Problematika Kronis Wasit Liga 1, Kualitas Vs Kontroversi

Wasit kembali hadirkan masalah di Liga 1

Jakarta, IDN Times - Suara peluitnya bagaikan sangkakala. Setiap keputusan yang dia ambil di lapangan, adalah sebuah keniscayaan, setingkat firman. Ya, itulah wasit. Dalam sebuah laga, termasuk Liga 1, dia jadi sosok yang absolut dan tak bisa dibantah keputusannya.

Tak ada yang bisa menyangkal keputusan wasit, ketika sedang mengeluarkan kartu, menunjuk titik penalti, pun saat meniup peluit tanda pelanggaran terjadi. Sekali peluit tertiup, pantang bagi pemain menolak, meski sempat diperdebatkan dan melawannya.

Alhasil, buah dari keabsolutannya, tak jarang wasit menuai kontroversi. Dalam laga semifinal Liga Champions 2008/09, Tom Henning Ovrebo jadi bulan-bulanan pemain Chelsea, usai dianggap terlalu eksplisit membela Barcelona.

Hal serupa juga acap terjadi di ajang Liga 1. Di musim 2022/23, wasit sudah mengundang kontroversi lagi. Beberapa keputusan yang dibuat wasit membuat orang-orang bertanya, kenapa wasit Liga 1 bisa seburuk ini?

1. Thomas Doll yang vokal soal wasit

Problematika Kronis Wasit Liga 1, Kualitas Vs KontroversiPotret Thomas Doll di pinggir lapangan. (dok. Persija)

Pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll, jadi sosok yang paling vokal bersuara soal wasit dalam empat pekan awal Liga 1 2022/23. Suara sumbangnya soal wasit sudah terdengar saat Persija bersua Bali United di pekan pembuka kompetisi.

Saat itu, Doll protes lantaran anak-anak asuhnya tidak mendapatkan hadiah penalti. Padahal, dalam sebuah momen, tampak jelas umpan dari Firza Andika mengenai tangan I Made Andhika Wijaya. Alhasil, Doll pun menyentil wasit yang memimpin laga itu.

"Seharusnya kami mendapatkan hadiah penalti, hasil dari umpan Firza. Sangat disayangkan, kompetisi Liga 1 2022/23 tidak memiliki VAR (video assistant referee)," ujar Doll.

Selepas laga lawan PSM Makassar, Doll juga kekesalannya pada wasit. Kekesalan ini muncul setelah ada salah seorang wartawan yang bertanya, apakah dia merasa timnya diuntungkan oleh wasit di laga tersebut.

"Apakah kamu menonton pertandingan? Coba kamu tonton lagi pertandingan dan lihat apa yang terjadi, pikirkan itu! Apakah kami diuntungkan wasit? Kamu bisa jawab sendiri. Saya rasa kami tidak diuntungkan wasit," ujar Doll.

Lebih jauh, Doll mengaku sempat berbincang dengan pelatih PSM, Bernardo Tavares, dalam laga tersebut. Ternyata, baik dirinya maupun Tavares sama-sama tidak puas dengan kepemimpinan wasit.

"Ya, saya sempat bicara juga dengan pelatih PSM, dan kami sama-sama tidak puas dengan kinerja wasit di laga ini. Para pemain saya juga sangat marah, kesal dengan keputusan wasit, coba tonton lagi saja laganya," ujar Doll.

Hingga pekan keempat pula, sejumlah kontroversi juga menaungi wasit. Terbaru, ketika Persebaya Surabaya jadi korban dari keputusan aneh wasit. Saat melawan Madura United akhir pekan lalu, Persebaya tak diuntungkan dengan kesalahan wasit Mansyur yang menganulir gol tandukan dari Silvio Rodrigues di menit 53.

Kala itu, Silvio sempat protes ke wasit Mansyur dan mempertanyakan kenapa golnya dianulir. Mansyur berdalih kalau sempat ada pelanggaran yang terjadi sebelum gol tercipta.

Namun, dari tayangan ulang, tarik menarik yang terjadi antara pemain Persebaya dan Madura United bersifat wajar, 50-50. Tak seharusnya itu dijadikan pelanggaran.

2. Kisah tentang wasit-wasit zaman dahulu

Problematika Kronis Wasit Liga 1, Kualitas Vs Kontroversidutchreferee.com

Pria yang pernah jadi instruktur wasit AFC dan masuk jajaran Komisi Wasit PSSI, Mulyana Sobandi, pernah bercerita tentang sistem pengadil di Indonesia masa lampau. Banyak kisah yang diutarakannya soal dunia wasit Indonesia.

Mulyana merupakan wasit yang pernah mengenyam lisensi FIFA. Pada 1975, dia mulai sertifikasi wasit. Mulai dari tingkat C3(Kota/Kabupaten), berlanjut ke C2 (Provinsi), dan akhirnya C1 (Nasional).

Mulyana pun mulai bertugas jadi wasit pada 1988. Dia sempat memimpin laga Galatama. Pada 1990, dia ikut tes wasit FIFA, dan lolos. Dia pun menjadi wasit FIFA sampai 1994. Ketika dia memasuki usia 45 tahun, dia tidak lagi jadi wasit FIFA.

Menurutnya, zaman dahulu, menjadi wasit itu memerlukan syarat yang kompleks. Bukan cuma itu, wasit juga diharuskan mantan pemain. Dengan latar belakang sebagai mantan pemain, wasit akan tahu bagaimana cara menangani atmosfer laga.

"Perekrutan wasit itu kan ada syarat-syaratnya, seperti harus berbadan sehat, punya kepribadian menyenangkan, pendidikan, dan mantan pemain. Dulu syarat itu (mantan pemain) adalah keharusan, Sekarang tidak kan?" ungkapnya.

Tidak cuma itu, di masa lalu, sebelum memimpin laga sekelas liga, wasit diharuskan mengolah jam terbang dengan memimpin beberapa laga kompetisi internal. Alhasil, ketika memimpin laga di liga, wasit sudah berpengalaman dengan situasi-situasi tertentu.

"Banyak kompetisi internal yang tidak jalan. Hanya Surabaya saja, sedangkan wasit kan tidak fokus dari Surabaya. Wasit lebih banyak dari daerah yang tidak jalan kompetisi internalnya. Ini kan kendala buat wasit, karena kemampuannya jadi tidak terasah," ujarnya.

Baca Juga: 4 Momen Persebaya 'Dikerjai' Wasit Selama Dilatih Aji Santoso

3. Wasit yang kurang paham seni memimpin laga

Problematika Kronis Wasit Liga 1, Kualitas Vs KontroversiWasit-wasit di Liga 1. (pssi.org)

Mulyana, sebagai eks pengadil lapangan hijau, melihat sejatinya wasit harus punya seni memimpin laga. Dengan peluit di tangannya, dia punya kuasa untuk membuat laga berjalan lebih menarik.

Pria penggemar Jack Taylor (wasit di final Piala Dunia 1974) ini mencontohkan, wasit di final Piala Dunia 2010, Howard Webb. Dalam pandangannya, Webb sudah menerapkan seni memimpin laga dengan baik.

Dalam laga itu, ada insiden Nigel de Jong yang menendang Xabi Alonso. Menurut regulasi, tentu hal itu wajib diganjar kartu merah. Namun, Webb justru memberikan kartu kuning. Nah, di sinilah, Mulyana melihat kejelian dari Webb sebagai wasit.

"Pada final Piala Dunia 2010 Spanyol lawan Belanda, di menit-menit awal, ada pemain Spanyol yang ditendang. Menurut aturan, itu harus kartu merah. Tapi, di sini saya melihat pemikiran dari wasit itu lain," ujarnya.

"Kalau itu terjadi kartu merah, Belanda kurang satu pemain, Spanyol bisa menang dengan skor 5-0 sampai 6-0, kan ga enak itu ditonton partai final, itu jadi hiburan. Wasit tidak salah, ini unsur lain," lanjutnya.

Nah, hal inilah yang tidak Mulyana lihat dari wasit-wasit di Indonesia. Ketakutan akan menciptakan kesalahan, ditambah lagi wasit yang acap minder, membuat mereka banyak melakukan keputusan yang sifatnya blunder.

"Wasit itu harus punya kecerdikan. Tidak cukup pintar saja. Cerdik melebihi pemain. Intinya jangan takut bikin kesalahan. Sekarang tidak ada seperti itu. Saya lihat banyak wasit waswas dan takut memimpin pertandingan," ucapnya.

4. Wasit memang kerap jadi korban sasaran tembak

Problematika Kronis Wasit Liga 1, Kualitas Vs KontroversiAnthony Taylor (thefa.com)

Mulyana menyatakan menjadi wasit bukanlah tugas yang mudah. Disalahkan seolah-olah jadi hukum pasti yang didapatkan oleh wasit. Kadang, tak ada yang paham beratnya tugas seorang wasit.

"Permasalahannya, yang menyalahkan wasit itu biasanya penonton fanatik, manajer, pelatih, itu suka bertentangan sama wasit. Sampai sumpah serapah kadang-kadang keluar ketika menyalahkan wasit. Kan tidak baik seperti itu," ujar Mulyana.

Jangankan di Liga 1, Premier League pun mengalaminya. Baru-baru ini, sumpah serapah yang dialamatkan kepada wasit muncul di Premier League, ketika Anthony Taylor dianggap tak mapan dalam memimpin laga Chelsea versus Tottenham Hotspur.

Taylor dianggap berat sebelah kala itu, dan merugikan The Blues. Bahkan sampai ada petisi yang meminta Taylor tak memimpin laga Chelsea lagi. Manajer Chelsea, Thomas Tuchel, pun mendukungnya.

Namun, terlepas dari itu, Mulyana sepakat pada akhirnya, wasit tetap harus menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin laga dengan benar. Konsistensi dalam memimpin juga diperlukan, jangan sampai beda tempat, beda gaya kepemimpinan.

"Ada juga kewajiban dari wasit, harus bertanggung jawab dengan profesinya, harus konsisten dan istiqomah. Jangan sampai memimpin di Bandung begini, Jakarta begitu, kan permasalahan," ujar Mulyana.

Bukan hanya itu, Mulyana pun menyarankan kepada PSSI agar banyak melakukan penyegaran soal wasit. Penyegaran ini bertujuan untuk memberikan wasit waktu berlatih, agar bisa memimpin laga dengan baik.

"Harusnya ada penyegaran wasit satu minggu, instrukturnya dari AFC. Jangan cuma lihat video, tapi ada praktiknya di lapangan, bagaimana sebuah pelanggaran terjadi di atas lapangan. Harusnya praktik di lapangan lebih banyak," ujar Mulyana.

5. PSSI belum konsisten

Problematika Kronis Wasit Liga 1, Kualitas Vs KontroversiKetua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, di Kemenpora, Rabu (21/4/2021). (IDN Times/(Sandy Firdaus)

Terkait wasit, pada akhirnya bola tetap ada di PSSI selaku federasi. Dalam beberapa kesempatan, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, selalu meminta wasit memimpin laga dengan baik dan benar. Sebab, protes soal wasit ini seolah jadi kebiasaan sehari-hari.

"Kemarin dalam penyegaran wasit saya sudah berikan arahan untuk berlaku jujur, adil, benar, dan tidam memihak tim manapun," ujar Iriawan dalam sebuah sesi jumpa pers di Bali.

PSSI juga pernah berkoar, mereka akan mempurna tugaskan wasit yang tidak menunjukkan kinerja apik dalam kompetisi Liga 1, 2, dan 3. Akan ada sanksi tegas menanti wasit yang membuat kesalahan fatal di kompetisi.

Bahkan, PSSI sempat menyatakan ingin mengumumkan nama-nama wasit yang kinerjanya buruk dan kerap membuat kesalahan. Kenyataannya? PSSI cuma umumkan jumlah wasit yang diistirahatkan, tanpa merilis nama-nama secara detail.

IDN Times, pernah berbincang pula dengan seorang wasit yang sedang berjuang untuk mendapatkan jam terbang memimpin laga Liga 1. Tak mau disebutkan namanya, dia berujar kalau sebenarnya jumlah wasit di Indonesia juga masih terbatas.

Alhasil, beberapa wasit yang bertugas dan tak berpengalaman tiba-tiba mendapat kepercayaan memimpin laga resmi. Hasilnya? Bisa ditebak bukan.

Baca Juga: Pelatih PSM dan RANS FC Adu Argumen Soal Wasit

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya