Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada Kesimpulan

Sejumlah kontroversi mengiringi perjalanan Liga 1 2018

Jakarta, IDN Times - Perjalanan kompetisi sepakbola Indonesia dalam berbagai level, musim ini mendapat sorotan tajam. Meski ada beberapa perbaikan signifikan, semua stakeholder sepakat bahwa sepakbola Indonesia harus menjadi lebih baik di masa depan.

Sejumlah kontroversi mengiringi perjalanan Liga 1 edisi kali ini. Yang paling menyita perhatian tentu masalah juara settingan dan isu pengaturan skor yang melibatkan klub-klub di berbagai strata kompetisi baik Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3.

Ada juga kasus lain macam, pemukulan terhadap wasit, seperti yang dilakukan pemain Bhayangkara Muda (klub Liga 3), Manan Samara, yang melancakan bogem mentah ke wajah wasit dalam laga melawan Persebara Banjarnegara, belum lagi sejumlah insiden seperti kekerasan antar-pemain.

Daftar kontroversi bertambah bila kejadian-kejadian di Liga 2 disertakan kejadian yang melibatkan suporter, seperti masuknya suporter ke dalam lapangan, pelemparan, serta pemukulan dan pengeroyokan yang mengakibatkan korban jiwa, seperti kasus tewasnya Haringga Sirla di Bandung.

1. PT. LIB janjikan perubahan di kompetisi musim depan

Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada KesimpulanANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Munculnya isu pengaturan skor hingga kekerasan yang terjadi di kompetisi sepak bola Indonesia beberapa waktu kebelakang menimbulkan kekhawatiran dari operator kompetisi, PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB), selaku penyelengara  Liga 1, Liga 2, dan Liga 1 U-19. Menurut Direktur PT. LIB, Risha Adi Widjaya, kasus tersebut akan membuat sponsor berpikir lagi untuk bisa menjadi investor.

"Tentu ini jadi suatu yang tak baik. Tapi, ini juga tidak hanya match fixing, kasus lain seperti kerusuhan suporter dan adanya korban tentu memiliki implikasi negatif bagi kompetisi. Ini suatu tantangan kami menjadi operator musim depan," ujar eks direktur PT. Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) tersebut.

PT. LIB harus memutar otak untuk segera melakukan evaluasi mengenai permasalahan tersebut agar tak terjadi kembali kedepan. Sebab, tutur Risha, kompetisi tentu tak ingin kehilangan sponsor. Oleh sebab itu, ia pun menjanjikan perubahan di musim depan.

"Mungkin kami akan melakukan perubahan, di antaranya masalah perubahan regulasi. Namun, harus diingat, regulasi kan hanya mengatur dari sisi pelaksanaan kompetisi, karena ada yang lebih tinggi dari hal tersebut, yakni disiplin regulasi," katanya.

Baca Juga: Rangkap Jabatan Pengurus PSSI dan Pemilik Klub Jadi Polemik

2. Manajer Bhayangkara FC ingin PSSI juga perbaiki masalah perangkat pertandingan

Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada Kesimpulanwww.instagram.com/simonmcmenemy

Di sisi lain, Manajer Bhayangkara FC, AKBP Sumarji, menyebut federasi sepakbola Indonesia (PSSI) juga harus melakukan evaluasi yang tepat terkait permasalahan yang mengakibatkan maraknya kasus-kasus yang terjadi musim ini. Sebab, menurutnya, federasi yang paling menentukan karena permasalahan utamanya itu sebetulnya bermuara pada satu titik.

“Kalau bicara perbaikan, sebetulnya masalah-masalah yang muncul itu bermuara dari mana? Ya berawal dari perangkat pertandingan. Sebab, perangkat pertandingan wajib memiliki integritas tinggi, itu yang masih belum ada,” kata Sumarji kepada IDN Times.

3. Sumarji anggap masih banyak perangkat pertandingan di Indonesia yang belum memiliki integritas

Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada KesimpulanInstagram.com/bhayangkarafc

Ia mengungkapkan pelanggaran yang terjadi tentu semuanya berawal dari lapangan hijau.  Kata Sumarji, salah satu kasus masuknya penonton ke lapangan, pemukulan terhadap wasit, itu diakibatkan karena ketidakpuasan terhadap perangkat pertandingan. Sehingga, mereka melampiaskannya kepada orang yang dianggap bertanggung jawab.

“Kasus pengaturan skor dalam sepak bola juga, dari kemarin yang dibicarakan dari a-z, tapi tak ada yang menyebutkan pemantik terjadinya pengaturan skor. Kalau kata saya itu karena perangkat pertandingan tak berintegritas. Itu karena mereka masih kurang secara materi, jadi tak mampu menolak pesanan siapa pun,” bebernya.

Secara pribadi, Sumarji menilai, jika perangkat pertandingan di Indonesia sebagaian besar masih dianggap kurang. Menurutnya, perbandingan perangkat pertandingan yang memiliki integritas perbandingannya 40:60, atau lebih banyak yang dianggap tak memiliki integritas.

Oleh sebab itu, Sumarji ingin hal itu diperbaiki. Ia meyakini jika integritas perangkat pertandingan terjamin, masalah yang timbul di lapangan akan bisa diminimalisir.

4. SOS minta evaluasi total kompetisi

Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada KesimpulanLiga-Indonesia.id

Terkait masalah-masalah yang terus terulang di kompetisi sepakbola Indonesia, Save Our Soccer (SOS) menginginkan PSSI dan pemerintah segera melakukan evaluasi total kompetisi. Terutama pada kejadian yang melibatkan suporter, kerusuhan, pelemparan, serta pemukulan dan pengeroyokan yang mengakibatkan korban jiwa.

Koordinator SOS, Akmal Marhali mengungkapkan bahwa selama ini kekerasan yang terjadi di sepakbola indonesia, khususnya yang melibatkan suporter, sudah sangat kronis. Ia pesimistis akan terjadinya perbaikan jika masalah kontroversial itu terus terulang.

“Fungsi pengawasan harus benar-benar dilakukan. Masyarakat itu cuma ingin hiburan dan sepak bola yang memberi prestasi. Kasus sebelumnya tak pernah ada penyelesaiannya, baik secara regulasi sepakbola atau hukum kriminalitas secara tuntas," beber eks CEO Tangerang Wolves tersebut.

"Pemerintah juga  musti tegas dalam memberikan sanksi terhadap aktivitas sepakbola yang mengakibatkan hilangnya nyawa,” sambungnya.

5. Manajer Bhayangkara FC tak setuju pemain asing ditiadakan di Liga 1

Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada Kesimpulanliga-indonesia.id

Sementara, mengenai isu yang berembus tentang gagasan penghapusan kuota pemain asing di Liga 1 edisi 2019, Sumarji tegas mengatakan tak setuju dengan hal tersebut. Sebab akan banyak dampak yang ditimbulkan, mulai dari kualitas kompetisi hingga komersialisasi klub.

“Saya enggak setuju, pemain asing tetap dibutuhkan, salah satunya untuk menjadi contoh buat para pemain muda, dengan catatan pemain itu punya kualitas dan sikap yang baik. Terus, pemain asing kan yang buat kompetisi jadi ramai juga,” ungkap Sumarji.

Sumarji sebetulnya lebih setuju jika ada inovasi regulasi mengenai pelarangan penggunaan penyerang asing di kompetisi. Itu akan memberikan peluang yang lebih besar bagi para penyerang lokal untuk unjuk gigi nantinya.

6. Gagasan regulasi dihapuskannya pemain asing, PT. LIB serahkan ke PSSI

Evaluasi Kompetisi Sepakbola Indonesia: Belum Ada Kesimpulanpssi.org

PT. LIB sendiri selaku operator Liga 1 belum memutuskan apakah gagasan tersebut akan diberlakukan musim depan atau tidak. Pasalnya, regulasi tersebut merupakan kewenangan penuh PSSI sebagai federasi tertinggi.

“PT. LIB hanya pelaksana. Waktu itu, munculnya gagasan larangan pemain asing memang karena timnas kita kekurangan penyerang berkualitas. Wacana sudah dikemukakan, saat ini tinggal menimbang apakah memungkinkan atau tidak larangan penggunaan penyerang asing? Semua keputusan ada di federasi,” tukas Risha.

Namun, sejauh ini, PSSI sendiri masih belum menunjukan tanda-tanda akan melakukan evaluasi terkait pelaksanaan kompetisi sepakbola di berbagai level selama 2018. Sebab, pihak klub masih belum dihubungi oleh federasi.

Terlepas dari kapan akan digelarnya evaluasi, masyarakat pencinta sepak bola Indonesia tentu sudah tak sabar menanti perubahan yang dilakukan PSSI. Bagaimanakah nantinya kesimpulan dari PSSI?

Baca Juga: La Nyalla: Pak Edy Pimpin PSSI Lebih Baik dari Saya

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya