8 Edisi Final Liga Europa yang Berakhir dengan Adu Penalti

Sevilla terlibat dua kali

Eintracht Frankfurt berhasil menjuarai Liga Europa 2021/2022 dengan mengalahkan Glasgow Rangers lewat adu penalti di Ramon Sanchez-Pizjuan, Sevilla, Spanyol, Kamis (19/5/22) dini hari WIB. Penendang keempat Rangers, Aaron Ramsey, menjadi satu pemain yang gagal dalam adu tos-tosan ini. Kedua tim sebelumnya bermain imbang 1-1 pada waktu normal.

Liga Europa sendiri mulai berlangsung pada 1971/1972 dengan nama Piala UEFA. Bersama dengan edisi terbaru 2021/2022, tercatat ada delapan final yang berakhir dengan adu penalti.

1. Musim 2021/2022

Eintracht Frankfurt menjadi juara pada edisi terbaru setelah mengalahkan Glasgow Rangers lewat adu penalti. Kevin Trapp mampu menahan tendangan eksekutor keempat Rangers, Aaron Ramsey, yang mengarah ke sisi kiri bawah gawang.

Pada waktu normal, Rangers sebenarnya menjadi tim yang unggul terlebih dahulu. Mereka mencetak gol pada menit 57 lewat Joe Aribo. Namun, pada menit 69, Rafael Borre berhasil menyamakan kedudukan.

2. Musim 2020/2021

Pada 2020/2021, juara Liga Europa juga harus ditentukan lewat adu penalti. Villarreal akhirnya keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Manchester United. Mereka adu penalti hingga penendang ke-11. Penendang terakhir Manchester United, David De Gea, menjadi eksekutor gagal.

Seperti halnya edisi di atas, kedua tim juga bermain imbang 1-1 pada waktu normal. Bedanya, Villarreal mampu mencetak gol terlebih dahulu lewat Gerard Moreno pada menit 29. Manchester United kemudian menyamakan kedudukan lewat Edinson Cavani pada menit 55.

3. Musim 2013/2014

Final edisi 2013/2014 mempertemukan Sevilla dan Benfica. Kedua tim bermain imbang tanpa gol pada waktu normal. Sevilla akhirnya keluar sebagai juara setelah dua penendang Benfica, Oscar Cardozo dan Rodrigo, gagal menjalankan tugasnya.

Sebagai catatan, ini merupakan gelar pertama dari three-peat Sevilla (2014—2016). Sementara, bagi Benfica, ini kekalahan di final yang berulang. Mereka sempat ke final dan kalah dari Chelsea dengan skor 1-2.

4. Musim 2006/2007

Pengalaman di atas bukan yang pertama bagi Sevilla. Pasalnya, pada edisi 2006/2007, mereka juga berhasil menjadi juara lewat adu penalti. Kala itu lawannya adalah tim senegara, Espanyol. Mereka bermain imbang 2-2 pada waktu normal.

Sevilla memimpin lewat Adriano pada menit 18. Albert Riera kemudian menyamakannya pada menit 28. Frederic Kanoute kembali membawa Sevilla unggul pada menit 105. Namun, Jonatas memaksa pertandingan ditentukan lewat penalti setelah mencetak gol pada menit 115.

Tiga dari empat penendang Espanyol gagal memanfaatkan kesempatan. Mereka adalah Luis Garcia, Jonatas, dan Marc Torrejon. Sementara, di sisi Sevilla, hanya Dani Alves yang gagal. Sevilla pun akhirnya menang adu penalti dengan skor 3-1.

Baca Juga: 5 Pemain dengan Gol Terbanyak di Liga Europa Musim 2021/2022

5. Musim 1999/2000

Sebelum kalah dari Chelsea dengan skor 1-4 pada edisi 2018/2019, Arsenal pernah merasakan final Liga Europa 1999/2000. Namun, kesempatan pertama tersebut juga berakhir dengan kekalahan. Mereka kalah dari Parma lewat adu penalti.

Kedua tim bermain imbang 0-0 pada waktu normal. Arsenal gagal memanfaatkan keunggulan jumlah pemain ketika Gheorge Hagi mendapat kartu merah pada menit 94. Sementara, pada babak adu penalti, Davor Suker dan Patrick Vieira menjadi dua eksekutor mereka yang gagal.

6. Musim 1996/1997

Musim 1996/1997 merupakan edisi terakhir laga final digelar secara dua leg. Pada edisi ini, Inter Milan dan Schalke menjadi dua tim yang berlaga di partai puncak. Pertandingan pada leg kedua akhirnya berlanjut ke babak adu penalti setelah Inter Milan mampu menang dengan skor 1-0, seperti yang diraih Schalke pada leg pertama.

Nahas bagi Inter MIlan. Bermain di kandang sendiri, mereka harus merelakan gelar juara kepada Schalke. Pasalnya, tim asal Jerman tersebut mampu menang adu penalti dengan skor 4-1. Ivan Zamorano, yang mencetak gol pada waktu normal, dan Aron Winter menjadi dua pemain Inter Milan yang gagal mencetak gol penalti.

7. Musim 1987/1988

Bayer Leverkusen berhasil menjadi juara pada edisi 1987/1988 dengan sangat dramatis. Pada laga final leg pertama, mereka tertinggal 0-3 dari Espanyol. Namun, pada leg kedua di kandangnya sendiri, Leverkusen mampu menyamakan agregat.

Situasi kembali menegangkan bagi Leverkusen ketika penendang pertama mereka, Ralf Falkenmyer, gagal. Sebaliknya, dua penendang pertama Espanyol sukses. Namun, keajaiban datang ketika 3 penendang Espanyol selanjutnya gagal dan 3 penendang mereka berhasil.

8. Musim 1983/1984

Tottenham Hotspur mengoleksi dua gelar Liga Europa. Pertama, pada edisi perdana atau 1971/1972 dengan mengalahkan Wolverhampton Wanderers. Kedua, pada edisi 1983/1984 dengan mengalahkan Anderlecht lewat adu penalti setelah bermain imbang 1-1 dalam dua leg.

Kiper Spurs, Tony Parks, menjadi pahlawan dalam pertandingan ini. Ia berhasil menahan eksekusi dua penendang Anderlecht, Morten Per Olsen dan Arnor Gudjohnsen. Daniel Thomas menjadi satu eksekutor Spurs yang gagal.

Meski kalah pamor dari Liga Champions, Liga Europa tetap menghadirkan drama-drama yang tidak kalah luar biasa. Contohnya seperti delapan edisi final di atas yang harus ditentukan lewat adu penalti. Musim ini pun Eintracht Frankfurt harus juara setelah menang penalti.

Baca Juga: 5 Fakta di Balik Eintracht Frankfurt Juara Liga Europa 2021/2022

Ibnu Gifar Ramzani Photo Verified Writer Ibnu Gifar Ramzani

Penulis buku "Kick Off!: Melacak Perkembangan Awal Futsal di Indonesia 1989-2006" (Penerbit Dramaturgi, Juni 2021)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya