[REVIEW] As Dusk Falls—Kisah Drama Interaktif yang Mengaduk Perasaan

Mengangkat banyak hal yang bersifat intuitif

Narasi drama dalam sebuah judul game mungkin tidak akan menjadi nilai jual yang tinggi di mata gamer. Ia bisa saja dianggap terlalu berlebihan dan menjual aksi-aksi yang penuh dengan adegan melankolis semata. Well, kita pun bisa melihat jajaran game kelas atas yang memiliki rating tinggi juga bukanlah karya yang berpijak di atas fondasi drama melankolis.

Ambil contoh beberapa judul besar, macam The Witcher, Dragon Age, Grand Theft Auto, Resident Evil, Far Cry, Total War, dan seterusnya, tidak ada satu pun deretan game yang dinilai terbaik itu mengangkat kisah drama yang betul-betul kental. Jika ada game interaktif seperti The Quarry yang pernah penulis bahas, itu pun termasuk pada genre horor yang cukup penuh dengan adegan brutal.

Nah, pada 20 Juli 2022, sebuah game berjudul As Dusk Falls telah dirilis oleh Xbox Game Studios dan rupanya cukup membuat penulis penasaran. Game ini dibuat oleh developer yang terhitung masih muda, yakni INTERIOR NIGHT. Jadi, apa benar game drama interaktif itu gak menarik? Simak saja ulasan dan review As Dusk Falls ini, yuk!

1. Kompleksitas yang dibumbui dengan kisah intuitif

[REVIEW] As Dusk Falls—Kisah Drama Interaktif yang Mengaduk PerasaanAs Dusk Falls lekat dengan drama yang intens dan juga solid (dok. INTERIOR NIGHT/As Dusk Falls)

Satu-satunya cara menikmati game ini adalah melibatkan sisi emosional kita ke dalam berbagai liku-liku drama yang ada. Jelas bahwa As Dusk Falls tidak akan menawarkanmu berbagai kisah bombastis dan heroik layaknya karya megah lainnya. Sebaliknya, kita akan diajak untuk terus menyelami berbagai narasi yang telah dibungkus dengan premis intuitif secara rapi.

As Dusk Falls juga memberikan sesuatu yang berbeda, yakni kompleksitas alias kerumitan yang membuat kita berpikir. Ada sensasi berbeda ketika memainkannya, mulai dari haru, penasaran, kasihan, kelegaan, dan berbagai perasaan lain yang terkadang tercampur menjadi satu. Nah, di mata penulis, INTERIOR NIGHT sudah begitu cerdik dalam memasukkan kisah keluarga sebagai tema utama game ini.

Oke, di sini, gamer akan merasakan alur cerita yang awalnya cukup membingungkan. Namun, kita akan terus diarahkan kepada sebuah kesimpulan dan benang merah yang sama meskipun latar cerita diambil dari perspektif yang berbeda. Well, trik macam ini sudah berulang kali disuntikkan ke dalam game interaktif sejak dulu. Akan tetapi, apa yang membuat As Dusk Falls berbeda?

Kamu akan berada di dalam kisah keluarga yang datar, tapi pelik. Vince adalah salah satu karakter utama yang bisa kita ikuti dan mainkan. Ia adalah sosok pria dewasa yang dulunya pernah terlibat skandal di sebuah kota dan akhirnya harus pindah ke kota asal istrinya. Kisah keluarga dalam game ini memang terkesan datar, tapi rupanya juga pelik dan cukup mengejutkan.

Pada saat Vince mengalami perampokan di tempatnya menginap, ia harus menjadi sandera yang pada akhirnya memunculkan gelombang cerita lainnya. Yup, jelas akan ada karakter lainnya, seperti Jay Holt yang terlibat dalam perampokan tersebut bersama teman-temannya. Apakah ini menjadi lekukan utama dalam game ini? Tentu tidak! Ada berbagai narasi lain yang tak kalah beratnya dalam drama ini.

Bisa ditebak bahwa karakter-karakter lain yang muncul justru akan membawa dampak baru bagi plot yang sudah ada. Hebatnya lagi, percakapan, tindakan, dan keterlibatan banyak karakter tersebut akan membawa gamer pada sebuah fokus dan jawaban yang makin bikin penasaran. Berbagai macam rahasia dan kisah kelam pun bakal terbongkar pada akhirnya. Selain memainkannya, kamu juga menyaksikan game ini layaknya sebuah tayangan film.

Ya, karya yang satu ini memang sangat cocok buat gamer yang menyukai narasi drama intens. Gejolak-gejolak dan kejutan lainnya malah hanya dianggap sebagai pendamping saja, alih-alih kita jadikan plot utama. Itu sebabnya, As Dusk Falls akan mengizinkanmu untuk mengakses dan memeriksa percabangan cerita utama melalui daftar grafik yang cukup sederhana.

2. Andalkan logika jalan berpikir

[REVIEW] As Dusk Falls—Kisah Drama Interaktif yang Mengaduk PerasaanDalam game As Dusk Falls, logika jalan berpikir tetap akan dilibatkan sebagai faktor utama. (dok. INTERIOR NIGHT/As Dusk Falls)

Jika menilik banyak game sejenis, macam The Quarry, The Walking Dead, Until Dawn, dan Heavy Rain, kisah horor dan supernatural masih dijadikan bahan utama dalam keseluruhan plot yang ada. Namun, ini tidak dengan As Dusk Falls. Kamu justru akan dituntut memainkannya secara logis dan menggunakan akal sehat. Ini salah satu poin penting yang membedakannya dari game lain.

Developer seolah tahu bahwa kisah drama yang memiliki alur lambat berpotensi membosankan. Nah, itu sebabnya, developer sengaja tidak memasukkan hal-hal misterius yang berkaitan dengan kisah di luar batas logika kita. Kamu bisa membayangkan bagaimana kompleks dan detailnya kisah keluarga yang memiliki masa lalu kurang baik.

Di sini, ada sebuah kesempatan bagi gamer untuk membuka lembaran baru sembari memperbaiki kesalahan di masa lalu. Yup, kendati sangat klise dan sederhana, hal inilah yang mungkin bisa dijadikan oasis di kalangan gamer. Faktanya, tidak semua gamer bakal betah terus-terusan memainkan kisah horor dan fantasi yang jauh dari logika serta jalan berpikir kita.

Bagaimana dengan kedalaman ceritanya? Bukankah sebuah drama datar yang penuh dengan trik intuitif harus dibuat secara megah untuk menarik perhatian? Tak perlu khawatir. Pasalnya, pengembang juga sudah membuat game ini layaknya film drama kelas atas yang layak diganjar dengan rating tinggi.

Buktinya, hubungan dan keterkaitan antara karakter yang satu dan lainnya bisa menjadi fondasi kuat sampai akhir cerita. Lalu, benang merah yang bakal kita simpulkan pun juga cukup tegas dan konsisten. Narasi dan premis yang dibangun dari awal tidak akan melenceng ke mana-mana karena ia sudah dibatasi dengan benang merah tersebut.

Yang patut penulis berikan apresiasi adalah detail dari karakter yang ada. Dengan segala kelebihan, kekurangan, sifat, dan perilakunya, hampir semua karakter bisa menjadi hidup dan cair dengan suasana yang ada. Ingat bahwa As Dusk Falls termasuk game interaktif yang membutuhkan detail tingkat tinggi dan untungnya developer berhasil mengeksekusinya dengan baik.

Baca Juga: [REVIEW] MADiSON—Horor Psikologis dengan Segudang Teka-teki Menantang

3. Mekanisme gameplay sederhana dan mudah dijalankan

[REVIEW] As Dusk Falls—Kisah Drama Interaktif yang Mengaduk PerasaanAs Dusk Falls memiliki mekanisme yang cukup mudah untuk dimainkan. (dok. INTERIOR NIGHT/As Dusk Falls)

Jika pernah memainkan game interaktif sebelumnya, kamu gak bakalan kesulitan untuk memainkan As Dusk Falls. Di mata penulis, game ini memiliki mekanisme gameplay yang cukup sederhana dan mudah untuk dijalankan. Bahkan, game ini masih dirasa sangat mudah untuk dikuasai jika harus dibandingkan dengan karya sejenis.

Pada layar monitor, kamu hanya melihat potongan-potongan scene layaknya komik. Itu artinya, gamer tidak mengendalikan karakter secara manual layaknya game-game lainnya. Apakah hal ini masih bisa mengundang keasyikan dalam bermain? Well, sayangnya, bagi penulis, hal ini memang bisa mengundang dua sisi sama besar.

Pertama, mekanisme macam ini jelas akan memudahkan bagi gamer yang malas untuk menggerakkan karakter secara manual. Cukup ikuti saja jalan ceritanya, ungkap keinginan dalam bentuk dialog, dan pilih tindakan selanjutnya, kamu sudah bisa memainkan game ini secara utuh. Namun, ada sisi kedua yang sebetulnya tidak bisa dikatakan bagus. Apa itu?

Dalam mekanisme gameplay yang terlalu sederhana dan membumi, gamer hanya akan fokus pada jalan cerita. Ini akan membuat kita seperti menonton pentas drama atau film di bioskop yang jelas tidak membutuhkan interaksi dari kita. Begitu juga dalam As Dusk Falls, bagi penulis, ia justru terasa agak repetitif manakala berbicara soal gameplay.

Pilihan-pilihan dalam opsi dan quick time event (QTE) memang tergolong lengkap dan kompleks. Namun, dengan cara memainkannya yang datar-datar saja, As Dusk Falls bahkan tidak semegah The Walking Dead, Until Dawn, bahkan The Quarry. Memang, sih, poin kali ini sangat bersifat relatif bagi semua orang. Namun, kisah drama interaktif yang tak didukung dengan interaksi maksimal juga rasanya, kok, agak hambar.

4. Gaya visual mirip komik

[REVIEW] As Dusk Falls—Kisah Drama Interaktif yang Mengaduk PerasaanGaya visual yang unik mampu ditampilkan dalam game As Dusk Falls. (dok. INTERIOR NIGHT/As Dusk Falls)

Sebagai developer, INTERIOR NIGHT sudah dianggap berani dalam membuat tampilan visual bergaya nyeleneh. Grafik dalam game ini terbilang cukup sederhana dan hanya terdiri dari berbagai potongan adegan ala gambar komik berwarna. Oh, ya, kalau kamu pernah melihat potongan adegan dalam Need for Speed Underground 2, itu sangat mirip dengan gaya visual yang ditampilkan As Dusk Falls.

Secara umum, game ini bergerak dalam tampilan 2D dengan warna yang cerah dan enak dipandang. Selain cerah, tampilan grafik yang ada juga dirasa masih hidup dan sanggup merepresentasikan kisah drama di dalamnya. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai tampilan karakter yang mendukung berbagai opsi QTE yang kita pilih. Emosi marah, sedih, gembira, dan khawatir sudah digambarkan dengan baik dalam bentuk grafik komik.

Lalu, apa ada sisi negatif dalam gaya visual macam ini? Itu kembali lagi ke persoalan selera dari masing-masing gamer. Bagi penulis, sih, gaya visual macam ini sudah termasuk unik dan berbeda kendati ia tidak tampil maksimal. Yup, di tengah ingar bingar game AAA bergrafik realistis, As Dusk Falls justru tampil berani dengan gayanya yang mungkin akan dipandang remeh.

Namun, dengan segala kelebihannya, sepertinya gaya visual macam ini akan lebih baik jika dimainkan di resolusi FHD atau 1080p. Jika memainkannya hanya pada resolusi rendah, gambar akan kabur dan gradasi warnanya malah terlihat mengganggu. Pada intinya, jika bisa menyingkirkan perasaan negatif terhadap gaya visualnya, kamu akan menikmati jalan cerita yang lebih intens ketimbang grafiknya tersebut.

Bagaimana dengan audionya? Sebetulnya, di telinga penulis, game ini terdengar biasa-biasa saja. Ia tidak begitu bagus, tapi juga tidak jelek. Tentu sebagian besar suara dalam drama ini akan berisikan dialog-dialog yang menjadi esensi cerita sejak awal. Jika mudah bosan dengan gaya audio macam ini, mungkin kamu gak akan cocok dengan As Dusk Falls.

5. Drama interaktif yang mencoba tampil beda

[REVIEW] As Dusk Falls—Kisah Drama Interaktif yang Mengaduk PerasaanAs Dusk Falls hadir dengan caranya sendiri. (dok. INTERIOR NIGHT/As Dusk Falls)

Terlepas dari segala kelebihan dan kelemahan dalam game ini, As Dusk Falls sudah menjadi salah satu karya interaktif yang berani tampil beda. Ia seolah tidak takut terhadap kritik karena adanya idealisme yang cukup kental di sana, terutama jika berkaitan dengan pilihan-pilihan logis di dalamnya.

Plot cerita yang kompleks ditambah dengan kisah yang intuitif membuat siapa saja yang memainkannya mau tak mau akan terseret makin dalam. Pusaran kisah yang rumit dan tampak ruwet tersebut rupanya membawa kita pada sebuah kesimpulan dalam keadaan yang tak diduga-duga.

Namun, sayangnya, tidak semua gamer bakal cocok dengan mekanisme gameplay yang kelewat sederhana. Apalagi, game interaktif yang satu ini hanya begitu menekankan pada opsi-opsi QTE yang jika dilakukan berulang kali tentu akan menimbulkan kebosanan. Begitu juga dengan gaya visual dan audio unik yang lagi-lagi tidak semua gamer bisa menyukainya sampai akhir.

Kesimpulannya, penulis memberikan skor 4/5 untuk As Dusk Falls. Game ini dijual di Steam dengan harga Rp200 ribuan. Oh, ya, spesifikasi PC yang dibutuhkan adalah RAM 16 GB, VGA setara GTX 750 Ti, prosesor Intel Core i5-3570 atau di atasnya, dan ruang penyimpanan sebesar 70 GB. So, semoga review As Dusk Falls ini bisa kamu jadikan bahan pertimbangan, ya!

https://www.youtube.com/embed/5I4yir2-9G8

Baca Juga: [REVIEW] Starship Troopers: Terran Command—RTS Apik yang Mulai Langka

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya