Masalah Fundamental Sepak Bola Wanita Indonesia, PSSI Kapan Perbaiki?

Jakarta, IDN Times - PSSI harus segera membenahi fundamental sepak bola wanita Indonesia yang masih begitu semrawut hingga saat ini. Hal itu terlihat dari kompetisi yang urung bergulir, setelah mati suri sejak 2019 lalu.
Terasa kian miris, karena itu merupakan musim perdana mereka dalam berkiprah di sepak bola tanah air. Panggung mereka langsung hilang setelah pandemik COVID-19 menghantui dunia, termasuk Indonesia.
Situasi ini tentu membuat para Srikandi Indonesia jenuh. Sederet pemain melayangkan kritik dan tuntutan agar PSSI segera menggulirkan kompetisi.
Padahal, Indonesia memiliki banyak talenta yang potensial. Salah satunya adalah Zahra Muzdalifah, yang kini merantau ke Jepang untuk mengembangkan kariernya.
1. PSSI sudah umbar janji
Zahra sempat menyatakan bahwa sepak bola wanita Indonesia tidak akan berkembang andai kompetisi tak segera digulirkan. Selain Zahra, kapten Timnas Wanita Indonesia, Shafira Ika juga ikut melontarkan kritik.
Kejenuhan begitu dirasakannya, karena hanya melakoni latihan dan uji coba selama setahun lebih. Ika ingin segera merasakan intensitas kompetisi.
"Semoga tahun depan sudah ada. Kami, di Persis, sudah mau masuk dua tahun. Sebagai pemain, tentunya ada rasa bosan. Tapi, kami sering roadshow dan uji coba. Menu taktik, fisik, untuk bertanding juga jelas berbeda," kata Ika saat ditemui IDN Times di peresmian Supersoccer Arena, di Kudus, 3 September 2023 lalu
Ternyata, kritik yang dilontarkan Zahra disambut PSSI dengan sebuah janji. Lewat anggota Exco PSSI, Vivin Cahyani, federasi berjanji untuk kembali menghidupkan kompetisi yang sudah mati suri sejak 2019 lalu. Setidaknya, PSSI berjanji untuk memutar kompetisi itu pada 2024 nanti.
Format kompetisi kini sedang dirancang federasi. Bukan hanya itu, PSSI juga sedang membuat rancangan besar sepak bola wanita, yang turut dibantu FIFA.
"Sedang kami susun formatnya seperti apa, setelah itu tinggal dipresentasikan ke Ketum PSSI (Erick Thohir). Kalau oke, ya go. Waktunya segera ditentukan," kata Komite Eksekutif PSSI, Vivin Cahyani, usai peresmian Supersoccer Arena, di Kudus, 3 September 2023 lalu.
Baca Juga: PSSI Buat Rancangan Besar Sepak Bola Wanita, FIFA Ikut Bantu
2. Ada masalah yang dihadapi PSSI
Kompetisi tersebut rencananya baru akan diikuti 10 tim Liga 1. Demi mengakali bujet yang terbatas, PSSI akan menggunakan sistem bubble di Pulau Jawa. PSSI hanya menyiapkan 10 slot karena tidak semua klub Liga 1 memiliki tim putri. Hingga saat ini, disebut Vivin, baru ada enam klub yang memilikinya.
"Kendalanya itu memang talentanya kurang karena gak semua klub Liga 1 itu punya tim putri. Makanya, 10 tim dulu dan akan difokuskan penyelenggaraannya di Pulau Jawa supaya tidak high cost," kata Ketua Komite Sepak Bola Wanita tersebut
Karena kekurangan talenta yang siap bersaing di kompetisi kasta tertinggi, PSSI punya PR untuk membenahi pengembangan usia dini. Sebab, butuh setidaknya 10 tahun agar atlet bisa mematangkan kualitasnya.
Editor’s picks
Hal tersebut diungkapkan bintang Timnas Wanita lainnya, Sabreena Drassler. Menurutnya, pengembangan usia dini Indonesia masih jauh tertinggal dari Australia. Dia melihat itu ketika berkarier di Negari Kanguru pada musim lalu.
"Talenta kita itu ada. Tapi, kalau dibandingin sama luar negeri, mereka punya program dan kita enggak ada sama sekali. Padahal pemain bola yang jago itu butuh 5 sampai 10 tahun berkompetisi," kata Sabreena saat ditemui IDN Times, Rabu (27/9/2023).
3. PSSI butuh bantuan dari stakeholder lain
Nah, dalam aspek pengembangan usia dini, PSSI tidak bisa sendirian. Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha menyebut, federasi membutuhkan bantuan dari stakeholder lain. Maka dari itu, ketika Djarum Foundation menggelar kompetisi U-10 dan U-12 pada awal September 2023 lalu, federasi merasa begitu bersyukur.
"Sepak bola Indonesia selama ini adalah sinergi antara beberapa stakeholder, tapi kami sangat menyambut baik inisiatif yang dilakukan Djarum Foundation. Pengembangan sepak bola itu terdiri dari 3 hal, yang terutama ada di area development pemain. Problem ini yang harus kita benahi," kata Tisha.
4. Tertinggal jauh dari negara lain, PSSI buat rancangan besar sepak bola wanita
Rancangan besar terkait sepak bola wanita Indonesia pun tengah digodok PSSI. Dalam prosesnya, PSSI mendapat bimbingan langsung dari Director FIFA Women Football Asia, Simon Antoine Toselli. Sesuai apa yang menjadi kekurangan, rancangan besar ini meliputi kompetisi dan pembinaan usia dini.
"Kami lagi susun master plan-nya. Kami bertekad membangun lagi sepak bola putri, makanya saya tarik Simon," kata Vivin.
Maklum, Liga 1 Putri yang mati suri membuat sepak bola wanita Indonesia tertinggal dari negara berkembang lainnya. Harapannya, dengan kembalinya kompetisi dan pembinaan usia dini yang benar, sepak bola wanita Indonesia bisa mengejar ketertinggalan.
"Saya sendiri baru pulang dari Sydney untuk ikut Konvensi Sepakbola Wanita Dunia. Di situ, kita lihat benar-benar tertinggal, bahkan dengan South Sudan. Negara penuh konflik, tapi mereka sudah ikut World Cup Qualifier. Kita dengan dua ratus juta penduduk, kalau enggak dimulai dari sekarang, kapan lagi?" ujar Vivin.
Baca Juga: PSSI Gandeng Swasta untuk Pembinaan Sepak Bola Wanita
5. PSSI jalin kerja sama dengan JFA
PSSI juga menjalin kerja sama dengan federasi Jepang (JFA), untuk membenahi sepak bola wanita. Salah satunya adalah terkait Timnas Perempuan. Erick ingin kerja sama ini bisa membantu meningkatkan kualitas Timnas Perempuan Indonesia.
"Timnas Perempuan Jepang sudah bagus dan pernah jadi juara dunia. Saya sudah minta kalau ada pelatih dari Jepang yang bisa kerja sama untuk pengembangan Timnas Perempuan Indonesia," kata Erick.
Dalam kerja sama ini, Erick juga bakal mendatangkan pelatih asal Jepang untuk menukangi Timnas Wanita Indonesia. Nah, andai nanti sosoknya telah dikantongi, PSSI bisa segera menata sektor ini.
"Termasuk tim nasional perempuan, ya, kita sedang mencari dan sudah kerja sama dengan Jepang untuk pelatihnya. Nah, artinya kalau sudah ada pelatihnya, berarti timnas wanita ini bisa mulai kita tata," ujar Erick.