5 Video Game Keren yang Diadaptasi dari Film Mengecewakan

Jangan menilai game dari filmnya

Masalah soal adaptasi memang selalu jadi dilema di dunia hiburan. Dari buku ke film, atau dari video game ke layar lebar, biasanya karya adaptasi selalu mendapat respon beragam. Tak jarang buruk karena fans salah satu versi terdahulu gak terima dengan hasil adaptasi yang payah.

Sering kita saksikan banyak adaptasi film dari video game yang berakhir mengenaskan, begitu pula sebaliknya. Tapi uniknya, justru ada sejumlah video game sukses yang berasal dari film yang biasa aja atau cenderung mengecewakan.

1. Alien VS Predator (2010) membalas kegagalan film AVP (2004)

Dalam usahanya menggabungkan dua monster luar angkasa paling sukses di Hollywood, Sutradara Paul Anderson menciptakan film Alien vs Predator. Walau sukses komersial namun film ini panen kritik tajam dan rating jelek. Rotten Tomatoes sepakat memberi predikat Rotten dengan rating 20%, IMDb pun hanya memberi skor 5,6/10.

Walau filmnya dipandang sebelah mata, namun video game yang diadaptasi dari film ini justru menuai pujian. Alien VS Predator adalah first person shooter game yang dirilis 6 tahun setelah AVP pertama.

Dikembangkan oleh Rebellion Developments dan diterbitkan oleh SEGA, Alien vs Predator dipandang cukup berhasil membalaskan kegagalan filmnya. Hasil review memang beragam, namun IGN memberi skor 7 sampai 8,5/10 untuk Alien VS Predator yang sempat jadi game terlaris di Steam pada masanya.

2. Peter Jackson's King Kong (2005) lebih memukau dari film King Kong (2015)

King Kong (2005) memang tidak bisa dibilang film payah dengan hasil review yang bagus dan hasil box office-nya yang lumayan. Akan tetapi tak sedikit masyarakat yang merasa film itu menjemukan, terlalu panjang, atau tak lebih baik dari film aslinya. Hasilnya film ini jarang dipilih sebagai film yang bakal kamu tonton berulang kali.

Berbeda dengan video gamesnya yang digarap oleh Ubisoft Montpellier. Peter Jackson's King Kong begitu memukau dan dihujani pujian dari berbagai pihak. Metacritic memberi skor 80% untuk game aksi petualangan satu ini.

Pada akhir Maret 2006, game King Kong berhasil tejual 4,5 juta copy dan mendapat sejumlah penghargaan. Dunia King Kong tereksplorasi jauh lebih dalam dan menarik dalam versi game ini.

3. Middle Earth: Shadow of War (2017) disebut lebih baik dari Film Seri The Hobbit

Kualitas trilogi original The Lord of the Rings memang tak perlu diragukan lagi. Namun, yang sering dicibir adalah franchise lanjutan The Hobbit yang dianggap hanya usaha untuk menambang uang dari fans. Hal ini dibuktikan dengan hasil review kritik yang gak cemerlang-cemerlang amat, dan keluhan banyak pihak soal visual efek berlebihan.

Monolith Production mengobati kekecewaaan fans dengan mengembangkan action role playing game Middle Earth: Shadow of War. Baru rilis 10 Oktober 2017, game ini sudah berhasil menjadi nominasi dan membawa pulang sejumlah penghargaan.

Metacritic memberi skor 80% untuk game rilisan Warner Bros. Interactive Entertainment ini. Sebelumnya pada 2014 juga sudah ada Middle Earth: Shadow of Mordor yang tak kalah memukau gamers dan kritikus.

4. The Chronicles of Riddick: Escape from The Butcher Bay (2004) tuai pujian dibanding filmnya

Para penggemar Vin Diesel pasti tak asing dengan film action sci-fi yang satu ini. Beberapa kali ditayangkan di televisi nasional juga kok! Sayangnya film garapan sutradara David Thowy tak mendapat respon positif dan hanya diberi skor 29% Rotten oleh agregator review Rotten Tomatoes.

Meski begitu, Riddick rupanya berhasil melahirkan sejumlah game keren yang menuai pujian. Diawali dengan The Chronicles of Riddick: Escape from The Butcher Bay, Starbreeze Studios dan Tigon Studios berhasil membawa game ini kerap masuk ke jajaran game Xbox Terbaik Sepanjang Masa.

Pada 2009 game yang dipublish Atari ini pun kembali menghasilkan sekuel yang gak kalah laris dengan judul Assault on Dark Athena. Metacritics memberi skor 90% pada Escape from The Butcher Bay dan 80% untuk Assault on Dark Athena.

5. X-Men Origins: Wolverine (2009) rupanya tak ikuti kegagalan filmnya

Dengan skor kritik yang sangat rendah dan review buruk di mana-mana, X-Men Origins: Wolverine sah menjadi film franchise X-Men paling buruk yang pernah ada. Box office yang dituainya pun gak heboh-heboh amat, di bawah ekspektasi.

Namun beda cerita dengan game berjudul serupa garapan Raven Software yang dipublish oleh Activision ini. X-Men Origins: Wolverine mendapat skor 75% dari agregator kritik Metacritics. Game action adventure hack and slash ini berhasil masuk dalam jajaran video game hasil adaptasi film terbaik.

Itulah tadi 5 video game keren yang diadaptasi dari film mengecewakan, kamu sudah pernah coba semua belum? Ada benarnya juga ya ungkapan untuk tidak menilai suatu karya dari hasil adaptasinya begitu pula sebaliknya. Buktinya game ini tetap cemerlang meski diangkat dari film gagal.

Bebe Cervesa Photo Verified Writer Bebe Cervesa

Aku hidup dalam kata-kata, aku bernapas dalam syair nada

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya