Tractor Sazi (instagram.com/tractorclub1970)

Merujuk tulisan Hedayat Eydi Tarakameh yang berjudul "Sport And Social Capital And Ethnicity: Case Study of Tabriz’s Tractor Football Club In Iran", Tractor Sazi didirikan pada tahun 1970 oleh asosiasi pekerja pabrik traktor di kota Tabriz.

Kota tersebut berada di provinsi Azerbaijan Timur, Iran. Sesuai dengan nama provinsinya, Tabriz dihuni penduduk etnik Azeri (serumpun dengan orang-orang yang mendiami negara Azerbaijan, masuk dalam bangsa Turk). 

Tractor bermain rutin di Iran Pro League (liga divisi pertama di Iran) sampai musim 2000/2001 sebelum akhirnya terelegasi ke divisi kedua sejak musim 2001/2002. Mereka baru bisa promosi kembali ke divisi utama pada musim 2009/2010. Pada 2012, Tractor Sazi untuk pertama kalinya debut di AFC Champions League setelah menduduki posisi runner-up pada klasemen akhir Iran Pro League musim 2011/2012. 

2. Musuh bebuyutan klub-klub ibu kota seperti Persepolis dan Esteghlal

Tractor Sazi, Klub Sepak Bola Iran yang Sarat AktivismeMohammad Abbaszadeh dari Tractor Sazi (instagram.com/tractorclub1970)

Tractor Sazi belum pernah meraih gelar juara Iran, tetapi sejak tahun 2011 hingga kini mereka konsisten di posisi 10 besar klasemen Persian Pro League, nama baru yang dipakai untuk menggantikan Iran Pro League.

Selama ini liga sepak bola Iran didominasi klub-klub asal ibu kota, Tehran. Sebut saja Persepolis dan Esteghlal yang menjadi dua klub dengan raihan juara terbanyak sepanjang sejarah. 

Tractor merupakan satu dari sedikit klub asal kota pinggiran yang bisa bersaing ketat dengan klub-klub ibukota. Salah satu highlight dari sepak terjang Tractor terjadi menjelang akhir musim 2014/2015. Saat itu, Tractor berhasil mengalahkan Esteghlal dengan skor 4-1 dan ia hanya perlu satu kemenangan lagi untuk bisa merengkuh gelar juara Iran untuk pertama kalinya. 

Melansir tulisan Emil Souleimanov untuk The Central Asia-Caucasus Analyst, pertandingan menentukan tersebut mempertemukan Tractor dengan Naft Tehran, salah satu klub ibu kota dengan sokongan dana dari perusahaan minyak milik negara. Tractor unggul 2-1 pada babak pertama. 

Namun, pada babak kedua, wasit mengeluarkan beberapa keputusan kontroversial. Salah satunya memberikan kartu merah pada Andranik Seymourian pada menit ke-64, selang dua menit setelah ia menceploskan gol ketiga untuk Tractor Sazi. Kondisi tim yang pincang membuat Tractor akhirnya harus puas dengan hasil imbang yang membuat mereka tertinggal satu poin dari tim juara musim itu, Sepahan FC. 

Baca Juga: Timnas Iran, Raja Asia yang Ikut Piala Dunia Tiga Kali Beruntun

3. Awalnya jadi corong untuk menyuarakan hak-hak kelompok etnis minoritas Azeri 

Hasil tersebut jelas membuat suporter Tractor Sazi geram. Asumsi bahwa hasil tersebut disengaja untuk menghalangi mereka merebut gelar juara santer terdengar.

Apalagi ada sentimen antar etnik yang dibawa Tractor Sazi. Melansir jurnal berjudul "Tractor Sazi FC and the Civil Rights Movement of Turks in Iranian Azerbaijan" yang ditulis Rashid Vahidi, klub tersebut sejak pendiriannya sering dijadikan corong oleh kelompok minoritas Azeri untuk menyuarakan kepentingan dan tuntutan. 

Menurut Council on Foreign Relations, Iran telah menjamin hak-hak minoritas dalam konstitusi mereka. Namun, diskriminasi masih ditemukan. Terutama dalam penggunaan bahasa selain Persia dan kebebasan menjalankan agama selain Syiah.

Merujuk tulisan Vahidi, suporter Tractor juga sering menerima hinaan dari suporter klub ibukota yang didominasi orang-orang etnik Persia. Julukan "keledai" disematkan pada suporter Tractor dengan anggapan bahwa mereka lebih inferior.

Salah satu hal yang sering nampak pada pertandingan Tractor Sazi adalah spanduk-spanduk bertuliskan bahasa Turki Azerbaijan. Tuntutan pada pemerintah untuk mengakui bahasa Turki sebagai bahasa resmi di Iran juga sering tampak. Suporter juga biasanya menyuarakan slogan-slogan berbunyi "Tabriz, Baku, Ankara" yang menunjukkan tiga kota dengan akar bangsa Turk. 

Masih merujuk Vahidi, petugas keamanan terkadang melakukan tindakan represif untuk membungkam aktivisme politik di pertandingan Tractor Sazi. Termasuk menghalangi suporter yang hendak merayakan hari kelahiran Babek Khorramdin, tokoh penting etnik Azeri di Iran. Hal ini diamini Amnesty International yang mencatat bahwa pemerintah Iran dengan tekun melakukan berbagai cara untuk mencegah dan menghalangi aksi protes yang diinisiasi warganya. 

4. Wadah untuk para aktivis sosial dan politik Iran selain dari kaum minoritas 

Tractor Sazi, Klub Sepak Bola Iran yang Sarat Aktivismepemain Tractor Sazi (instagram.com/tractorclub1970)

Dari hak kelompok minoritas, aktivisme di tribun suporter Tractor Sazi pun meluas ke berbagai isu. Beberapa media memotret beberapa isu yang disenggol suporter Tractor. Salah satunya tuntutan menghapus larangan menonton sepak bola di stadion untuk perempuan hingga dukungan terhadap demo anti-pemerintah sepanjang 2017-2018. 

Merujuk liputan IranWire, pada 10 Agustus 2018, Tractor Sazi dijadwalkan bertanding di stadion Azadi markas Esteghlal. Ketika pertandingan akan berlangsung para suporter Tractor yang sudah dapat jatah tribun khusus terlibat adu mulut dengan suporter tim tuan rumah yang baru datang. Kondisi ini membuat suasana tak lagi kondusif dan petugas keamanan terpaksa menutup akses masuk untuk suporter Esteghlal yang tersisa di luar stadion. 

Tiga puluh menit sebelum pertandingan dimulai dan suasana mulai tenang, suporter Esteghlal yang tersisa diizinkan masuk. Namun, mereka disambut dengan teriakan "death to the dictator" dari tribun suporter Tractor. Tak perlu waktu lama, polisi huru hara langsung menangkapi orang-orang yang dianggap sebagai provokator. 

Perilaku ini sesuai dengan argumen Vahidi, bahwa Tractor Sazi sering dijadikan medium perlawanan oleh kelompok marginal terhadap sistem pemerintahan Iran yang terpusat di Tehran. 

5. Tractor Sazi hanya satu dari contoh aktivisme politik dalam sepak bola Iran 

Tractor Sazi, Klub Sepak Bola Iran yang Sarat AktivismeReza Asadi dari Tractor Sazi (instagram.com/tractorclub1970)

Beda dengan beberapa negara yang pemainnya memilih lepas dari aktivisme politik, tokoh-tokoh sepak bola Iran dikenal vokal menyuarakan opininya terhadap satu isu. Contoh terbarunya adalah aksi para pemain tim nasional sepak bola Iran yang mengenakan jaket hitam pada pertandingan persahabatan melawan Senegal di Austria pada 27 September 2022 lalu. 

Jaket hitam mereka kenakan sebagai simbol duka cita untuk mendiang Mahsa Amini, perempuan asal etnik Kurdi yang meninggal di tahanan setelah diciduk polisi karena diduga tidak mengenakan hijab sesuai aturan baru yang berlaku di Iran. Beberapa figur penting seperti Sardar Azmoun, Ali Daei, Ali Karimi, Hossein Mahini pun mengungkap kekecewaan mereka lewat media sosial. 

IranWire mengabarkan bahwa Mahini ditahan kepolisian Iran atas aktivismenya. Azmoun dan Karimi beruntung karena tinggal di luar Iran. Meski begitu, rumah dan aset Karimi di Tehran dikabarkan disegel kepolisian. Paspor Daei ditangguhkan dan ia tidak bisa pergi meninggalkan Iran. 

Berita mencengangkan juga datang dari Tractor Sazi, salah satu pemain mereka yang bernama Kaveh Rezaei menyusul Mahini menjadi tahanan polisi sejak awal Oktober 2022 lalu.

Rezaei bukan satu-satunya pemain Tractor yang vokal, tercatat Reza Asadi juga mengunggah dukungan untuk demonstran di media sosialnya. Sementara, para pemain Persepolis yang masuk ke lapangan mengenakan gelang hitam pada 3 Oktober 2022 dikabarkan diinterogasi badan inteligen Iran. 

 

Tractor Sazi bisa disebut pelopor aktivisme sosial dan politik dalam sepak bola Iran. Berawal dari mereka, kini semakin banyak suporter dan pemain yang menyuarakan opini serta ide mereka lewat stadion. 

Baca Juga: 5 Pemain Iran dengan Caps Terbanyak bersama Timnas, Ada Pencetak Rekor

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Albin Sayyid Agnar

Berita Terkini Lainnya