Akhir Dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi

Ronaldo-Messi menurun, Eropa jadi beragam lagi

Jakarta, IDN Times - Dalam beberapa tahun terakhir, dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di ajang pemilihan Pemain Terbaik UEFA begitu terasa. Mereka kerap masuk nominasi, dan acap meraih gelar tersebut sejak gelar ini pertama diperkenalkan pada 2011.

Tercatat, Messi dan Ronaldo menjadi pemain yang mampu meraih gelar Pemain Terbaik UEFA ini lebih dari satu kali. Messi meraih gelar ini sebanyak dua kali, yakni pada 2011 dan 2015. Sedangkan, Ronaldo meraih gelar ini selama tiga kali, yaitu 2014, 2016, dan 2017.

Memang dalam pelaksanaannya, ada juga beberapa pemain yang sukses mendobrak dominasi Messi dan Ronaldo di Eropa, macam Andres Iniesta, Franck Ribery, Luka Modric, Virgil van Dijk, dan Robert Lewandowski. Namun, Messi dan Ronaldo sangat sering masuk ke dalam nominasi.

Akan tetapi, perlahan dominasi itu benar-benar berhenti. Messi dan Ronaldo, sekarang, tidak lagi semenonjol dan sedominan dahulu.

1. Mulai musim 2019/20, dominasi Ronaldo-Messi terhenti

Akhir Dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messimarca.com

Pada musim 2019/20, untuk pertama kalinya setelah 2010/11, Messi dan Ronaldo tidak masuk dalam tiga nominasi teratas peraih gelar Pemain Terbaik versi UEFA. Di musim tersebut, nominasi tiga teratas diisi Robert Lewandowski, Kevin De Bruyne, dan Manuel Neuer.

Ini jadi sebuah kejutan tersendiri. Namun, menilik permainan Messi dan Ronaldo di level klub, tidak terpilihnya mereka di posisi tiga besar memang bukan hal aneh. Ronaldo gagal bersinar dengan Juventus di Eropa, pun dengan Messi yang harus rela melihat Barcelona dipermak Bayern Munich.

Lewandowski jadi Pemain Terbaik versi UEFA di musim tersebut. Berlanjut ke musim 2020/21, hal ini kembali terulang. Tidak ada lagi nama Messi dan Ronaldo di tiga nominasi teratas. Posisi ini sekarang diisi oleh Kevin De Bruyne, Jorginho, dan N'Golo Kante.

Memang, Messi sukses juara bersama Argentina di Copa America 2021, tetapi gagal membawa Barcelona menjuarai LaLiga dan melaju jauh di Liga Champions. Pun dengan Ronaldo, yang gagal membawa Juventus berjaya di Eropa dan Serie A, plus gagal bersama Portugal dalam Piala Eropa 2020.

Berbeda dengan Kante, De Bruyne, dan Jorginho. Kante dan Jorginho sukses membawa Chelsea juara Liga Champions. Sementara De Bruyne, berhasil mengantarkan Manchester City juara Premier League dan melaju ke final Liga Champions.

Baca Juga: Belum Debut di PSG, Lionel Messi Malah Balik ke Barcelona

2. Nama-nama baru mulai bermunculan

Akhir Dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel MessiRobert Lewandowski (Twitter.com/@FCBayern)

Seiring dengan lengsernya Messi dan Ronaldo, nama-nama baru bermunculan. Lewandowski, Kante, Jorginho, dan De Bruyne, adalah segelintir pemain yang mulai diakui talentanya, di tengah penurunan yang dialami Messi dan Ronaldo.

Memang, secara individu mereka semua mungkin tidak superior macam Messi atau Ronaldo. Namun, Lewandowski, De Bruyne, Kante, dan Jorginho, mampu mengangkat performa tim lewat penampilannya. Kante dan Jorginho misalnya. Mereka mampu jadi motor lini tengah Chelsea sepanjang musim 2020/21.

De Bruyne jadi konduktor serangan ManCity dan Timnas Belgia. Sedangkan, Lewandowski jadi penyerang tangguh yang bisa mencetak dan berkontribusi juga terhadap penciptaan gol timnya. Intinya, kemampuan individu yang mereka miliki, menyatu dan menjadi kekuatan tim.

Hal inilah yang tidak ditunjukkan Messi dan Ronaldo. Belum lagi, usia Ronaldo dan Messi juga sudah semakin uzur. Mungkin, hanya tinggal dua atau tiga tahun lagi kita bisa menyaksikan mereka main di Eropa.

3. Pertanda tidak ada lagi polarisasi di sepak bola Eropa?

Akhir Dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel MessiCristiano Ronaldo dan Lionel Messi (Instagram.com/cristiano/leomessi)

Terhentinya dominasi Messi-Ronaldo juga menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi sepak bola Eropa. Dengan begini, tidak ada lagi polarisasi yang sempat jadi bumbu saat Ronaldo dan Messi masih jaya. Sekarang, talenta itu tersebar di seantero Eropa.

Situasi ini mirip dengan era sebelum 2007, ketika sepak bola Eropa dipenuhi ragam talenta tanpa polarisasi. Memang, ada Erling Haaland dan Kylian Mbappe yang dianggap akan jadi penerus tradisi polarisasi di Eropa. Namun, catatan mereka tidak sementereng Messi dan Ronaldo ketika masih muda.

Jadi, terhentinya dominasi Ronaldo dan Messi di ajang pemilihan Pemain Terbaik UEFA ini jadi berkah bagi sepak bola Eropa. Sepak bola Eropa bisa menunjukkan lagi keberagamannya, seperti di masa lampau.

Baca Juga: Efek Domino Mbappe, PSG Mau Rekrut Cristiano Ronaldo

4. Pada akhirnya Jorginho berjaya

Akhir Dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel MessiJorginho (goal.com)

Keberhasilan Jorginho antar Chelsea dan Italia juara Liga Champions serta Piala Eropa 2020 dilengkapi dengan gelar prestisius. Jorginho pada akhirnya mampu menyabet gelar pemain terbaik Eropa musim 2020/21.

Jorginho berhasil mengalahkan N'Golo Kante, rekan satu timnya di Chelsea, serta playmaker Manchester City, Kevin De Bruyne.

Gelar ini menjadi jawaban tegas buat publik yang dulu melayangkan kritik kepada Jorginho, bahwa seorang pemain bisa bangkit dari segala macam cacian hingga berujung pada performa impresif dan berdampak besar pada kesuksesan tim.

Congratulazioni Jorgi!

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya