Timnas Gagal Emas, Alasan Mengapa Tak Perlu Larut dalam Kesedihan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tim Nasional Indonesia gagal meraih emas dalam gelaran SEA Games. Pada pertandingan Selasa malam (10/12), tim asuhan Indra Sjafrie dikandaskan Vietnam dengan skor 3-0. Cederanya gelandang Evan Dimas sejak awal pertandingan membuat serangan Garuda Muda buntu. Vietnam yang mengandalkan serangan balik justru berhasil memanfaatkan peluang dan mengonversinya menjadi sebuah gol.
Kekalahan ini tentu menambah daftar panjang kegagalan Indonesia dalam meraih emas pada SEA Games. Sejak mengikuti SEA Games, Indonesia hanya meraih dua kali emas yaitu pada tahun 1987 dan 1991.
Sedih memang, tapi rasanya kita harus logis. Kumpulan data di bawah ini rasanya akan menjadi alasan mengapa kita tak perlu larut dalam kesedihan.
1. Indonesia sudah kalah 5 kali dalam final SEA Games
Alasan pertama mengapa kita tak perlu sedih adalah faktor sejarah. Sejak ikut serta dalam SEA Games, Indonesia sebenarnya sudah masuk final tujuh kali. Sayangnya kita hanya mampu mengantongi emas dua kali, yaitu pada edisi 1977 dan 1991.
Lima final sisanya yang mengalami kekalahan antara lain:
- 1979 (vs Malaysia 0-1)
- 1997 (vs Thailand 2-4)
- 2011 ( vs Malaysia 3-4)
- 2013 ( vs Thailand 0-1)
- 2019 (vs Vietnam 0-3)
2. Vietnam tak terkalahkan dalam 27 pertandingan terakhir saat melawan tim Asia Tenggara
Yang kedua, kalian para penggemar Timnas juga tak perlu bersedih. Sebab, lawan yang kita hadapi semalam bukalah lawan mudah. Ditambah kemenangan lawan Indonesia semalam, Vietnam tak pernah kalah pada 27 pertandingan terakhir melawan tim Asia Tenggara. Hasil ini tak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Park Hang-seo.
Editor’s picks
Baca Juga: Timnas Indonesia, Belajarlah dari Semangat Juang Yunani
3. Kuasai ball possession 65 persen, Timnas kalah dari segi permainan
Menggantung asa tinggi terhadap Timnas memang boleh saja dilakukan. Tapi kondisi di lapangan tentu harus membuat kita lebih realistis. Meski unggul secara penguasaan bola 65 persen banding 35 persen, level permainan Indonesia semalam memang masih di bawah Vietnam.
Ketiadaan Evan membuat serangan dari Garuda Muda kerap patah di tengah. Sekalinya tembus final third, pemain Timnas terlihat bingung dalam penyelesaian akhir.
4. Federasi Vietnam sudah berbenah jauh-jauh hari, kita?
Jangan salah, apa yang didapatkan Vietnam semalam bukan perjuangan singkat. Prestasi sebuah Timnas tentu saja sangat dipengaruhi oleh kondisi federasi. Negeri para Nguyen itu sempat dihebohkan dengan skandal pengaturan skor pada tahun 2014.
Bukannya menutupi, federasi sepak bola Vietnam, VFF melakukan bersih-bersih. Pemain, pelatih dan wasit yang terlibat suap dihukum larang beraktivitas di dunia sepak bola. Bahkan, mereka juga dimejahijaukan.
Hal ini juga didukung oleh tim-tim yang berlaga di liga Vietnam. Mereka bahkan membuat semacam petisi agar VFF membuat peraturan tegas. Salah satunya adalah dana jaminan klub yang ingin mengikuti kompetisi sebesar Rp25 miliar. Syarat itu akhirnya menjadi seleksi alami bagi klub di sana. Jumlah klub yang sanggup menyetorkan dana memang tak banyak, tapi kualitas liga jadi terjamin, termasuk mengikis adanya praktik suap.
5. Sebobrok apapun sepak bola Indonesia, kita wajib tetap mendukungnya
Sekusut apa pun federasi dan kondisi Timnas, rasanya kita tak boleh surut langkah. Paceklik gelar di SEA Games bukan kiamat bagi dunia sepak bola dalam negeri. Yakinlah masih ada harapan bagi Timnas kita, terlebih jika melihat prestasi di level junior.
Yang harus kita lakukan adalah tetap berteriak lantang, mendukung, sembari tetap realistis!
Baca Juga: Perolehan Medali SEA Games 2019 Jumat Pagi
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.