Mengapa Bisa Begini, Liverpool?

Liverpool melemah

Jakarta, IDN Times - Naik turun adalah sesuatu yang lumrah dalam hidup. Namun, jika naik turun itu berlangsung dalam rentang waktu yang cepat, berarti ada sesuatu yang terjadi. Itulah yang dialami Liverpool saat ini.

Musim 2019/20 adalah musim yang begitu menyenangkan buat The Reds. Mereka merajai Liga Inggris untuk yang pertama kalinya setelah musim 1989/90. Mereka juga memenangi trofi Piala Super Eropa dan trofi Piala Dunia Antarklub.

Liverpool tampak menakutkan. Trio Roberto Firmino-Mohamed Salah-Sadio Mane bersinergi dengan para pemain lain macam Andrew Robertson, Trent Alexander-Arnold, Jordan Henderson, maupun Virgil van Dijk.

Ramuan Juergen Klopp selaku manajer juga terhitung jitu. Tidak melulu mengandalkan Heavy Metal Football, Klopp mulai tahu kapan waktunya tim harus bermain agresif, serta k bermain reaktif. Singkat kata, Liverpool jadi tim yang lebih adaptif.

Akan tetapi, memasuki musim 2020/21, Liverpool bertransformasi. Bukan ke arah yang lebih baik, mereka malah jadi lebih buruk. Dalam lima laga terakhir di liga, Liverpool gagal mereguk kemenangan. Parahnya lagi, dalam empat laga terakhir di Anfield, Liverpool juga tidak pernah menang.

Mengapa bisa begini, Liverpool?

1. Semua dimulai dengan badai cedera

Mengapa Bisa Begini, Liverpool?Web

Pertemuan pertama antara Liverpool dan Everton di pekan ke-5 Liga Inggris 2020/21 jadi awal sebuah krisis. Dalam laga yang berkesudahan 2-2 tersebut, Liverpool kehilangan salah satu sosok penting di lini pertahanan, Virgil van Dijk.

Pemain asal Belanda itu divonis harus absen dalam waktu yang lama. Cedera ACL (anterior cruciate ligament) jadi penyebabanya. Dimulai dengan cederanya Van Dijk inilah, badai cedera menyerang Liverpool. Uniknya lagi, badai cedera ini menyerang para bek.

Usai Van Dijk menepi, giliran Joe Gomez dan Joel Matip yang juga turut dibekap cedera. Mereka juga mesti absen dalam waktu lama dan itu sempat membuat Klopp pusing. Ia bahkan sempat memakai bek muda macam Nathaniel Phillips untuk mengisi kekosongan di posisi bek.

Tidak cuma itu, Klopp juga memproyeksikan nama-nama macam Fabinho dan Jordan Henderson untuk jadi bek. Lebih sial lagi, Fabinho ternyata juga tak lepas dari dekapan cedera. Walhasil, Klopp sampai membeli Ozan Kabak dan Ben Davies untuk menambal posisi bek tengah.

Tak dinyana, badai cedera ini juga jadi awal kejatuhan performa Liverpool, terutama di ajang Liga Inggris. Mereka jadi bulan-bulanan lawan, terutama saat kompetisi memasuki tahun 2021.

2. Banyak ruang yang dieksploitasi lawan di pertahanan Liverpool

Mengapa Bisa Begini, Liverpool?Pesepak bola Brighton & Hove Albion Steven Alzate (tengah) mencetak gol ke gawang Liverpool yang dijaga penjaga gawang Caoimhin Kelleher dalam laga lanjutan Liga Inggris, di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, Rabu (3/2/2021. Brighton & Hove Albion berhasil mengalahkan Liverpool 1-0 lewat gol yang dicetak oleh Steven Alzate. ANTARA FOTO/Pool via Reuters-Phil Noble

Ketiadaan Van Dijk selaku pemegang komando lini pertahanan Liverpool memberikan efek pelik. Sosok asal Belanda itu lazimnya menjadi pengatur garis pertahanan tim sekaligus menjaga kerapatan jarak antar pemain di lini pertahanan.

Perannya begitu terasa saat Liverpool menerapkan pressing ketat ke lini pertahanan lawan. Ia juga kadang menjadi 'last man standing' yang mampu menghentikan serangan balik lawan, berkat kemampuan membaca permainan yang apik.

Absennya Van Dijk ini membuat Liverpool kehilangan sosok komandan di lini pertahanan. Fabinho sebenarnya mampu menggantikan Van Dijk menjalankan peran ini. Kemampuannya yang ciamik dalam membaca permainan membuat Klopp memilihnya untuk melakoni peran itu.

Akan tetapi, Fabinho pada akhirnya juga jadi orban cedera. Akibatnya, ketiadaan sosok komando membuat lini pertahanan Liverpool menyisakan banyak ruang. Hal inilah yang kerap dimanfaatkan lawan, termasuk Everton dan Manchester City.

Saat melawan dua tim tersebut, terlihat jika The Reds gelagapan kala menghadapi serangan balik City dan Everton. Tidak cuma City dan Everton saja, Liverpool acap keteteran menghadapi pemain-pemain yang punya kecepatan mumpuni.

Jangankan untuk level City dan Everton, Liverpool juga repot menghadapi Burnley dan Brighton yang notabene banyak memanfaatkan umpan-umpan panjang. Kembali lagi, ketiadaan bek yang mampu memenangi duel udara membuat bola panjang juga jadi ancaman tersendiri buat Liverpool.

Repot sudah, memang. Baik dari bawah maupun atas, Liverpool kini mudah diterobos lawan.

Baca Juga: Tangan Emas Sponsor Bantu Liverpool Datangkan Kylian Mbappe

3. Lini serang yang mulai dirundung masalah

Mengapa Bisa Begini, Liverpool?Pemain Manchester City Phil Foden (ketiga kanan) bersama rekannya melakukan selebrasi usai membobol gawang Liverpool pada laga lanjutan Liga Premier Inggris di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, Minggu (7/2/2021). Manchester City semakin nyaman duduk di puncak klasemen liga usai pecundangi tuan rumah Liverpool 4-1. ANTARA FOTO/Laurence Griffiths/Pool via REUTERS

Liverpool memang sudah mencetak 45 gol di Liga Inggris. Catatan yang tidak buruk. Namun, perlu diingat dalam enam laga terakhir di Liga Inggris, Liverpool hanya mampu mencetak lima gol saja. Ini menunjukkan ada masalah tersendiri di lini serang Liverpool.

Trio Firmino-Salah-Mane tidak lagi seakrab dulu. Friksi yang dikabarkan sempat terjadi antara Mane dan Salah--buah dari keegoisan Salah yang selalu ingin mencetak gol--diprediksi jadi salah satu pemicu buntunya lini serang Liverpool.

Bukan hanya itu, saat trio ini tampil di bawah performa, Liverpool kehilangan sosok-sosok lain yang sejatinya bisa menjadi opsi. Mereka sebenarnya punya Diogo Jota, tetapi ia harus menepi (lagi-lagi karena cedera). Xherdan Shaqiri tidak bisa diharapkan. Takumi Minamino malah dipinjamkan.

Walhasil, semua masalah itu saling berkelindan menjadi satu, dan membuat Liverpool juga memiliki problem yang juga perlu diatasi di lini depan. Kecairan yang sempat jadi senjata menakutkan Liverpool di lini depan harus segera dikembalikan.

4. Juergen Klopp harus segera menemukan solusi

Mengapa Bisa Begini, Liverpool?Instagram

Eks pemain Manchester United yang kini jadi pengamat, Gary Neville, turut mengomentari kondisi Liverpool saat ini. Ia menganggap, Klopp harus segera melakukan sesuatu yang berbeda untuk kembali mengangkat performa timnya.

"Kita tahu mereka (Liverpool) diterjang badai cedera, kita juga tahu fans belum bisa menonton mereka secara langsung di stadion, belum lagi ada COVID-19, kita tahu banyak laga yang harus mereka lewati, namun kondisi ini juga dialami oleh klub-klub lain," ujar Neville, dilansir This is Anfield.

"Agaknya, Klopp memang harus melakukan sesuatu yang berbeda. Ia terlalu fokus pada pakem yang sama, sehingga timnya tampak kalah, dan para pemainnya seperti sekumpulan mayat hidup di tengah lapangan," lanjut dia.

Neville tidak salah. Liverpool memang mesti menemukan solusi secepat mungkin. Jika tidak, mereka akan terus terjun dan kembali meneruskan cerita juara bertahan yang kerap kesulitan bersaing di musim selanjutnya.

Baca Juga: Klopp Ribut dengan Ferguson saat Liverpool Dibekuk Everton

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya