Gol Talenta Indonesia yang Guncang Piala Dunia di Prancis

Para pemain Indonesia sejatinya pernah main di Piala Dunia

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 11 pemain keluar dari lorong Velodrome Municipal, 5 Juni 1938. Mereka berjalan berdampingan dengan sejumlah pemain bintang Hungaria seperti Gyorgy Sarosi, Gyula Zsengeller, dan lainnya.

Menariknya, dari 11 pemain itu, banyak yang berperawakan kecil, tak berwajah Eropa, berkulit cokelat, bahkan salah satunya berkacamata.

"Para pemain sudah masuk ke lapangan, Hungaria diperkuat sejumlah bintangnya akan melawan tim Hindia Belanda," ujar sang announcer kala itu.

Ya, Hindia Belanda tampil di Piala Dunia 1938. Mereka menjadi tim pertama asal Asia yang tampil di Piala Dunia. FIFA kemudian mengakui kalau itu adalah Indonesia.

Patut berbangga, karena sejatinya Indonesia pernah main di Piala Dunia, walau sebenarnya merupakan durian runtuh akibat Jepang mundur lantaran perang dengan Tiongkok di 1937.

Baca Juga: Demi Sepak Bola Tanah Air, Soeratin Rela Tinggalkan Zona Nyaman

1. Tim yang misterius

Tak banyak yang tahu soal kekuatan Hindia Belanda kala itu. Maklum, sepak bola di Hindia Belanda pasca Perang Dunia I memang belum terlalu mentereng dalam pentas internasional.

Hanya saja, kekuatan pemain pribumi, saat itu terbilang mumpuni. Meski bertubuh kecil, karakter dan kualitas permainan masyarakat pribumi jauh lebih bagus ketimbang orang-orang Eropa di Hindia Belanda.

Atas fakta itulah, pelatih Cristoffel van Mastenbroek, lebih banyak menyertakan pemain pribumi dalam skuad bentukannya untuk Piala Dunia 1938.

Mastenbroek meracik skema 2-3-5 untuk dimainkan dalam skuad Hindia Belanda. Dari 11 pemain yang diturunkan sebagai starter, mayoritas pun merupakan talenta pribumi.
Dengan skema dan kepercayaan Mastenbroek kepada para pribumi, Hungaria awalnya kesulitan. Bintang-bintang Hungaria sempat kewalahan menghadapi permainan cepat dan lincah para pemain Hindia Belanda.

"Permainan atraktif yang ditunjukkan Hindia Belanda sempat membuat Hungaria kewalahan. Tapi, pertahanan yang buruk membuat mereka dengan mudah dibobol Hungaria," begitu laporan The Times.

2. Gol yang tak diakui

Gol Talenta Indonesia yang Guncang Piala Dunia di PrancisSkuad Hindia Belanda di Piala Dunia 1938. (dok. Keluarga Isaak Pattiwael)

Gawang Hindia Belanda kala itu sudah jebol sejak menit 13, lewat Vilmos Kohut. Dua menit kemudian, giliran Geza Toldi yang menjebol gawang Hindia Belanda. Gyorgy Sarosi dan Gyula Zsengeller mencetak brace untuk melengkapi kemenangan 6-0 Hungaria.

Sebenarnya, di balik kekalahan telak itu, Hindia Belanda sempat mencetak gol. Fakta itu diketahui lewat kesaksian dari keluarga Isaak Pattiwael, salah satu penggawa Hindia Belanda di Piala Dunia 1938.

Tjaak (sapaannya) kala itu sempat mencetak satu gol ke gawang Hungaria. Namun, gol tersebut pada akhirnya harus dianulir karena terjebak offside.

Gol itu juga terjadi saat Hindia Belanda sudah tertinggal empat gol dari Hungaria. Jadi bukti, meski tertinggal empat gol, semangat para pemain Hindia Belanda begitu tinggi demi berlaga di event prestisius seperti Piala Dunia.

Koran L'Equipe bahkan menyatakan kalau memang performa para pemain Hindia Belanda saat itu sangat luar biasa.

"Kurcaci yang bikin Hungaria kewalahan karena semangat juangnya," begitu laporan L'Equipe.

Memang, pemain seperti Tjaak benar-benar diandalkan oleh Mastenbroek kala itu. Koran Bataviaasch Nieuwsblad edisi 4 Juni 1938, merilis wawancara dengan kiper Hindia Belanda, Tan Mo Heng.

Dalam pernyataannya, Mo Heng menuturkan kalau tim Hindia Belanda mengandalkan eksplosivitas empat pemainnya.

"Tan Hong Djien, See Han, Suvarte Soedarmadji, Pattiwael, dan Hans Taihitu, kami andalkan. Hungaria, bak petinju papan atas, tapi kami punya potensi membuat mereka kewalahan," kata Tan Mo Heng.

Baca Juga: Achmad Nawir, Dokter Asal Indonesia Pengguncang Piala Dunia

3. Pulang dengan bangga

Gol Talenta Indonesia yang Guncang Piala Dunia di PrancisMedali Hindia Belanda di Piala Dunia 1938. (IDN Times/Satria Permana)

Kalah, bukan berarti para pemain Hindia Belanda pulang dengan kepala tertunduk. Justru, koran-koran sezaman memberikan pujian selangit kepada Tjaak dan kawan-kawan.

Nadanya sama, yakni skuad Hindia Belanda kala itu kalah secara terhormat. Mengubah segala macam pandangan publik yang kala itu menyebut para pribumi bagian skuad Hindia Belanda, sebagai seorang pengkhianat.

Ya, ketika Tjaak, Achmad Nawir, dan lainnya gabung ke skuad Hindia Belanda yang memang dibentuk pemerintah kolonial, ada yang menyebut mereka sebagai pengkhianat.

Dengan cap tersebut, mereka sama sekali tak terpengaruh. Tujuan mereka cuma satu, yakni membawa kebanggaan buat Indonesia bisa berlaga di event sekelas Piala Dunia.

"Kakek saya tak peduli ketika ada orang yang mencapnya sebagai seorang pengkhianat dan label lainnya. Tujuannya cuma satu, ingin mengangkat derajat pribumi. Bayangkan, kalau tak ada rekan-rekannya yang bergabung, apakah ada pribumi yang main di Piala Dunia?" kata cucu Tjaak Pattiwael, John Pattiwael, kepada IDN Times.

Semangat juang itulah, disebut John, yang menjadi pelecut bagi para tokoh pribumi untuk berjuang mendapat kemerdekaan lewat sepak bola. Sebab, mereka memberikan bukti kalau orang Indonesia itu bisa berbicara lebih banyak di kancah internasional.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya