Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Sekadar sugesti atau memang improve?

Kamu tergabung dalam forum audiophile? Kamu pasti sering mendengar pertanyaan semacam ini:

"Eh, headphones/earphones ini dukung Hi-Res gak ya?"

Atau ini?

"Eh, ini HP bisa denger musik Hi-Res gak ya?"

Dan, berbagai pertanyaan tentang "Hi-Res" lainnya sering kali terdengar terutama di kalangan para penyuka audio yang mendambakan suara di balik sertifikasi asal Jepang tersebut.

Tapi, sebenarnya apa itu Hi-Res? Lalu, jika peralatan audio-mu mendukung Hi-Res, apakah sudah pasti memanjakan telinga? Berbeda dengan peralatan audio lainnya?

1. Sebenarnya, apa sih Hi-Res Audio?

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahuyoutube.com/HyperX

Sejak dunia audio mengenal CD, kualitas audio CD dijadikan tolok ukur utama dalam menilai keabsahan audio.

Jadi, dengan kata lain, High Resolution (Hi-Res) Audio adalah kualitas audio yang melebihi kualitas audio CD. Kamu dapat temukan format tersebut dalam Super Audio CD (SACD) dan audio DVD yang menjadi penerus CD pada tahun 2000.

Namun, dikarenakan pada masanya banyak produsen yang mengambil istilah keren "HD Audio" dan "High Resolution Audio", banyak yang salah kaprah hingga sekarang ini.

2. Terkalahkan oleh iPod dan MP3

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahuworksup.com

Pada dasarnya, memang telinga manusia tidak begitu dapat mendengar perbedaan yang signifikan dari audio CD dengan audio Hi-Res. Lagi pula, dibandingkan file musik biasa, Hi-Res jauh lebih besar.

Baru saja Hi-Res Audio mendulang kesuksesan pada 2001, Apple menjajaki dunia audio dengan iPod. Pilih mana:

"5 lagu Hi-Res atau 100 lagu biasa?"

Tidak perlu dijawab, sudah pasti mereka memilih 100 lagu biasa yang hemat tempat dengan membeli iPod.

Lagi pula, pada masanya, kebanyakan pemutar lagu tidak dapat memutar file dengan resolusi Hi-Res, termasuk iPod. Jadinya, terpaksa mereka konversi ke MP3 dengan menghapus sebagian besar informasi pada file Hi-Res agar ukuran lebih kecil.

Konsekuensinya? Tidak Hi-Res lagi.

3. Kebangkitan kedua Hi-Res

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahuthenewdaily.com.au

Butuh waktu hingga 1 dekade bagi Hi-Res agar dapat bangkit kembali.

Dimulai dari kritik Neil Young, seorang musisi yang mengkritik kualitas audio iPod. Hal tersebut sempat membuat kepala Steve Jobs panas. Namun, hasilnya, dunia lebih awas terhadap perkembangan audio.

Young kemudian menunjukkan PonoPlayer pada 2012, pemutar musik dengan kualitas Hi-Res pertama di dunia, hasil produksi dari perusahaan besutan Young, PonoMusic. Pada 2014, PonoMusic merilis PonoPlayer melalui KickStarter dan mendulang kesuksesan yang signifikan pada masanya.

Seiring dengan kemunculan PonoPlayer, berbagai situs yang menyediakan jasa unduh musik berkualitas Hi-Res pun bermunculan. Akan tetapi, hanya beberapa yang mau dan mampu membeli lagu yang berkualitas "jernih" tersebut.

Kepopuleran PonoPlayer hanya bertahan 3 tahun hingga 2017.

4. Penyelamat Hi-Res: Sony

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahucnet.com

Tidak hanya Neil Young, produsen elektronik asal Negeri Sakura, Sony, juga tertarik menjatuhkan dominasi iPod sekaligus mulai melirik pasar audio dengan kualitas Hi-Res. Hasilnya, Sony, pun membuat logo Hi-Res yang terkenal hingga saat ini.

Tulisan Hi-Res dengan latar hitam-emas. Tidak ragu-ragu, Sony menempelkan logo tersebut pada berbagai produknya, mulai dari Walkman hingga A/V receiver, yang "konon katanya" mendukung format Hi-Res.

Agar tidak sembarangan diklaim, pada 2014, Sony kemudian menyerahkan kendali penuh atas sertifikasi Hi-Res kepada Japan Audio Society (JAS) yang berhak menentukan apakah satu perangkat mampu mendukung format Hi-Res atau tidak.

Hingga kini, JAS telah memberi sertifikasi Hi-Res pada berbagai perangkat musik mulai dari headphones/earphones hingga ponsel cerdas.

Baca Juga: 7 Software Audio Editing Terbaik yang Digunakan Para Content Creator

5. Apa yang membedakan Hi-Res dengan audio CD?

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahu7labs.io

Baiklah, sekian cerita soal sejarah jatuh bangun Hi-Res.

"Iya, bosan, nih! Apa sih bedanya Hi-Res dengan audio biasa?"

Good question! Jadi, pembeda antara Hi-Res audio dengan audio CD terletak pada:

  • Sampling rate (kHz): batas sampling (jumlah frekuensi) yang dapat ditangkap dari signal audio terus menerus (continuous) menjadi terpisah (discrete) per detiknya.
  • Bit depth (-bit): batas bit informasi yang dapat tertangkap dari sample yang tertangkap.

Istilahnya, semakin tinggi angkanya, semakin bagus kualitasnya. Nah, perbedaannya adalah:

  • Audio CD: 16-bit/44.1kHz.
  • Hi-Res: minimal 24-bit/48kHz.

Hi-Res yang memiliki sampling rate dan bit depth lebih tinggi dibandingkan audio CD menghasilkan suara yang lebih jernih dan mencakup frekuensi yang lebih luas, seperti bass yang lebih nendang dan treble yang lebih jelas.

6. Kontroversi Hi-Res

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahupitchfork.com

Pada poin ke-2, kami menyatakan kalau telinga manusia sebenarnya memang tidak dapat membedakan perbedaan audio CD dan Hi-Res.

"Lho, kata siapa?"

Kata Sony dan Phillips, pionir dari sistem audio CD, yang juga menyatakan hal yang sama. Format audio 16-bit/44.1kHz adalah batas bawah frekuensi yang dapat didengar telinga manusia.

Lebih dari itu? Telingamu secanggih Daredevil berarti.

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahuinnercreativesound.com

Tetapi, tidak disangka-sangka, Apple kekeh ingin menciptakan format musiknya sendiri yang berkualitas tinggi tapi tetap hemat tempat.

Jadi, perusahaan besutan Steve Jobs tersebut menyuruh para teknisi audionya untuk melakukan mastering dengan format 24-bit/96kHz. Lalu, file Hi-Res tersebut dikonversi menjadi file AAC 256 kbps.

Meskipun bersifat lossy (informasi terpotong) dan tidak jauh berbeda dengan MP3, Apple mengklaim bahwa file AAC tidak beda dengan Hi-Res karena dibuat dengan Apple Digital Masters (lagi-lagi terminologinya sendiri). Dengan kualitas suara yang sama dan ukuran file yang lebih kecil, Apple menyodorkan AAC sebagai pengganti Hi-Res.

"Persaingannya makin panas, nih!"

7. Jenis file untuk Hi-Res

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahumartinshifi.co.uk

Mau sampai berbusa pun, format AAC dan MP3 sampai kapan pun tidak akan menjamin kualitas Hi-Res. Untuk mencapai kualitas jernih, bit depth dan sampling rate pun harus tinggi, hal yang tidak ditemukan pada AAC dan MP3.

Format audio lossless (informasi lengkap) seperti AIFF, FLAC, ALAC, DSD, atau WAV, adalah yang paling umum dikenal mengusung format Hi-Res. Dari ke-5 format tersebut, FLAC dengan format 24-bit/96kHz adalah yang paling lumrah ditemui.

Kekurangan dari jenis-jenis file tersebut adalah ukurannya. Sebagai contoh, untuk lagu Bohemian Rhapsody, versi MP3 hanya berukuran 8 - 10 MB. Sedangkan, jika versi FLAC-nya, bisa sebesar ratusan MB!

Lalu, apakah beda suaranya? Biar telingamu yang jadi hakimnya.

8. Apakah butuh alat khusus untuk mendengar Hi-Res?

Hi-Res Audio: Gimmick atau Sungguhan? Ini Fakta yang Perlu Kamu Tahureviewed.com

Bagian pemasaran Sony memang jago dalam hal ini. Dengan menempel stiker Hi-Res pada tiap perlengkapan audio, otomatis, produk tersebut memang dapat mengeluarkan potensi terbaik dari musik berkualitas Hi-Res.

Kalau begitu, jawabannya adalah "Iya". Gawai masa kini biasanya sudah dilengkapi dengan cip audio yang otomatis mendukung pembacaan format audio Hi-Res. Akan tetapi, kecil kemungkinan gawaimu dapat mengeluarkan potensi terbaik lagu Hi-Res jika dibandingkan dengan pemutar lagu digital (DAP) seperti Fiio, Shanling, atau Walkman yang memang tercipta untuk memutar musik Hi-Res.

Selain pemutar musik, pelantang telingamu pun juga harus mendukung kualitas Hi-Res. Dengan kata lain, pelantang telinga yang dapat menghasilkan frekuensi minimal 40kHz.

"Lalu? Earphones dan headphones dengan stiker Hi-Res otomatis bersuara jernih?"

Tidak juga. Stiker Hi-Res hanya membuktikan satu hal:

"Teknik marketing Sony mujarab!"

Itulah penjelasan mengenai Hi-Res audio, topik perdebatan panas di kalangan pencinta audio.

Ketidakmampuan telinga manusia mendeteksi frekuensi di atas 20kHz membuktikan bahwa seharusnya para pencinta audio tidak menganggap musik dan perangkat audio Hi-Res sebagai pembuktian kesaktian telinganya.

Bagaimana dengan peralatan audiomu sekarang? Haruskah diganti? Cuma satu jawabannya,

"Percayalah pada telinga sendiri."

Baca Juga: Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Burn In dalam Dunia Teknologi Audio

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya