Saat Para Legenda Timnas Indonesia Berdiskusi Soal PSSI

Legenda ingin sepak bola Indonesia lebih baik

Jakarta, IDN Times - Pada Senin (6/2/2023) malam, tepatnya di Pancoran Soccer Field, Jakarta, ada sebuah pemandangan yang tidak biasa. Para legenda Timnas Indonesia tengah berkumpul dalam diskusi yang dihelat We Are Football Family.

Nama-nama yang hadir juga bukanlah nama sembarangan. Mulai dari Anjas Asmara, Yusuf Bachtiar, Jaya Hartono, Ferryl Hattu, hingga Rully Nere, hadir dan berdiskusi soal PSSI dan masa lalu yang bisa dijadikan refleksi.

Apa saja yang mereka diskusikan? Lalu, keluh kesah apa saja yang mereka ujarkan?

1. Anjas Asmara geram dengan kinerja PSSI

Saat Para Legenda Timnas Indonesia Berdiskusi Soal PSSILogo PSSI di Kantor PSSI. (IDN Times/Tino).

Anjas Asmara, penggawa Timnas Indonesia yang membawa skuad Garuda ke Olimpiade 1976, geram dengan kinerja PSSI saat ini. Menurutnya, federasi sekarang tak bisa membawa Timnas Indonesia menuju prestasi yang membanggakan.

"Ini PSSI bobrok sekali. Kita tidak ada di Asia sudah lama. Dulu itu tim-tim Eropa, tim top dunia main di GBK ketemu kita. Sekarang PSSI undang tim bola entah dari negara mana, tidak ada di peta. Masa kita seperti sekarang seperti ini,” kata Anjas.

Anjas pun meminta, para pengurus PSSI kini, atau yang kelak akan terpilih dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada 16 Februari 2023, harus bersih. Mereka harus berpikir soal prestasi, tidak hanya soal gaji semata.

"Saya lihat berbondong-bondong mau jadi pengurus PSSI tapi mereka pikir gajinya saja tidak pikir prestasi. Pikirkan masyarakat Indonesia, jangan buat kecewa,” ujar Anjas.

Baca Juga: Calon Anggota Exco PSSI 2023-2027 Bertambah 55 Orang

2. Ferryl Hattu kenang semangat pemain zaman dahulu

Saat Para Legenda Timnas Indonesia Berdiskusi Soal PSSIWebpage

Sementara itu, Ferryl Hattu selaku kapten Timnas Indonesia di ajang SEA Games 1991, mengenang semangat para penggawa Garuda saat ajang tersebut. Ada pertarungan mental yang melibatkan para pemain saat itu.

Setelah meraih perunggu di SEA Games 1989, Ketua Umum PSSI kala itu, Kardono, menyampaikan bahwa bonus untuk pemain jika Timnas Indonesia meraih emas sepak bola di SEA Games 1991, tidak banyak. Para pemain hanya mendapat Rp3 juta.

Jumlah ini lebih kecil dibandingkan bonus yang didapat saat meraih perunggu pada 1989. Namun, berkat mental apik dan semangat nasionalisme yang tinggi, para pemain mampu tampil apik pada 1991 dan sukses meraih emas.

"Sekali kita dapat emas sampai mati tidak akan terlupakan. Tidak pernah bisa dihapus dan akan diingat anak cucu kita. Kalau kemarin 87 di Jakarta, ini kita harus dapat emas di Manila,” ujar Ferryl kenang masa lalunya.

3. Pesan keduanya untuk sepak bola Indonesia

Saat Para Legenda Timnas Indonesia Berdiskusi Soal PSSITimnas Indonesia. (dok. PSSI)

Anjas berujar, agar Timnas Indonesia kembali berprestasi, dia ingin PSSI berbenah. Jangan membentuk kerajaan sendiri di federasi, tetapi kembali pada motivasi untuk membawa Indonesia berprestasi.

"Karena PSSI dari hulu sampai hilir orangnya itu-itu saja. Sepertinya mereka cari gaji bukan prestasi. Seperti ada kerajaan di situ seperti Ferry Paulus, Yunus Nusi, Iwan Budianto, Juni Rachman, kondisi seperti ini tidak ada prestasinya,” ujar Anjas.

Sedangkan Ferryl, dia menyoroti semangat para pemain. Dia mengakui, skuad Indonesia di SEA Games 1991 memang tidak apik secara kualitas. Tetapi, mereka semua memiliki mental juara. Itulah yang harus dimiliki pemain sekarang.

"Kalau teknik pada saat 90-an, yang lolos ke Timnas itu grade B tapi fighting spiritnya, semangatnya yang grade A sehingga kita punya kekompakan. Pengurusnya (PSSI) juga terbuka dengan kita, kita dilindungi,” ujar legenda Timnas Indonesia itu.

Baca Juga: Kelompok Suporter Indonesia Nantikan Debat Calon Ketua Umum PSSI

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya