[REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang Epik

Makin dicintai meskipun ada beberapa kekurangan

Dalam dunia real-time strategy atau RTS, judul besar dari serial Age of Empires tentu tidak bisa dilewatkan begitu saja. Bahkan, game ini sudah menjadi salah satu tolok ukur bagi pengembang lain yang ingin menciptakan sebuah game berbasis RTS. Tahun ini, tepatnya pada 28 Oktober 2021, Age of Empires IV dirilis secara resmi di bawah bendera Xbox Game Studios.

Kali ini, serial terbaru dari Age of Empires tersebut digarap oleh developer asal Kanada, yakni Relic Entertainment. Sekadar informasi, sejak 1997 sampai 2007, serial RTS keren tersebut dibuat oleh Ensemble Studios, sebuah pengembang game asal Amerika yang juga sukses menelurkan judul besar, macam Age of Mythology, Star Wars Galactic, dan Halo Wars.

Apakah Age of Empires IV sanggup menuntaskan dahaga panjang yang dialami oleh penggemar selama 14 tahun ini? Nah, jika penasaran, kamu bisa simak beberapa ulasan dan review Age of Empires IV dari penulis. Yuk, dibaca!

1. Kaya dengan elemen sejarah

[REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang EpikMembangun koloni di Age of Empires IV masih tetap mengasyikkan. (dok. Relic Entertainment/Age of Empires IV)

Hampir mirip dengan serial Age of Empires sebelumnya, dalam game ini, plot dan latar belakang cerita cukup kaya akan elemen sejarah. Dalam Age of Empires IV, kamu bisa memilih peradaban yang pernah ada dalam sejarah dunia. Dimulai dari Inggris, Prancis, India, Kekaisaran Romawi Suci, Kekhalifahan Abbasiyah, dan Rusia (Rus), semua bisa dipilih sebagai faksi awal dalam permainan.

Secara umum, plot yang dihadirkan dalam Age of Empires IV agak terkesan familier dengan Age of Empires II yang dirilis pada 1999. Ia tampil dengan balutan sejarah yang khas dan megah, sesuai dengan peradaban dari masing-masing faksi yang kita pilih. Gamer pun dapat memilih begitu banyak era atau zaman yang dimulai dari abad paling awal (terbelakang), berkembang, hingga kemajuan zaman atau era keemasan.

Apa yang dipertahankan dalam serial terbarunya kali ini? Jelas bahwa sang pengembang akan bermain aman dengan pola sama persis di bidang pembangunan markas, mengoleksi sumber daya alam, membentuk pasukan, dan melatih penduduk yang ada. Sistem bermain aman seperti ini terbukti membawa kita ke dalam dunia Age of Empires yang pakem dan asli layaknya seri-seri sebelumnya.

Pada saat memainkannya, penulis segera sadar bahwa salah satu elemen yang mencolok dalam game ini adalah konsep sejarah yang dibangun secara imersif. Ya, premis yang dihadirkan secara kuat oleh developer terbukti dapat meninggalkan kesan yang cukup mendalam bagi penulis pribadi. Kita bisa melihat betapa besar kekuatan politik dan militer dari kerajaan-kerajaan di masa lalu di saat memainkan mode campaign.

Mungkin terkesan egois, tapi bagi penulis, sistem single-player yang diusung dalam Age of Empires IV jadi yang terbaik. Tak perlu kamu memainkan game ini secara multiplayer bersama teman-temanmu. Memainkan serial ini seorang diri sembari melawan AI komputer sudah dianggap sangat menyenangkan dan membuat kita lupa waktu.

2. Mekanisme gameplay yang dibuat lebih ringkas dan segar

[REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang EpikPasukan dalam Age of Empires IV tidak lagi dapat melukai unit sendiri. (dok. Relic Entertainment/Age of Empires IV)

Relic Entertainment dinilai lebih cerdas dalam mengaplikasikan mekanisme permainan yang lebih ringkas ketimbang pendahulunya. Salah satu hal mendasar yang dirasakan penulis adalah sistem pertempurannya. Pada serial Age of Empires III, unit tempur kita bisa terluka parah manakala terkena serangan catapult dengan batu-batuan masif. Nah, hal ini tidak akan terjadi dalam Age of Empires IV.

Memang terkesan kurang masuk akal. Namun, cara seperti ini dirasa lebih ringkas dan akan memudahkan kita di saat menghadapi pasukan dengan jumlah banyak. Pertempuran di laut pun juga memiliki mekanisme yang ringkas dan mudah dipahami. Akan tetapi, ada beberapa kesempatan yang membuat penulis jengkel. Alih-alih menuruti perintah, beberapa kapal tempur kita justru menyerang unit musuh yang tidak penting.

Ada lagi penyegaran yang dibuat oleh developer, yakni kehadiran sebuah zona netral di map atau peta. Yup, rupanya Age of Empires IV mengizinkan kita menguasai pos pedagangan yang netral dan bisa membantu kita untuk mengumpulkan sumber daya alam. Namun, sayangnya, map atau peta yang ada terbilang kecil dan masih kurang untuk digunakan dalam mode skirmish.

Penulis cukup kesulitan melakukan ekspansi wilayah karena map yang ada sudah dirasa mentok. Hal ini tak ubahnya pada Age of Empires III yang memang memiliki peta sempit dan menyulitkan kita dalam membangun banyak bangunan penting. Jadi, secara tidak langsung, kita memang dipaksa untuk membangun peradaban di atas wilayah yang benar-benar terbatas.

Selebihnya, mekanisme yang dihadirkan cukup identik dengan seri-seri sebelumnya. Melatih penduduk, menaikkan level, mengumpulkan sumber daya, merekrut pasukan, bertahan di dalam benteng, dan menyerang markas musuh masih tampak pakem dan linear seperti biasanya. Well, kamu yang baru saja mau berkenalan dengan RTS, Age of Empires IV bisa dipilih karena ia tetap mudah dipahami.

Baca Juga: [REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu Roh

3. Tampilan visual jauh lebih baik, tapi terkesan standar untuk game modern

[REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang EpikAge of Empires IV menampilkan grafis yang terbilang standar. (dok. Relic Entertainment/Age of Empires IV)

Meskipun grafis yang ditampilkan dalam game ini jauh lebih bagus ketimbang seri sebelumnya, ia masih dirasa sangat standar jika dibandingkan dengan RTS kekinian lainnya. Visual pada Age of Empires IV berjalan melalui sokongan Essence Engine 5.0 yang juga dibuat untuk mendukung tampilan pada game berjudul Company of Heroes.

Engine atau sistem grafis ini merupakan buatan Relic Entertainment sendiri yang sebetulnya sudah cukup baik dalam menggarap judul-judul besar. Namun, entah kenapa di mata penulis, kualitas visual pada game ini masih cenderung standar, bahkan terdapat beberapa bug kecil yang untungnya tidak sampai mengganggu.

Terlepas dari itu semua, developer masih sanggup menghadirkan kualitas tampilan yang cukup megah dan memukau, setidaknya dalam pertempuran laut yang kita hadapi. Hancurnya benteng dan bangunan dibuat lebih halus dan realistis jika dibandingkan Age of Empires III. Lalu, jangan lupakan kehadiran video narasi yang dibuat dengan detail apik dan tentunya menambah kenikmatan dalam bermain.

4. Audio apik seperti biasanya

[REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang EpikSisi audio dalam Age of Empires IV layak diapresiasi. (dok. Relic Entertainment/Age of Empires IV)

Sejak dulu, serial Age of Empires memang terkenal dengan audionya yang epik dan memukau. Begitu juga dalam Age of Empires IV, audio dan suara yang dihasilkan sudah berada pada kelasnya. Sistem musikalnya sanggup mewakili dari masing-masing peradaban yang sedang kita mainkan.

Di sisi lain, suara dari tiap-tiap unit karakter juga terdengar pakem layaknya percakapan di dunia nyata. Dialog dan model logat yang dihadirkan sangat kompleks dan beragam, tergantung faksi mana yang dipilih. Memang, ada beberapa suara yang terdengar agak timpang. Namun, secara keseluruhan, audio dalam game ini bisa dibilang menjadi salah satu poin juaranya.

5. Wajib dikoleksi bagi penggemar RTS

[REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang EpikPertempuran darat dalam Age of Empires IV hadir secara epik. (dok. Relic Entertainment/Age of Empires IV)

Di Steam, game ini dijual seharga Rp249.999. Jika melihat apiknya komposisi yang ditawarkan, rasanya harga tersebut terbilang cukup murah. Age of Empires IV masih menawarkan DNA dan genetik yang sama dengan pendahulunya, tetapi dengan perkembangan plot, gameplay, dan visual. Sistem audionya juga dibuat apik dan impresif sehingga menambah keseruan dalam bermain.

Elemen historis adalah ciri khas yang penulis sukai dalam game ini. Dengan banyaknya faksi yang terlibat, dunia RTS yang kita mainkan juga makin luas dan menantang. Sayangnya, besarnya elemen sejarah ini tidak diimbangi dengan peta yang luas. Di banyak kesempatan, penulis cukup merasa kesulitan menempatkan beberapa bangunan penting akibat keterbatasan lahan.

So, bagaimana kesimpulan akhirnya? Bagi penulis, game ini sangat cocok dimainkan oleh kalian yang memang menyukai genre RTS. Skor 4/5 penulis berikan untuk Age of Empires IV yang hadir cukup memesona jika ditilik dari kedalaman historis dan juga audionya. Khusus bagi kamu yang mengoleksi serial Age of Empires sejak 1997, game ini layak dibeli dan dijadikan pelengkap koleksi.

https://www.youtube.com/embed/Ovt7d34_hRA

Baca Juga: [REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu Sendiri

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya