Michel Sablon, Pria di Balik Kesuksesan Sepak Bola Belgia

#WorldCup2018 Visi Sablon dianggap revolusioner.

Belgia secara meyakinkan melangkah ke semifinal Piala Dunia 2018 di Rusia. Setelah mengalahkan Panama, Tunisia, Inggris, dan Jepang, mereka kemudian menggulingkan hegemon sepak bola dunia, Brasil. Eden Hazard dan kawan-kawan pun kian dekat dengan gelar juara.

Skuat Belgia juga diisi oleh para pemain bintang yang bersinar di sejumlah liga di Eropa. Romelu Lukaku bahkan menjadi salah satu kandidat peraih Golden Boot dengan empat gol. Status Belgia sebagai kekuatan baru Eropa, barangkali juga dunia, tak bisa dilepaskan dari campur tangan seorang pria bernama Michel Sablon.

1. Sebelum mendapatkan sentuhan Sablon, sepak bola Belgia mengalami paceklik dalam hal kualitas

Michel Sablon, Pria di Balik Kesuksesan Sepak Bola BelgiaGazeta Sporturilor

Populasi Belgia tak lebih dari 12 juta jiwa. Di sana hanya ada 34 klub profesional yang terbagi ke dalam dua divisi. Namun bagi Sablon, bukan ini kendala untuk memiliki para pemain berkualitas. Momen yang menentukan terjadi pada Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.

Di Prancis, Belgia gagal lolos fase grup. Ketika menjadi tuan rumah Euro, Belgia tunduk 2-0 lawan Turki berkat Hakan Sukur yang mencetak brace. "Pertandingan lawan Turki benar-benar kacau," kata Sablon kepada The Bleacher Report.

Menurutnya, para pemain Belgia sejak awal bermain pragmatis dan hanya memikirkan kemenangan. Tujuan itu ingin dicapai tanpa adanya kualitas yang mumpuni untuk bertahan di sebuah turnamen elit sekelas Piala Dunia maupun Euro.

2. Sablon melihat permasalahan dengan baik dan mengimplementasikan solusi jangka panjang

Michel Sablon, Pria di Balik Kesuksesan Sepak Bola BelgiaScoopnest

Setelah laga memalukan lawan Turki, federasi sepak bola Belgia menunjuknya sebagai direktur teknik. Tak ada visi yang jelas. Kira-kira begitu garis besar persoalan sepak bola Belgia yang disimpulkan oleh mantan asisten pelatih timnas pada Piala Dunia 1986, 1990 dan 1994 itu.

Jika harus diperinci, salah satu contoh ketidakjelasan visi itu adalah ambisi untuk menang dengan berbagai cara. Sejak kecil, anak-anak ditanamkan gagasan bahwa mereka bermain untuk menang. Mereka tak dibekali, misalnya, dengan kemampuan paling dasar dalam sepak bola yaitu dribble.

Padahal, tanpa keahlian tersebut pemain sepak bola akan kesulitan untuk mengontrol pertandingan, apalagi memenangkannya dengan cara yang solid. Oleh karena itu, Sablon menjadikan rekontruksi sistem sepak bola Belgia sebagai pekerjaan rumah utama.

3. Ia meminta bantuan seorang profesor dan melakukan banyak sekali presentasi untuk mengubah paradigma

Michel Sablon, Pria di Balik Kesuksesan Sepak Bola BelgiaStraits Times

"Angka menceritakan kisah yang sebenarnya," ujar Sablon. Ia memahami bahwa untuk menunjukkan masalah sesungguhnya, terutama mengubah pola pikir pelaku sepak bola, maka cara yang paling meyakinkan adalah dengan data dan statistik.

Sablon merangkul beberapa universitas di Belgia mulai dari Leuven hingga Ghent untuk membantunya. Ia menunjuk profesor Werner Helsen untuk mengepalai studi yang melibatkan 1.500 jam pertandingan. Sablon ingin Helsen menemukan bentuk permainan yang baik.

Melalui serangkaian analisis, lahirlah formasi 4-3-3 sebagai doktrin. Kemampuan individual itu penting, tapi sistem bermain yang terstruktur tak kalah penting. Ia pun membawa timnya untuk bertemu dengan para pelatih akademi serta klub domestik untuk mempromosikan doktrin itu.

Sablon melakukan 100 presentasi ke seluruh negeri. "Aku memberikan penjelasan dengan video dan semuanya. Kemudian, aku mendatangi lapangan bersama para pelatih yang menyiapkan anak-anak muda itu," kata Sablon kepada The Guardian.

4. Para pemain Belgia harus punya kepandaian di lapangan

Michel Sablon, Pria di Balik Kesuksesan Sepak Bola BelgiaFIFA

Sistem ranking yang awalnya dianggap krusial untuk menumbuhkan ambisi bermain dihapuskan. "Ranking adalah cara yang salah. Jadikan pengembangan pemain sebagai prioritas utama kalian," kata Sablon kepada para pelatih akademi.

Mereka pun tak lagi menggunakan sistem ranking untuk anak-anak, terutama yang berusia di bawah tujuh hingga delapan tahun. Para calon pesepak bola profesional diberikan latihan menggiring bola dan bertanding dalam tiga format: 2v2, 5v5, dan 8v8.

Salah satu klub elit Belgia, Anderlecht, berusaha mengimplementasikan doktrin Sablon. Para pemain wajib punya intelektualitas jika ingin bermain secara berkelas. "Kamu harus tahu bahwa di Anderlecht kamu diharamkan menjegal pemain. Kamu hanya bisa mengantisipasi atau melakukan intersep hingga tim U-21," ujar Jean Kindermans, direktur akademi.

"Kami ingin menciptakan pemain cerdas, bukan tukang jagal," tambahnya. Kecerdasan juga yang membuat Sablon memprediksi Kevin De Bruyne akan menjadi pemain bagus. "Aku adalah satu dari beberapa orang pertama yang mempertimbangkan De Bruyne sebagai seorang pemain fantastik. Di usia 16 tahun, dia membaca permainan tiga kali lebih cepat dari yang lain."

5. Kemampuan mengombinasikan ambisi individual dan misi tim wajib dimiliki pemain

Michel Sablon, Pria di Balik Kesuksesan Sepak Bola BelgiaFIFA

Selain De Bruyne, Sablon dan tim juga melihat Hazard sebagai pemain potensial. Namun, keduanya punya ambisi individual yang dikhawatirkan lebih tinggi daripada misi tim. Sablon ingin agar para pemain mampu mengombinasikan kedua hal itu.

Tak hanya pemahaman kognitif terhadap pertandingan, pembuatan keputusan dalam situasi mendesak pun harus ditanamkan kepada pemain. "Seorang pesepak bola harus berfungsi dalam sebuah tim, tapi wajib selalu datang dari sudut pandang pribadi," kata Bob Browaeys, salah satu anggota tim yang direkrut Sablon.

Proses panjang sejak Euro 2000 pun perlahan-lahan menunjukkan perkembangan. Pada Euro 2016, Belgia lolos hingga perempat final, kemudian kalah satu gol dari Wales. Di Piala Dunia kali ini, Setan Merah mampu melangkah lebih jauh dengan bermain di semifinal. Namun, sebelum Belgia meraih trofi, metode Sablon tentu masih bisa diragukan.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya