Demi Sepak Bola Tanah Air, Soeratin Rela Tinggalkan Zona Nyaman

Ia melepas jabatan tingginya di perusahaan Belanda

Jakarta, IDN Times - Bicara mengenai sejarah sepak bola Indonesia, tentu tak bisa dilepaskan dari nama Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Sebab ia merupakan inisiator berdirinya Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930.

berkat tangan dinginnya, dia bisa mengembangkan sepak bola Indonesia dan membuat PSSI bisa bertahan 93 tahun sampai sekarang.

Soeratin adalah pemuda yang memimpin perlawanan masyarakat pribumi melalui sepak bola. Hingga, akhirnya Indonesia mencapai kemerdekaan pada tahun 1945.

Soeratin juga diangkat sebagai Ketua Umum pertama PSSI, federasi sepak bola tertinggi di Indonesia yang saat ini bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan aktivitas sepak bola di Tanah Air.

Melihat sepak terjangnya, semua orang pasti penasaran dengan latar belakang Soeratin. Siapa dia, berikut adalah fakta-fakta menarik tentang Soeratin sang pendiri PSSI:

1. Soeratin lahir dari keluarga ningrat dan terpelajar

Demi Sepak Bola Tanah Air, Soeratin Rela Tinggalkan Zona Nyamanhttps://javapost.nl

Siapa yang menyangka jika Soeratin terlahir dari keluarga terpelajar. Lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898, Soeratin merupakan anak dari R. Soesrosoegondo, guru dari Kweekschool (Sekolah Keguruan). Selain itu ia juga dikenal sebagai penulis buku Bausastra Bahasa Jawi.

Jika melacak garis keturunannya, Soeratin memiliki darah biru dari ibunya, RA Srie Woelan, yang notabene adalah adik kandung dari pendiri organisasi Budi Utomo, yakni Dr. Soetomo.

Baca Juga: Persebaya U-17 Juara Piala Soeratin, Risma: Jangan Cepat Puas

2. Soeratin sekolah di luar negeri

Demi Sepak Bola Tanah Air, Soeratin Rela Tinggalkan Zona Nyamansteemit.com/Buku Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepakbola

Soeratin memang terlahir dari keluarga terpelajar. Wajar jika ia menggeluti pendidikan dengan sangat serius. Setelah tamat dari koningen Wihelmina School (KWS) di Jakarta pada 1920, ia memilih hijrah ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah tinggi.

Ia tercatat masuk Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, Hamburg, Jerman pada tahun 1920. Tujuh tahun menimba ilmu di negeri seberang, ia kemudian kembali ke Tanah Air dengan gelar insinyur sipil pada 1928.

3. Bekerja di perusahaan bernama Bouwkundig Bureu Sitsen en Lausada

Demi Sepak Bola Tanah Air, Soeratin Rela Tinggalkan Zona Nyamansteemit.com/Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belanda Dengan Sepak Bola

Setelah kembali ke tanah air dengan membawa gelar sarjana, ia langsung bekerja di salah satu perusahaan konstruksi milik Belanda, bernama bernama Bouwkundig Bureu Sitsen en Lausada di Yogyakarta.

Kariernya di sana bisa dibilang melejit karena dengan statusnya sebagai pribumi Soeratin mendapatkan jabatan yang tinggi yang biasanya dijabat oleh orang-orang Belanda. Dengan jabatan tersebut, ia pun diganjar pendapatan yang lumayan tinggi sebesar seribu gulden per bulan.

Soeratin memiliki andil besar dalam beberapa pembangunan di tanah air, ia ikut dalam proyek membangun infrastruktur seperti jembatan hingga gedung di Tegal dan Bandung.

4. Soeratin memilih berjuang dan meninggalkan pekerjaannya

Demi Sepak Bola Tanah Air, Soeratin Rela Tinggalkan Zona Nyamansteemit.com/buku Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepakbola

Soeratin memilih keluar dari zona nyamannya. Ia melepas pekerjaannya demi berjuang bersama jong-jong (perkumpulan pemuda) untuk berjuang melalui sepak bola. Bahkan, pemuda di sepak bola juga yang ikut mendorong Sumpah Pemuda pada Oktober 1928.

Perjuangannya tak sampai di situ saja, Soeratin menjadi inisator lahirnya PSSI. Bersama beberapa bond, seperti Voetbal Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbalbond (BIVB), Persatuan Sepak bola Mataram (PSM Yogya), Voerslandshe Voetbalbond (VVB Solo), Madioensche Voetbalbond (VVB), Indonesische Voetbalbond Magelang (IVBM), dan Soerabajasche Indonesische Voetbalbond (SIVB) menjadikan si kulit bundar alat perjuangan bangsa Indonesia melalui olahraga.

Sayangnya, setelah 74 tahun Indonesia merdeka, prestasi sepak bola Indonesia belum juga mendunia. Kemelut yang seolah tak ada habisnya di tubuh PSSI dan tangan-tangan mafia pengatur skor antara lain menjadi penyebab mandegnya prestasi sepak bola nasional.

Karena itu, mumpung dalam suasana memperingati kemerdekaan, mari kita mengingat lagi perjuangan Soeratin yang telah melakukan segalanya demi sepak bola, termasuk meninggalkan jabatannya di perusahaan Belanda.

Baca Juga: Lima Syarat Menjadi Ketua Umum PSSI, Cak Imin Terganjal Syarat Kedua?

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Satria Permana
  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya