Nih, Rahasia Kiper Memblokir Tendangan Penalti!

#WorldCup2018 Data, kebiasaan dan prasangka

Jakarta, IDN Times – Dalam duel adu penalti, kiper selalu dihadapkan pada keputusan yang sulit. Sebab ia harus menepis atau menghalau bola yang ditendang dari jarak 11 meter di depannya. Ia harus memutuskan harus melompat ke kanan, kiri, atau tetap berdiri di tengah dalam hitungan sepersekian detik.

Tak mengherankan jika lebih banyak kiper gagal memenangkan duel adu penalti, bahkan kiper sangat senior sekalipun.

1. Presentase kebiasaan kiper melompat

Nih, Rahasia Kiper Memblokir Tendangan Penalti!fifa.com

André Spicer, seorang profesor perilaku organisasi di Cass Business School University of London menyebut dari 286 adu penalti, sebagian besar kiper memilih melompat ke kiri (49,3 persen) atau kanan (44,4 persen), dan tetap di tengah (6,3 persen). 

2. Arah tendangan saat penalti

Nih, Rahasia Kiper Memblokir Tendangan Penalti!eurosport.com

Seperti dilansir The Guardian, jika kiper tetap di tengah mungkin menjadi pilihan yang baik. Sebuah studi menunjukkan 39,2 persen dari tembakan mengarah ke tengah, 32,1 persen ke kiri dan 28,7 persen ke kanan.

3. Jadi lebih baik lompat ke mana?

Nih, Rahasia Kiper Memblokir Tendangan Penalti!Pinterest.com

Menurut Michael Bar-Eli dan rekan-rekannya, jawabannya adalah tindakan prasangka. Ini adalah kecenderungan kita untuk bertindak bahkan ketika tidak melakukan apa pun dirasa lebih baik.

Contoh-contoh dari tindakan prasangka ada di sekitar kita. Pemilik klub sepak bola dihadapkan dengan penampilan buruk dan memecat pelatih mereka meskipun akan lebih baik untuk mempertahankannya. Orang yang memperdagangkan saham lebih suka melakukan perdagangan yang tidak menguntungkan daripada tidak melakukan apa-apa. Dokter sering melakukan operasi caesar ketika kelahiran alami akan lebih baik.

4. Lebih baik bertindak dan salah dibanding tidak melakukan apapun

Nih, Rahasia Kiper Memblokir Tendangan Penalti!FIFA

Salah satu alasan kita sangat ingin bertindak adalah untuk menghindari penyesalan. Kiper yang berada di bawah tekanan karena tim mereka kalah sering melompat. Mereka tahu jika mereka tidak melakukan apa-apa dan kehilangan bola, maka mereka akan merasa lebih buruk dibanding mereka mencoba dan melakukan kesalahan.

Pernyataan itu didukung oleh penelitian tim psikologi Belanda. Mereka memerhatikan bahwa jika orang dihadapkan dengan serangkaian hasil negatif setelah melakukan tugas, maka mereka lebih cenderung memilih untuk melakukan sesuatu daripada tidak melakukan apa-apa. Ketika ditanya mengapa mereka memutuskan untuk bertindak, mereka menemukan bahwa orang yang mereka pelajari ingin menghindari rasa menyesal karena tidak berusaha.

5. Psikologi penghargaan dari melakukan kesalahan

Nih, Rahasia Kiper Memblokir Tendangan Penalti!foxsport.com

Dalam permasalahan kiper, jika gol terjadi karena bola mengarah ke kanan sementara kiper melompat ke kiri, fans akan berpikir sang kiper hanya sedang sial salah mengantisipasi. Namun jika kiper tetap berada di tengah, dan bola melaju ke kiri atas gawang, kemungkinan fans akan marah dengan kemalasan mereka.

Jadi, kita memberi penghargaan kepada kiper dengan persetujuan kita jika kiper melakukan sesuatu, bahkan jika itu salah, tetapi kita akan menghukum mereka dengan ejekan jika mereka tidak melakukan apa-apa.

Baca Juga: Dramatis: Ditekuk Kroasia 1-2, Inggris Gagal Menembus Final!

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya