Menanti Akhir Manis Rp34 Triliun ManCity di Liga Champions

Megaproyek Manchester City menunggu trofi

Jakarta, IDN Times - Manchester City akan mencatat sejarah dalam final Liga Champions di Estadio Do Dragao, Minggu (30/5/2021). Mereka tampil untuk pertama kalinya di final Liga Champions.

Sejarah akan semakin lengkap andai ManCity juara. Itu tentu sudah jadi harapan dari seluruh pemain ManCity sekarang.

Maklum, selama satu dekade terakhir, ManCity memang punya ambisi juara Liga Champions. Mereka membangun klub penuh bintang dengan dana terbatas.

Tapi, kenyataan bicara sebaliknya. ManCity malah kerap terpeleset. Jika ingat sinetron komedi di akhir era 1990-an berjudul "Tuyul dan Mbak Yul", tentu ingat dengan jargon "gagal maning, Son". Inilah yang terjadi dengan ManCity dalam 10 tahun terakhir di Liga Champions.

1. Proyek super dalam satu dekade terakhir

Menanti Akhir Manis Rp34 Triliun ManCity di Liga Championsdailymail.co.uk

Demi mencapai titik ini, ManCity tentu sudah berkorban banyak. Salah satunya adalah mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk mendatangkan pemain-pemain kelas wahid.

Sejak 2008, Qatar Sports Investments ternyata sudah mengeluarkan uang hingga dua miliar euro atau setara Rp34 triliun. Angka yang begitu besar buat sebuah klub sepak bola.

Pengeluaran itu mulai terbayar di 2021 ini ketika ManCity melaju ke final Liga Champions. Tapi, tak akan ada artinya lagi kalau mereka pada akhirnya gagal juara.

Baca Juga: Kisah Bintang Chelsea Nyaris ke ManCity Panaskan Final Liga Champions 

2. Siap mati di tengah kegugupan

Menanti Akhir Manis Rp34 Triliun ManCity di Liga ChampionsPara pemain Manchester City memberikan penghormatan untuk mengenang Sergio Aguero atas jasanya di Premier League 2012 yang dijuarai Manchester City. (instagram.com/kunaguero)

Manajer ManCity, Pep Guardiola, tentu tak mau buang peluang untuk sekian kalinya. Guardiola menuntut para pemain ManCity tampil habis-habisan demi bisa mengalahkan Chelsea di final Liga Champions, Minggu dini hari nanti WIB.

Bahkan, Guardiola menegaskan, para pemain ManCity siap mati di lapangan untuk membawa pulang Si Kuping Besar ke Etihad Stadium.

"Saya tahu persis, bagaimana kami ingin bermain. Saya sudah bilang ke mereka. Anak-anak mulai tegang dan gugup. Saya bilang, itu normal. Tapi, mereka harus mengatasinya," kata Guardiola dilansir Goal International.

Kebanyakan anggota skuad ManCity memang minim pengalaman di final Liga Champions. Jadi, Guardiola merasa maklum kalau mayoritas dari mereka merasa gemetar jelang laga.

"Luar biasa pengalamannya. Saya tak pernah menyangka bisa main di satu laga final bersama klub ini. Kami sungguh beruntung," ujar Guardiola.

3. Pembuktian Guardiola

Menanti Akhir Manis Rp34 Triliun ManCity di Liga ChampionsInstagram @mancity / Manajer Manchester City, Pep Guardiola

Final Liga Champions dini hari nanti juga jadi pembuktian Guardiola. Sebab, setelah meninggalkan Barcelona, Guardiola belum pernah lagi juara Liga Champions.

Jadi, sejauh ini Guardiola baru memenangkan Liga Champions tiga kali, dua sebagai pelatih atau manajer, dan satu lainnya ketika masih aktif bermain.

Tentu, dalam laga nanti, Guardiola harus pintar-pintar dalam meramu strategi serta memilih pemain yang pas.

Sulit pastinya buat pilih pemain di klub bertabur bintang macam ManCity. Ini yang jadi dilema bagi Guardiola.

"Ketika meninggalkan pemain, entah di bangku cadangan atau lainnya, sungguh menyedihkan. Saya sarankan jangan jadi manajer. Saya tak punya kalimat bagus untuk mendorong Anda untuk jangan bermain. Tapi, saya cuma bisa bilang, percaya pada tim. Ada lima pergantian, setiap orang punya kesempatan dan akan jadi bagian," terang Guardiola.

Baca Juga: Fans ManCity dan Chelsea Tawuran Jelang Final Liga Champions

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya