Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan Diri

"Ini tamparan keras kepada PSSI dan PT LIB."

Jakarta, IDN Times - Seniman asal Yogyakarta, Farid Stevy, menilai ketidakpastian sebagai sesuatu yang menyenangkan. Farid adalah seniman mural. Ia menyulap dinding dan tembok di tepi jalan menjadi kanvas, tempat ia menuangkan kreasi seninya.

"Ya, karena karyamu di mural, di jalan itu bisa berumur dua jam, bisa berumur puluhan tahun, dan itu ketidakpastian yang menyenangkan. Jadi, ketika kamu tahu semuanya (pasti), jadi tidak seru, berkurang keseruannya," kata Farid dalam acara Beginu (Bukan Begini Bukan Begitu) yang disiarkan Kompas, beberapa waktu lalu.

Farid tidak keliru. Sebab terkadang hidup dalam ketidakpastian dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan. Karena ketidakpastian membuat hidup jadi berwarna, tidak datar, dan penuh teka-teki. Kita akan selalu menerka-nerka, apa sekiranya yang akan terjadi esok nanti?

Akan tetapi dunia mural bukan dunia sepak bola. Ketidak pastian di saat-saat seperti ini justru terasa memuakkan. Sebab ketidakpastian akibat pandemik COVID-19 membuat kompetisi Liga 1 dan 2 terkatung-katung sebelum akhirnya disetop.

Klub, pemain, sponsor, dan bahkan penonton menjadi korban ketidakpastian ini. Alhasil, saking tidak kuatnya, beberapa klub mengambil langkah ekstrem: membubarkan diri. Daripada berkubang dengan ketidakpastian, lebih baik memastikan nasib diri sendiri lebih cepat.

1. Persipura dan Madura United dibubarkan

Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan DiriANTARA FOTO/Didik Suhartono

Pada akhir 2020 dan awal 2021, langkah mengejutkan diambil oleh Persipura Jayapura dan Madura United. Keduanya memutuskan membubarkan tim dengan alasan mereka masing-masing.

Persipura memutuskan untuk membubarkan tim, atau menurut bahasa mereka menghentikan aktivitas, akibat alasan finansial. Apalagi, sepanjang pandemik dan vakumnya liga, mereka tetap menunaikan kewajiban mereka pada pemain, pelatih, dan ofisial.

"Situasi finansial semakin sulit bagi kami untuk terus membayar gaji pemain, pelatih dan seluruh ofisial," demikian keterangan resmi Persipura dalam akun Instagram mereka, Rabu (6/1/2021).

Kesulitan finansial Persipura antara lain karena Bank Papua selaku sponsor tidak dapat membayar sisa kontrak yaitu Rp5 Miliar. Sehingga, sejak kompetisi terhenti Maret tahun lalu, Persipura hanya disokong PT. Freeport, Kuku Bima, dan anggaran dari manajemen.

"Walaupun kompetisi tidak berjalan, tetapi kami tetap membayar gaji seluruh pemain, pelatih dan ofisial," lanjut keterangan tersebut.

Persipura sejatinya mengikuti langkah yang sudah dilakukan Madura United. Beda dengan Persipura, Madura United membubarkan tim karena mereka tidak ingin larut dalam ketidakpastian. Mereka memutuskan untuk menentukan nasib sendiri.

"Pemain kita bubarkan. Kami tidak ingin larut dalam pandemi ini. Ketidakjelasan ini sulit diungkap untuk sekedar berharap," ujar Presiden Madura United Achsanul Qasasi, dalam akun Instagramnya, Senin (28/12/2020).

Kini, Madura United fokus membenahi infrastruktur dan administrasi, agar pada 2021 mereka mendapatkan lisensi dari AFC. Achsanul pun meminta agar direksi dan manajemen klub saling bekerja sama melakukan pembenahan.

"Semoga bulan Februari 2021 sudah bisa digunakan untuk training ground yang baik sesuai standar AFC dan FIFA," lanjutnya.

Baca Juga: Dana Sponsor Macet, Persipura Hentikan Aktivitas Tim

2. Tim-tim lain menghentikan aktivitas

Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan DiriPemain Persik Kediri, IDN Times/ istimewa

Bukan hanya Madura United dan Persipura saja yang membubarkan tim. Beberapa tim lain juga menghentikan aktivitas mereka, terutama setelah gagalnya kick off pada Oktober 2020.

Persik, Borneo FC, dan PSMS Medan adalah tim-tim lain yang sudah menghentikan aktivitas. Mereka baru akan kembali berlatih atau berkumpul, setelah ada kepastian dari PSSI dan PT LIB soal masa depan Liga 1.

Penundaan yang berlarut-larut pada akhirnya membuat klub berani mengambil langkah. Lalu, bagaimana tanggapan dari otoritas sepak bola Indonesia terkait langkah-langkah yang diambil oleh klub?

3. PT LIB memaklumi langkah yang diambil klub

Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan Diri(Ki-ka) Dirut PT LIB Akhmad Hadian, Sekda Sleman Hardo Kiswoyo, dan Direktur Operasional PT LIB Sudjarno. IDN Times/Tunggul Damarjati

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita menyebut, ia menyayangkan langkah klub yang memutuskan untuk membubarkan atau menghentikan aktivitas tim. Meski begitu, ia juga memaklumi hal tersebut karena klub memang berada dalam kondisi terjepit.

"Karena memang situasinya tidak jelas, izin belum keluar kan. Kasihan pemain sekarang tidak punya kontrak, tapi klub juga jadi beban kalau harus bayar terus, tidak ada pertandingan kan. Harapan sih, izin segera keluar sehingga ini bisa menjadi solusi," ujar Akhmad saat dihubungi "IDN Times," Kamis (7/1/2021).

Akhmad berharap nantinya kompetisi liga sepak bola Indonesia dapat berjalan lagi. Ia khawatir, jika liga tidak berputar, ekosistem sepak bola Indonesia bakal hancur. Menurutnya, akan sulit untuk membangun lagi ekosistem sepak bola Indonesia jika kehancuran terjadi.

"Saya juga lelah dengan kondisi ini. Senang kerja, biasa kerja, sekarang tidak ada pekerjaan jadi stres sendiri. Kalau ada pekerjaan kan kita jadi semangat itu," ujar Akhmad.

4. Pengamat: Pembubaran klub, tamparan buat PSSI

Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan DiriLogo PSSI. (Website/pssi.org)

Pengamat sepak bola Indonesia Tommy Welly mengungkapkan langkah yang diambil Persipura dan Madura United, juga klub-klub lain, yang membubarkan diri dan penghentian aktivitas adalah langkah yang logis. Ia maklum karena klub berkutat dengan ketidakpastian.

"Jadi, saya bisa memaklumi karena ada ketidakpastian yang berlarut-larut. Dalam iklim sepak bola profesional, ketidakpastian itu adalah hal yang sangat merugikan," ujar Tommy saat dihubungi IDN Times," Kamis (21/1/2021).

Towel--sapaan akrab Tommy--juga mengungkapkan ketidakpastian adalah sesuatu yang buruk buat iklim sepak bola profesional. Sejatinya, sepak bola profesional sudah berkaitan dengan bisnis. Dengan adanya ketidakpastian ini, hal tersebut mengganggu iklim bisnis tersebut.

Ia mengapresiasi langkah yang akhirnya ditempuh Madura United dan Persipura. Menurutnya, itu jadi tamparan tersendiri bagi PSSI dan PT LIB yang tak kunjung bisa memutar roda kompetisi.

"Ketidakpastian memang buruk buat sepak bola profesional yang sudah berkaitan dengan bisnis. Jadi, sebetulnya apa yang dilakukan Madura United dan Persipura ini tamparan keras kepada PSSI dan PT LIB yang tidak kunjung bisa mengeksekusi program kompetisi," ujar Towel.

5. Pemain tetap menjaga feeling

Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan DiriTwitter/@MediaMadura

Muhammad Ridho penjaga gawang Madura United. Biasanya, kita akan melihat Ridho di bawah mistar gawang Madura. Namun, saat ini situasi itu sudah jadi sesuatu yang jarang kita lihat. Semua karena liga yang masih belum jelas kapan akan mulai.

Selama liga berhenti, Ridho mengaku tetap fokus menjaga kebugaran tubuhnya. Itu sudah jadi kewajibannya selaku pemain. Selain latihan mandiri, cara lain yang ditempuh Ridho dalam menjaga kebugaran adalah dengan ikut fun football bersama komunitas-komunitas.

Menurutnya, itu adalah hal yang baik. Selain ajang silaturahmi, fun football ini bisa menjadi cara baginya untuk mengasah sentuhan dan ball feeling-nya. Apalagi, sebagai penjaga gawang, ball feeling adalah sesuatu yang penting.

"Sebenarnya lewat komunitas yang mengajak main bola ini, saya tertolong karena saya bisa belajar ball feeling lagi, belajar lagi tentang situasi pertandingan, saya terima kasih banyak kepada komunitas itu. Apalagi saya sebagai penjaga gawang, lima hari tidak latihan sentuhan bola bisa hilang," ujarnya.

Ridho juga punya harapan soal kelanjutan kompetisi. Ia berharap, tidak ada lagi penundaan dan ketidakpastian dalam kompetisi sepak bola Indonesia. Ia ingin liga berjalan lancar tanpa halangan apa pun.

"Semoga tidak ada tertunda lagi, semoga liga bisa berjalan lancar tanpa ada halangan apapun," ungkap Ridho.

6. Liga 1 dan Liga 2 2020 akhirnya disetop, kompetisi 2021 masih belum jelas

Akhir Pahit Ketidakpastian Kompetisi: Klub-klub Membubarkan DiriLiga-Indonesia.id

Setelah lama terkatung-katung, kompetisi Liga 1 dan Liga 2 2020 akhirnya disetop pada 20 Januari 2021. Keputusan ini diambil setelah PSSI menggelar rapat dengan komite eksekutif dan para perwakilan klub. 

"Tentang formatnya (Liga 1 dan Liga 2 2021), Ketum mengarahkan kepada PT LIB untuk membuat format kompetisi berikut penjadwalan supaya ada sinkronisasi antara jadwal Timnas dengan jadwal LIB di tahun 2021 ini," kata Plt Sekjen PSSI Yunus Nusi, selepas rapat dengan Komite Eksekutif (Exco) pada Rabu, (20/1/2021).

Yunus mengatakan format dan jadwal kompetisi 2021 nantinya harus ada kesesuaian dengan jadwal olahraga lain. Ada agenda Timnas senior, PON, serta Olimpiade yang sudah menunggu pada 2021.

Nantinya setelah format dan jadwal disusun oleh LIB, PSSI akan membahas format dan jadwal itu dalam rapat bersama dengan para anggota Komite Eksekutif. Intinya, saat ini format dan jadwal akan jadi fokus PSSI dan PT LIB.

"Karena ini membutuhkan diskusi yang agak rumit karena menyangkut sinkronisasi antara jadwal-jadwal Timnas yang senior, berikut juga di sana ada SEA Games, ada PON, itu tentu membutuhkan waktu untuk membuat formulasi sistem dan jadwal," ujar Yunus.

Ya, semoga ini jadi langkah awal bagi kompetisi sepak bola Indonesia untuk berdenyut lagi. Jangan sampai ada ketidakpastian yang tidak menyenangkan bagi klub-klub Liga 1 dan Liga 2.

Baca Juga: Kompetisi Liga 1 Belum Pasti, Ini Imbasnya ke Pemain dan Klub

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya