7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salah

Sangat disayangkan...

Industri video game tak selamanya mulus. Tentu saja, sama seperti industri lain, industri video game pasti juga sering mengalami pasang surut. Tak jarang sebuah perusahaan game mengalami ketidakberuntungan ketika mereka membuah sebuah karya namun tidak berhasil terjual seperti yang diharapkan. Ironi semacam ini lah yang seringkali menghantui para kreator game di luar sana.

Sudah beberapa kali sejak satu dekade terakhir, telah banyak perusahaan game yang harus tutup buku. Entah itu karena kebangkrutan, keputusan perusahaan induk untuk menutup cabang perusahaan, atau hanya karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Berikut penulis kasih info tentang 7 perusahaan game yang harus bangkrut karena keputusan yang salah. Langsung saja!

1. Lionhead Studios

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahwholesgame.com

Didirikan pada tahun 1996, Lionhead Studios terkenal karena menciptakan game Black and White serta seri Fable. Sebelum diakuisisi oleh Microsoft pada tahun 2012, Lionhead merilis game Black and White 2, The Movies, dan Fable: The Lost Chapters. Meskipun game-game tersebut menerima review bagus, angka penjualannya tetap tidak memenuhi sasaran. Setelah menghabiskan 75 juta dolar AS untuk proyek "dimana tidak ada yang mau mengerjakan", Microsoft akhirnya mengusulkan untuk menutup Lionhead. Sampai akhirnya pada 29 April 2016, setelah hampir 20 tahun berkarya, Lionhead Studios resmi ditutup.

2. THQ

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahdigitaltrends.com

THQ sempat menjelma sebagai salah satu perusahaan game terbaik dengan puluhan game terbaik yang memiliki banyak penggemar. Sayangnya, perusahaan yang berpusat di Amerika ini harus mengalami kejatuhan sejak bulan Februari tahun 2010, ketika perusahaan mulai mengalami kesulitan keuangan. THQ menghabiskan banyak sekali uang untuk produk yang tidak cukup sukses, seperti 70 dolar add-on gaming, uDraw Game Tablet, serta beberapa game keren gagal seperti Homefront, dan Red Faction: Armageddon. THQ resmi ditutup dan tidak beroperasi sejak 23 Januari 2013.

3. Atari

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahpixelcake.nl

Atari Inc didirikan pada tahun 1972, dan sejak saat itu perusahaan game yang berbasis di Jepang ini telah menjadi motor penggerak bagi industri video game secara keseluruhan. Namun, meski mereka sukses dengan game arcade seperti Pong dan konsol luar biasa seperti Atari 2600, perusahaan ini harus mengalami kemunduran karena kontribusi langsung mereka terhadap 'kecelakaan' video game tahun 1983, yang kala itu sedang ramai. Beberapa keputusan buruk dari Atari, yang menyebabkan kecelakaan itu meliputi pelepasan Atari 2600 versi Pac-Man, menciptakan lebih banyak kartrid daripada konsol, serta kualitas video game berbasis kartid yang benar-benar buruk.

4. RedOctane

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahen.wikipedia.org

Bagi yang tidak tahu, RedOctane merupakan perusahaan video game yang membuat franchise Guitar Hero yang dulu sempat tenar pada era PS2. Kesuksesan Guitar Hero rupanya menarik minat Activision, yang pada akhirnya mengakuisisi RedOctane secara penuh pada Mei 2006. Meskipun seri Guitar Hero asli buatan RedOctane sangat sukses, Activision malah membuat keputusan bodoh dengan merilis banyak game Guitar Hero pada tahun 2009. Tentu saja, keputusan bodoh ini membunuh franchise tersebut secara langsung. Akhirnya, perusahaan yang didirikan oleh Kai Huang tersebut harus ditutup pada tahun 2010.

5. Zipper Interactive

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahdealspwn.com

Didirikan pada tahun 1995, Zipper Interactive dikenal karena game eksklusif untuk Playstation buatan mereka, SOCOM: Navy Seals. Namun, perusahaan ini juga membuat game eksklusif untuk Xbox, yaitu Crimson Skies. Dikenal sebagai "perusahaan yang tahu cara membuat game online" menjadikan Zipper Interactive banyak disukai. Sayangnya, karena terlalu sering membuat game bergenre tembak-tembakan sehingga terkesan minim inovasi, Zipper Interactive harus menelan pil pahit setelah produk mereka banyak yang tidak sukses. Alhasil, perusahaan ini pun bangkrut dan ditutup pada tahun 2012.

6. Pandemic Studios

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahgamingcentral.in

Kreator dari Star Wars Battlefront dan Destroy All Humans, Pandemic Studios dibentuk pada tahun 1998 sebagai studio independen sampai akhirnya pada tahun 2007, EA mengakuisisi perusahaan tersebut. Meskipun Mercenaries 2 merupakan game third-person shooter yang bisa dikatakan layak, tingkat kepopuleran game first-person shooter kala itu ternyata berdampak buruk terhadap keberadaan Mercenaries 2.

Selain itu, kontroversi yang hadir didalam Mercenaries 2 juga membuat game ini sempat dikecam oleh pemerintah Venezuela. Pandemic Studios selaku pembuat game tersebut mengaku gagal dan menutup perusahaannya pada tahun 2009. 

7. Clover Studios

7 Perusahaan Video Game yang Harus Bangkrut Karena Keputusan Salahokami.wikia.com

Clover Studio mendapatkan apresiasi yang luar biasa ketika franchise Viewtiful Joe mereka berakhir sukses. Sayangnya, kesuksesan tersebut tidak berlanjut pada game buatan mereka selanjutnya, Okami. Benar memang, jika Okami menerima banyak review positif, namun game tersebut tidak terjual dengan baik dan di luar ekspektasi awal.

Alhasil, perusahaan induknya yaitu Capcom tidak mau mengambil risiko lagi dengan mengambil lebih banyak ide baru dari Clover Studio. Setelah beberapa orang meninggalkan Clover Studio untuk membuat perusahaan game baru, Capcom akhrinya memutuskan untuk menutup Clover Studio pada tahun 2007.

Demikian tadi info mengenai 7 perusahaan game yang harus bangkrut karena keputusan yang salah. Bagaimana menurut kamu? Apakah perusahaan di atas layak untuk dibangkitkan kembali? Tulis pendapatmu di kolom komentar!

Arif Gunawan Photo Verified Writer Arif Gunawan

Noob Tech Writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya