[VIDEO] 5 Final Liga Champions Paling Fenomenal & Sulit Dilupakan

Yuk nostalgia sebentar sebelum nonton final Liga Champions

Mengutip Fourfourtwo, UEFA Champions League (UCL) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Liga Champions Eropa, sejatinya bernama Piala Champions atau European Champion Clubs. Pada tahun 1992, UEFA, badan sepak bola Eropa, meresmikan perubahan format dari Piala Champions ke UCL.

Sebelumnya, pada format Piala Champions klub-klub pesertanya hanya melalui sistem gugur dan jumlah peserta tidak sebanyak sekarang. Walaupun nama telah berubah, kampiun Piala Champions tetap diakui sebagai juara Liga Champions.

Transformasi bentuk kompetisi sepak bola kasta tertinggi Eropa ini semakin mementaskan persaingan seru antar klub daratan Eropa. Tidak jarang pula, final UCL menyajikan tontonan yang menarik serta menghibur bagi penggemar sepak bola.

Dari 25 final Liga Champions sejak kompetisi ini berubah format menjadi UCL, inilah lima pertandingan puncak yang paling diingat fans sepak bola.

5. Real Madrid vs Bayer Leverkusen (Musim 2001/2002)

https://www.youtube.com/embed/QryFUtRtUiM

Pada 15 Mei 2002 di Hampden Park, Glasgow, Real Madrid yang diisi pemain bintang seperti Zinedine Zidane, Raul Gonzalez, Roberto Carlos, dan Luis Figo, berhadapan tim kuda hitam bernama Bayer Leverkusen yang dipimpin kapten tim nasional Jerman, Michael Ballack.

Sampai menit ke 44, kedudukan masih imbang 1-1 dengan gol disumbangkan Lucio dari Leverkusen dan Raul dari kubu Madrid.

Menjelang peluit babak pertama usai, umpan lambung Roberto Carlos dari sisi kiri disambut oleh tendangan voli kaki kiri Zidane. Gol cantik yang pada akhirnya membawa kemenangan bagi Madrid itu diklaim sebagai gol terbaik Liga Champions sepanjang masa.

Zidane sendiri dinobatkan man of the match karena keberhasilannya mencetak gol kemenangan dengan cara yang luar biasa.

4. Manchester United vs Bayern Munich (Musim 1998/1999)

https://www.youtube.com/embed/XXczJ0tGrK0

Pertandingan final musim 1998/1999 mempertontonkan dua klub terkuat saat it. Yakni Manchester United (MU) yang masih dilatih oleh Sir Alex Fergusson, menantang Bayern Munich yang dikomando oleh kapten sekaligus kiper legendaris, Oliver Kahn. Gol Mario Basler dimenit keenam membuat Bayern di atas angin.

Ketika harapan fans MU hampir lenyap setelah 90 menit Bayern masih memimpin, gol Teddy Sheringham di menit pertama waktu tambahan atau injury time mengagetkan pemain klub Jerman tersebut. Seakan memperoleh momentum, MU justru semakin gigih menyerang di sisa waktu.

Hasilnya, Ole Gunnar Solksjaer mencetak gol kemenangan tepat sebelum wasit Pierluigi Collina mengakhiri pertandingan. Kemenangan Bayern yang sudah di depan mata, sirna dalam waktu 3 menit. Sehingga kejadian ini tidak hanya mengejutkan kedua belah tim dan penggemarnya. Melainkan juga pencinta bola di dunia.

3. Manchester United vs Chelsea (Musim 2007/2008)

https://www.youtube.com/embed/RRB4qzaQu_M

Di stadion Luzhniki, Chelsea berkesempatan untuk meraih gelar UCL pertama kalinya sepanjang sejarah, dengan syarat tim asal London itu mampu menundukkan MU. Cristiano Ronaldo yang waktu itu masih berbaju Setan Merah, julukan MU, mencetak gol pertama dalam laga final tersebut sebelum disamakan oleh Frank Lampard.

Meskipun jual beli serangan terjadi di waktu normal, kedua tim belum berhasil menciptakan gol tambahan. Babak perpanjangan waktu 2 x 15 menit pun tidak menghasilkan apa-apa. Alhasil, pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti.

Dilansir dari ESPN, adu penalti dimulai oleh penendang MU serta disusul penendang Chelsea. Setelah dua eksekutor dari kedua tim sukses melaksanakan tugas, Cristiano Ronaldo maju sebagai penendang ketiga. Namun sayang tendangan Ronaldo mampu ditepis oleh kiper Chelsea, Petr Cech.

Pasca kegagalan Ronaldo, Chelsea tinggal selangkah lagi membawa pulang trofi UCL selepas penendang kelima MU melakukan penalti.

Keputusasaan pemain MU, khususnya Ronaldo, berubah menjadi harapan karena John Terry, eksekutor terakhir Chelsea, gagal menceploskan gol pamungkas. Nasib buruk menimpa Terry. Karena ia terpeleset yang menyebabkan tembakannya melenceng.

Atmosfer kemenangan berbalik mendukung MU. Kegagalan Terry menekan mental pemain Chelsea lainnya, yang berimbas pada gagalnya Nicolas Anelka memasukkan bola ke gawang Van Der Sar, sehingga MU juara. Ronaldo dapat tidur dengan tenang. Sebaliknya Terry akan mengingat momen ini seumur hidupnya.

2. Real Madrid vs Atletico Madrid (Musim 2013/2014)

Final Liga Champions di Lisbon bertajuk derby Madrid, yang mempertemukan Real Madrid dengan seteru terberatnya, Atletico Madrid. Keduanya melaju ke final dengan susah payah. Mengingat Atletico harus menyingkirkan Barcelona dan Chelsea sebelumnya, lalu di babak sistem gugur Madrid dihadapkan tim-tim jagoan asal Jerman yang saat itu menjadi momok El Real, sebutan Madrid.

Pada penghujung babak pertama, Atletico sanggup menceploskan bola setelah Iker Casillas, kiper Madrid saat itu, ceroboh dalam mengantisipasi sundulan Diego Godin. Selepas gol Atletico, Real Madrid menggempur pertahanan lawannya tanpa ampun, namun hingga menit 90 kedudukan masih 1-0 untuk Atletico.

Di saat laga sepertinya hampir usai, sepak pojok Luka Modric sukses dikonversi menjadi gol oleh Sergio Ramos. Akibat gol ini, selain pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan, semangat pemain Atletico turun drastis. Sebaliknya mental pemain Madrid kembali pulih.

Hasilnya, pada babak extra time, Madrid tidak dapat dihentikan dengan mencetak 3 gol tambahan. Dilansir dari The Guardian, peluit akhir pertandingan memastikan Madrid menghapus puasa gelar UCL dalam 12 tahun, sekaligus berhasil mengoleksi La Undecima atau trofi UCL kesepuluh.

1. Liverpool vs AC Milan (Musim 2004/2005)

https://www.youtube.com/embed/fCkbw2x_OZI

Final paling memorable pantas disematkan pada pertandingan antara Liverpool, yang berhadapan dengan AC Milan. Digelar di stadion Olimpic, Istanbul, AC Milan yang masih diisi oleh sosok legendaris seperti Paolo Maldini, Andriy Shevchenko, Andrea Pirlo, dan Ricardo Kaka mengungguli Liverpool dengan skor 3 gol tanpa balas dalam 45 menit pertama.

Trofi UCL seperti sudah digenggam oleh Milan. Namun, asumsi ini terkikis di babak kedua.

Dietmar Hamann yang dimasukan oleh pelatih Liverpool, Rafael Benitez, mengubah gaya tim Inggris ini semakin agresif. Gencarnya gelombang serangan pemain Liverpool mengagetkan pemain Milan yang merasa sudah unggul jauh.

Dalam waktu 15 menit, publik di seluruh dunia terkejut karena Steven Gerrard, Dimitri Smicer, serta Xabi Alonso sukses menyamakan kedudukan.

Kedudukan sama kuat tiga gol bertahan hingga berakhirnya babak kedua extra time. Babak adu penalti menyempurnakan comeback fantastis Liverpool setelah Jerzy Dudek menepis tendangan Shevchenko.

Liverpool unggul 3-2 dalam babak tos-tosan. Hingga saat ini, dilansir dari Skysports, bangkitnya Liverpool di pertandingan tersebut dikenang sebagai “Miracle of Istanbul”.

Dari kelima final tersebut, manakah final Liga Champions paling berkesan menurut kamu?

Ivan Kristianto Photo Writer Ivan Kristianto

Be the best that you can be! Find me at: https://www.facebook.com/YohanesIvan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya