Kenangan dan Kegagalan Spanyol yang Terulang Lagi

Spanyol harus meredefinisi diri mereka

Jakarta, IDN Times - Entah apa yang terjadi pada Spanyol saat ini. Semenjak keberhasilan di Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, tim Matador seolah tidak bisa bicara banyak lagi di ajang internasional. Mereka kerap mandul.

Terbaru, di Piala Dunia 2022, Spanyol tidak kuasa melaju lebih dari babak 16 besar. Di babak tersebut, Alvaro Morata dan kolega harus rela tumbang di tangan Maroko lewat babak adu penalti, dengan skor 3-0.

Kekalahan ini seolah menegaskan, bahwa perubahan harus segera dilakukan agar mereka berprestasi kembali di ajang internasional.

Baca Juga: Maroko Vs Spanyol Alot Selama 120 Menit, Adu Penalti Digelar

1. Terulangnya kenangan buruk 2018

Kenangan dan Kegagalan Spanyol yang Terulang LagiSpanyol mengalahkan Kosta Rika di Piala Dunia 2022 Qatar. (ANTARA FOTO/REUTERS/Carl Recine)

Apa yang terjadi pada Spanyol di Piala Dunia 2022 ini mirip sekali dengan apa yang terjadi di 2018 silam. Ketika itu, Spanyol sejatinya main tidak terlalu buruk. Mereka tampil apik dan mampu melaju ke babak 16 besar.

Sialnya, di babak ini, Spanyol seolah kehilangan taji. Bersua Rusia selaku tuan rumah, mereka mengalami kebuntuan. Usai main imbang 1-1 sepanjang 120 menit, mereka kalah dari Rusia lewat babak adu penalti dengan skor 3-4.

Siapa sangka kenangan buruk itu terulang lagi pada 2022 ini. Sejatinya, apa yang terjadi pada Spanyol?

Baca Juga: Maroko vs Spanyol: Perseteruan Panas yang Dipisahkan Selat Gibraltar

2. Spanyol yang tidak klinis

Kenangan dan Kegagalan Spanyol yang Terulang LagiDua bintang Spanyol, Ferran Torres dan Gavi, merayakan gol ke gawang Kosta Rika di Piala Dunia 2022. (twitter/FIFAWorldCup)

Ketika menumbangkan Kosta Rika di laga perdana Piala Dunia 2022, atau ketika tampil apik di fase grup Piala Dunia 2018, Spanyol sebenarnya tampil menjanjikan. Mereka selalu tampil dominan dan mengatur aliran bola.

Akan tetapi, berbeda dengan 2010 ketika Spanyol mampu tampil klinis, lain hal dengan yang terjadi di 2018 dan 2022. Mereka dominan, dan tetap mengatur aliran bola sedemikian rupa, tetapi mereka tidak klinis.

Contoh ketika lawan Maroko kemarin. Mereka menguasai bola dengan persentase 77 persen. Mereka juga berhasil melesakkan 13 tembakan. Akan tetapi, pada akhirnya, hanya satu yang tepat sasaran.

Kurang klinisnya lini depan Spanyol ini seolah jadi masalah turun temurun sejak 2018 lalu. Bahkan, bibit penyakit ini sudah muncul pada 2014, saat Spanyol gagal lolos fase grup. Mereka seperti mengumpan-umpan saja, tanpa tujuan jelas.

3. Spanyol yang harus meredefinisi permainannya

Kenangan dan Kegagalan Spanyol yang Terulang LagiSpanyol kalahkan Kosta Rika di Piala Dunia 2022. (ANTARA FOTO/REUTERS/Carl Recine)

Pep Guardiola pernah berujar, ketika menangani Barcelona, dia memang ingin para pemainnya tampil dominan. Namun, dia tidak ingin para pemainnya hanya main umpan-umpanan saja, tanpa tujuan pasti. Karena pada akhirnya, harus ada gol tercipta.

Nah, itu juga yang perlu dipikirkan Spanyol. Menguasai laga adalah hal yang wajar, karena dengan begitu, permainan bisa didikte. Akan tetapi, pada akhirnya, tetap harus ada tujuan akhir dari semua dominasi ini.

Ya, mungkin Spanyol harus sedikit meredefinisi permainan mereka. Bukan sekadar 'tiki-taka' yang pada akhirnya berujung pada kebuntuan yang hakiki.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya