Belanda yang Sedang Mengasah Taring di Piala Eropa 2020

Belanda main ofensif, meski penuh risiko

Jakarta, IDN Times - Ketika menjadi juara tanpa mahkota di Piala Dunia 1974 dan 1978, Belanda dikenal dengan permainannya yang atraktif. Pada Piala Eropa 2020, mereka sedang mencoba mengulangi hal serupa.

Selama era 1970-an, Belanda dikenal sebagai tim dengan permainan menghibur. Di bawah komando Rinus Michels, yang diterjemahkan dengan baik oleh Johan Cruyff di atas lapangan, Belanda menjelma jadi tim yang menakutkan.

Dari segi permainan, Belanda kala itu begitu atraktif. Namun, tidak cuma atraktif, Belanda juga sangat mematikan. Alhasil, tidak heran mereka mampu menembus final Piala Dunia dalam dua gelaran. Sayang, mereka gagal keluar sebagai juara.

Kini, Belanda mencoba bermain atraktif kembali. Bersama Frank de Boer, Belanda mencoba untuk mengembalikan identitasnya, mengasah taring untuk bicara lebih banyak di Euro 2020.

1. Belanda berteman dengan bola

Belanda yang Sedang Mengasah Taring di Piala Eropa 2020Pemain Timnas Belanda. (twitter.com/OnsOranje)

Di laga pertama Grup C lawan Ukraina, Belanda begitu dominan dalam hal penguasaan bola. Mereka mencatatkan penguasaan bola sebesar 68 persen di laga ini, unggul jauh atas Ukraina.

Dominannya Belanda dalam menguasai bola ini memang sesuai dengan filosofi dari Belanda di era 1970-an. Menurutnya, dengan menguasai bola, sebuah tim bisa mendikte jalannya permainan.

Hal itu juga yang ditunjukkan Belanda dalam laga lawan Ukraina. Mereka benar-benar mengatur permainan lewat umpan-umpan pendek dari lini belakang. Belum lagi, mereka juga memiliki pemain-pemain macam Frenkie de Jong dan Georginio Wijnaldum yang bisa mengatur bola.

Alhasil, tidak heran Ukraina jarang memegang bola di pertandingan tersebut. Aliran bola diatur oleh Belanda sepenuhnya di pertandingan tersebut.

Baca Juga: Piala Eropa 2020: Sempat Ditahan Imbang, Belanda Tekuk Ukraina 3-2

2. Main nekat

Belanda yang Sedang Mengasah Taring di Piala Eropa 2020Pemain Timnas Belanda. (twitter.com/OnsOranje)

Tidak hanya mengatur permainan, Belanda juga menerapkan gaya pressing yang tinggi di pertandingan tersebut. Bek-bek Belanda saat melawan Ukraina, seperti Stefan de Vrij, Daley Blind, dan Jurnen Timber, kerap berada di lingkaran tengah lapangan.

Mereka mendorong para pemain Belanda lainnya untuk menekan lebih dalam ke area pertahanan Ukraina. Berkat pressing tinggi ini juga, cukup sering Belanda merebut bola di lini pertahanan Ukraina. Hal itu juga yang membuat Belanda lebih banyak melepaskan serangan.

Selain itu, para pemain Belanda juga kerap menekan para pemain Ukraina yang menguasai bola, entah itu ketika sedang berada di wilayah pertahanan sendiri atau tidak. Otomatis, tekanan Belanda ini sempat membuat Ukraina kesulitan mengembangkan permainan.

3. Risiko besar

Belanda yang Sedang Mengasah Taring di Piala Eropa 2020Pemain Timnas Belanda. (twitter.com/OnsOranje)

Kendati dominan dari segi permainan, apa yang diperagakan Belanda di laga lawan Ukraina cukup berisiko. Dua gol Ukraina yang dicetak oleh Andriy Yarmolenko dan Roman Yaremchuk di pertandingan tersebut jadi cermin betapa rapuhnya pertahanan Belanda.

Ketika Belanda menekan pertahanan Ukraina dengan tinggi, plus dominan menguasai pertandingan lewat umpan-umpan pendek, ternyata tercipta ruang-ruang kosong di lini belakang mereka. Lubang-lubang inilah yang akhirnya mampu dimanfaatkan oleh Ukraina.

Nah, di laga-laga Piala Eropa 2020 ke depannya, Belanda harus belajar dari kemenangan atas Ukraina ini. Mereka kudu merapatkan lini pertahanan mereka saat menekan, serta menjaga jarak antar pemain. Jika begitu, permainan ofensif Belanda akan jadi tim yang  lebih baik dan menakutkan.

Baca Juga: 4 Fakta Menarik di Balik Kemenangan Belanda atas Ukraina

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya