Analisis: Pragmatisme Mematikan Ceko di Piala Eropa 2020

Republik Ceko layak disebut sebagai kuda hitam

Jakarta, IDN Times - Skotlandia versus Republik Ceko mungkin tak terlalu dilirik banyak orang. Pertandingan yang digelar di Hampden Park dalam penyisihan Grup D Piala Eropa 2020, Senin (14/6/2021), tak semegah duel Inggris versus Kroasia.

Maklum saja, karena kedua tim tak berstatus unggulan. Namun, pada dasarnya, duel ini ternyata menyajikan hiburan tersendiri bagi pecinta sepak bola dunia.

Di luar dugaan, duel ini begitu seru. Bahkan, bisa dibilang partai ini jadi salah satu yang paling intens, selain Belanda versus Ukraina yang menghasilkan lima gol.

Bukan soal jumlah gol, namun bagaimana para pemain Skotlandia dan Ceko bermain dengan intensitas dan semangat yang tinggi.

Baca Juga: Piala Eropa 2020: Gol Ala Captain Tsubasa Antar Ceko Sikat Skotlandia

1. Ceko yang mematikan

Analisis: Pragmatisme Mematikan Ceko di Piala Eropa 2020Skotlandia vs Ceko. (twitter.com/EURO2020)

Skotlandia sebenarnya lebih dominan. Mereka mampu memberikan tekanan yang begitu besar kepada lini pertahanan Ceko.

Andrew Robertson, sang kapten, jadi motor serangan bagi Skotlandia. Tanpa lelah, Robertson berlari menjelajahi sisi kanan pertahanan Ceko.

Sejumlah umpan silang yang akurat dilepaskan Robertson. Bek Liverpool itu juga kerap melakukan kombinasi yang memecah pertahanan lawan. Dari statistik, Robertson menciptakan enam peluang, paling banyak ketimbang pemain Skotlandia lainnya.

Lini tengah Skotlandia juga terus menghadirkan ancaman buat Ceko. Namun, penyelesaian akhir Skotlandia begitu buruk. Striker Skotlandia, Lyndon Dykes, gagal menaklukkan kiper Ceko, Tomas Vaclik, meski mendapatkan sejumlah peluang emas di depan gawang lawan.

Eksekusi Dykes begitu buruk. Ditambah, Vaclik memang bermain sangat gemilang.

Kredit khusus memang layak diberikan kepada Vaclik. Atas aksinya yang spektakuler, gawang Ceko masih perawan di Euro 2020.

Tercatat, Skotlandia melepaskan 19 tembakan di laga kontra Ceko, dengan empat yang mengarah ke gawang. Namun, empat tembakan itu dimentahkan dengan sempurna oleh Vaclik.

Sebaliknya, Ceko malah lebih efektif. Dari 10 tembakan yang dilepaskan, tujuh mengarah ke gawang, dan dua di antaranya berujung gol.

2. Pragmatisme Ceko

Analisis: Pragmatisme Mematikan Ceko di Piala Eropa 2020Skotlandia vs Ceko. (twitter.com/EURO2020)

Ceko memang tampil efektif. Mereka menjadi contoh tim pragmatis di Piala Eropa 2020.

Kecermatan para pemain Ceko, khususnya Patrick Schick, patut dicermati. Sebagai seorang striker oportunis, Schick begitu ganas dan cerdas.

Dia mampu mencari ruang kosong dan melihat peluang kecil di pertahanan lawan.

Gol pertama jadi buktinya. Ketika rekan-rekannya membuka ruang di sektor kiri pertahanan Skotlandia, Schick mencari posisi yang nyaman dan tak terdeteksi oleh lini belakang lawan.

Saat umpan dilepaskan, memang sudah ada pemain Skotlandia yang mengawalnya. Namun, Schick percaya diri tubuhnya punya keunggulan dalam duel udara. Hingga akhirnya, tandukan Schick mampu buat Ceko unggul.

Lalu, kredit khusus Schick adalah pada gol kedua. Tembakannya begitu akurat dan tajam. Schick sadar kiper Skotlandia, David Marshall, terlalu jauh meninggalkan gawangnya.

Tanpa ragu, Schick melepaskan tembakan dari tengah lapangan. Bola melambung dengan derasnya.

Tak cuma itu, bola melengkung, mengingatkan kita pada teknik yang dimiliki oleh karakter anime Captain Tsubasa. Marshall sampai tersungkur hingga terjebak di jaring gawangnya.

Schick benar-benar jadi bintang. Hampden Park, yang seharusnya beri tuah kepada sang tuan rumah, Skotlandia, malah jadi panggung megah buat Schick.

"Jangan remehkan kami. Sebab, kami selalu bikin lawan kesulitan. Kami ini pekerja keras. Harus diakui, Skotlandia merupakan lawan yang tangguh. Tapi, kami sudah siap menangkal taktik mereka," kata Schick usai laga, dilansir situs resmi UEFA.

3. Mimpi Skotlandia yang rusak

Analisis: Pragmatisme Mematikan Ceko di Piala Eropa 2020skysports.com

Kekalahan 0-2 dari Ceko membuat penantian 23 tahun Skotlandia tampil di Piala Eropa jadi begitu pahit. Mereka gagal meraih poin ketika comeback di panggung semegah ini.

Para pemain Skotlandia terlihat begitu kecewa. Robertson mengakui hal tersebut.

"Jadi pelajaran berharga buat kami dalam turnamen terbaik macam ini. Kami harus berada dalam level tertinggi," kata Robertson.

Masalah Skotlandia terlalu rumit di laga kontra Ceko. Lini depan tak garang, dan belakang terlalu rapuh.

Harus diakui, saat membangun serangan, Skotlandia terbilang kreatif. The Tartan Army begitu eksplosif kala membangun serangan lewat kombinasi permainannya. Mereka mengandalkan tenaga dan teknik saat menusuk lawan.

Tapi, ketika ada di depan gawang, mereka malah tampil tumpul. Imbasnya, Skotlandia jadi sasaran empuk serangan balik Ceko. Parahnya lagi, saat diserang balik, Skotlandia kelabakan menghadapinya.

Ujungnya, dua gol bersarang ke gawang Marshall dan tak mampu dibalas lagi oleh Skotlandia.

"Setiap kesempatan harus dimaksimalkan. Ceko mampu memanfaatkannya, tapi kami tidak," sesal Robertson.

Baca Juga: Tawa Renyah dan Guyonan Christian Eriksen Bikin Lega

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya