Louis Van Gaal, Diktator Ruang Ganti Bergelimang Prestasi

Van Gaal angkuh dan suka mendongak

Jakarta, IDN Times - Bicara tentang Louis van Gaal, tentu tak bisa lepas dari tempat kelahirannya, Amsterdam. Secara karakter, orang-orang Amsterdam memiliki tabiat yang unik. Tidak cuma andal memanfaatkan situasi, mereka juga keras kepala minta ampun.

Daley Blind, yang juga merupakan warga asli Amsterdam, pernah mengatakan orang-orang lokal memang memiliki sebuah karakter tersendiri, tercermin dalam frasa Amsterdamse Bluf. Frasa ini terucap dalam wawancara pertamanya sebagai pemain Manchester United.

"Mereka memang tidak membayar saya semahal (Angel) Di Maria. Tapi, itu tidak lantas membuat saya jadi bocah pemalu di ruang ganti atau di sesi latihan. Berkat Amsterdamse Bluf, kami para pemain Ajax dari sananya punya kepercayaan diri tinggi," kata Blind.

Selain dalam diri Blind, Amsterdamse Bluf ini juga yang terlihat dari Van Gaal. Sepanjang kariernya sebagai manajer, dia yang merupakan orang Amsterdam tulen benar-benar mencerminkan karakter ini di setiap tim yang diasuhnya.

Baca Juga: [BREAKING] Louis Van Gaal Comeback Latih Timnas Belanda

1. Amsterdamse Bluf sebagai gaya hidup orang Amsterdam

Louis Van Gaal, Diktator Ruang Ganti Bergelimang Prestasismartertravel.com

Amsterdamse Bluf adalah karakteristik khusus dari masyarakat Amsterdam. Bagi mereka, Amsterdamse Bluf adalah sebuah jalan hidup. Berkat ideologi ini juga, orang-orang Amsterdam memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Mereka selalu mendongak, tak pernah tertunduk.

Dari penggambaran tersebut, terkesan orang-orang Amsterdam adalah orang yang angkuh dan sombong. Tapi, tidak selalu begitu. Ya, congkak memang ada, tetapi Amsterdamse Bluf jadi cerminan kuatnya mental orang Amsterdam, di manapun mereka berada.

Nilai-nilai dari Amsterdamse Bluf ini juga terlihat jelas dalam diri Van Gaal saat menangani sebuah tim. Dia kadang dianggap diktator, karena terlalu angkuh dan percaya sistem yang digunakan bisa membawa tim menang, meski kenyataannya tidak selalu seperti itu.

2. Van Gaal sering disebut keras kepala

Louis Van Gaal, Diktator Ruang Ganti Bergelimang Prestasiessentiallysports.com

Kadang, formasi yang diterapkan Van Gaal dari satu pertandingan ke lainnya selalu sama. Hal itu membuat permainan tim yang diasuhnya mudah ditebak lawan, dan tak jarang ketika momen krusial, prinsip Van Gaal membawa petaka.

Beberapa orang pun melabeli Van Gaal sebagai orang yang keras kepala. Dia terlalu dominan, dan kerap menanamkan rasa takut dalam diri pemain. Alhasil, tak jarang ada saja omongan buruk yang dia terima saat melatih sebuah klub.

Ketika menangani MU, Van Gaal pernah dikritik oleh eks pemain, Paul Parker. Dia mengakui Van Gaal bergelimang prestasi, tetapi juga melihatnya sebagai sosok yang keras kepala dan terlalu otoriter ketika menangani MU.

"Van Gaal bikin semua pemain takut padanya. Semua harus sesuai caranya. Dia menangani tim dengan egois. Padahal, para pemain yang dia punya tidak buruk. Dia luar biasa keras kepala," ujar Parker.

Setali tiga uang, legenda Barcelona, Hristo Stoichkov, juga melabeli Van Gaal dengan sebutan keras kepala. Bahkan, dia juga merasa bahwa di negaranya, Belanda, kehadiran Van Gaal tidak diterima karena kelewat angkuh.

"Bahkan di negaranya, orang-orang Belanda juga tidak menginginkannya (melatih Timnas lagi) meski dia membantu Belanda finis di peringkat tiga Piala Dunia 2014. Tidak ada yang ingin sosok keras kepala seperti dirinya," ujar Stoichkov.

3. Keras kepala memang, tetapi bergelimang prestasi

Louis Van Gaal, Diktator Ruang Ganti Bergelimang Prestasiskysports.com

Okelah jika Van Gaal sosok keras kepala. Dia kadang tidak mau mendengarkan saran orang lain dan selalu percaya, metode terapannya adalah yang terbaik. Namun, jika menilik prestasi yang ditorehkan sejak jadi manajer pada 1991, agaknya wajar jika Van Gaal keras kepala.

Bersama Ajax, Van Gaal menyabet tiga gelar Eredivisie dan satu trofi Liga Champions, plus runner-up di musim 1995/96. Bersama Barcelona, dia sukses juara LaLiga dua kali. Bersama AZ Alkmaar, dia kembali juara Eredivisie.

Berlanjut ke Bayern Munich, Van Gaal membawanya jadi juara Bundesliga sekali, plus runner-up Liga Champions di musim 2009/10. Di MU, kendati banyak dikritik, toh dia sukses menyumbang gelar Piala FA.

Belum lagi menilik perjalanan Van Gaal bersama Timnas Belanda. Pada gelaran Piala Dunia 2014, dia membawa Belanda finis di peringkat ketiga, plus mengorbitkan nama-nama beken macam Daryl Janmaat, Memphis Depay, Daley Blind, Stefan de Vrij, Joel Veltman, hingga Jasper Cillessen.

Sama seperti arogansi Zlatan Ibrahimovic yang berdasar, keras kepalanya Van Gaal juga bisa dimaklumi jika melihat deretan prestasinya selama menjadi manajer. Dengan skema dan taktik yang dipercayainya dengan teguh, dia yakin bisa membawa tim menang. Persetan apakah pemain suka atau tidak.

4. Akankah Van Gaal cocok dengan Belanda?

Louis Van Gaal, Diktator Ruang Ganti Bergelimang Prestasitalksport.com

Melihat keputusan KNVB (federasi sepak bola Belanda) yang memakai jasa Van Gaal kembali, menghadirkan sebuah pertanyaan menarik. Van Gaal tentu sudah kenal gaya main Belanda luar-dalam. Dia juga pernah membawa Belanda tampil impresif di Piala Dunia, hingga bikin Spanyol babak belur.

Belanda sekarang ini punya potensi untuk kembali bicara di kancah sepak bola dunia dan Eropa. Ada banyak talenta yang bisa mereka gunakan. Di Piala Eropa 2020, Frank de Boer gagal memanfaatkan itu sehingga Belanda terhenti di babak 16 besar.

Namun, semua akan kembali pada satu pertanyaan: maukah para pemain muda Belanda sekarang menuruti Van Gaal, sang diktator? Jika tidak, jangan kaget bila melihat Belanda kembali ke masa suram pasca Piala Dunia 2014, ketika gagal lolos ke Piala Eropa dan Piala Dunia secara beruntun.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya