[REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang Serbatanggung

Andalkan tampilan visual kelas atas

Waralaba besar dengan nama Call of Duty atau COD barangkali sudah menjadi sebuah paten yang juga punya level mentereng dan lekat di hati gamer. Bagaimana tidak? Mereka sudah menjadi salah satu game first-person shooter atau FPS yang dianggap terbaik--bahkan jika dibandingkan dengan nama besar lain, macam Battlefield rilisan Electronic Arts.

Nah, pada 5 November 2021 lalu, Sledgehammer Games melalui Activision telah merilis Call of Duty: Vanguard untuk Microsoft Windows (PC), PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X. Sekadar informasi, game ini menjadi salah satu karya yang paling diantisipasi oleh gamer di seluruh dunia. Apalagi, penggemar juga dibuat sangat penasaran dengan trailer dan waktu perilisan yang sempat ditunda.

Penasaran dengan review Call of Duty: Vanguard? Apakah serial COD kali ini bisa kembali membuat penggemar berdecak kagum seperti biasanya? Yuk, simak beberapa poin ulasan di bawah ini.

1. Plot yang lekat dengan sisi misterius Nazi

[REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang SerbatanggungCall of Duty: Vanguard akan berurusan dengan pihak Nazi. (dok. Sledgehammer Games/Call of Duty: Vanguard)

Terlepas dari sejarah dan nostalgia yang diterapkan oleh pengembang COD, penulis selalu merasa bahwa Call of Duty memang punya karakter kuat jika premisnya bersinggungan dengan zona waktu Perang Dunia. Seolah sang pengembang sudah punya pakem ideal yang selalu lekat dengan perang zaman dulu. Nah, begitu juga dengan Call of Duty: Vanguard, ia hadir dengan latar belakang yang bisa dikatakan kuno.

Di saat banyak game FPS lain berlomba untuk menampilkan peperangan modern yang futuristis, game ini malah melakukan langkah sebaliknya. Yup, kali ini kamu akan disuguhkan plot besar dan megah mengenai penyelidikan, sabotase, pertempuran, dan lain sebagainya melawan pihak Nazi yang misterius. Negara-negara besar mengirimkan pasukan elite dan dari sinilah sudut pandang akan kita mainkan.

Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Uni Soviet pun bersatu untuk mengirimkan unit tempur terbaik mereka—semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa yang penulis tangkap sebetulnya masih terkesan klise dan tentu menyudutkan Nazi sebagai antagonis utamanya. Menghadapi Proyek Phoenix milik Nazi pun juga sebetulnya terkesan dipaksakan meskipun mampu tampil dengan bombastis.

Anehnya, alur yang ditampilkan dalam Call of Duty: Vanguard adalah maju dan mundur. Maksudnya, kadang kita memainkan porsi di saat sekarang. Di sisi lain, kita juga akan banyak menghabiskan waktu di masa lalu. Bagai dua sisi mata uang, gaya macam ini tentu saja bisa dianggap kreatif karena bisa mengembangkan narasi personal dari masing-masing karakter yang ada.

Namun, di sisi lainnya, plot maju mundur seperti ini malah berdampak pada minimnya cerita utama. Tak masalah jika komposisi narasi yang dihadirkan cukup berimbang. Masalahnya, penulis berulang kali merasakan bahwa cerita masa lalu lebih dikedepankan oleh developer. Ini yang membuatnya terasa serbatanggung dan kurang klimaks.

Untungnya, semua cerita saling berkaitan dengan karakter yang kita mainkan. Jika tidak, game besar ini bakalan membosankan dan terasa repetitif. Lalu, sekuat apa pasukan Nazi tersebut? Apakah Phoenix betul-betul proyek ambisius milik Nazi? Well, jika memiliki konsol PS4 atau PS5, kamu bisa membelinya di PlayStation Store mumpung harganya lagi diskon 20 persen.

2. Mekanisme permainan yang COD banget

[REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang SerbatanggungCall of Duty: Vanguard punya sistem gameplay yang COD banget. (dok. Sledgehammer Games/Call of Duty: Vanguard)

Jika mengikuti banyak game keren bertajuk Call of Duty sejak dulu, kamu akan langsung paham dan familier dalam memainkan Call of Duty: Vanguard. Pasalnya, gaya dan mekanisme permainan yang dihadirkan dalam game ini sangat pakem dengan COD konvensional lainnya. Salah satu ciri khas dari COD adalah banyaknya tampilan cutscene yang tujuannya memamerkan kekuatan grafisnya.

Begitu juga dalam serial COD kali ini, developer menambahkan banyak adegan-adegan layaknya film layar lebar yang membuat kita masih berdecak kagum dalam melihatnya. Namun, ada kalanya, penulis juga sedikit kehilangan kesempatan dalam merasakan gameplay yang intens akibat begitu banyaknya cutscene yang ada.

Nah, khusus untuk konsol PS5, mekanisme yang dibawa tetaplah dahsyat layaknya COD sebelumnya. Tentu saja Adaptive Triggers yang ada pada kontrol PS5 bisa diaplikasikan dengan sangat baik di sini. Mulai dari senjata ringan hingga kelas berat bisa diterjemahkan dengan indah dan nyata di tangan kita.

Sistem permainan yang terkesan sangat COD ini sebetulnya tidak seluruhnya bagus, sih. Pasalnya, ada banyak pengulangan gameplay yang diaplikasikan seri-seri sebelumnya di dalam game ini. Kalau memang kamu fanatik dengan Call of Duty dan segala hal di dalamnya, tentu gaya permainan Call of Duty: Vanguard akan selalu dicintai dan tak akan membuat jenuh.

Baca Juga: [REVIEW] FINAL FANTASY VII THE FIRST SOLDIER—Battle Royale yang Epik

3. Tampilan visual dan audio yang impresif serta memesona

[REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang SerbatanggungGrafis Call of Duty: Vanguard impresif. (dok. Sledgehammer Games/Call of Duty: Vanguard)

Jelas bahwa kualitas visual yang ditampilkan Call of Duty: Vanguard terlihat sangat apik dan memesona. Memainkannya di layar 4K akan membuatmu menikmati tiap sudut lingkungan yang dibuat detail oleh pengembang. Game ini memang berjalan pada sistem grafis terbaru milik Infinity Ward, yakni IW Engine 8.0 yang membuat visualisasi karakter dan lingkungan terasa sangat nyata dan hidup.

Tak banyak yang bisa penulis sampaikan mengenai kualitas grafisnya yang sudah tergolong kelas atas. Sebagai FPS yang dibuat oleh developer besar ditambah ia juga dirilis oleh perusahaan sekelas Activision, penulis memaklumi bahwa visual menjadi nilai jual terbaiknya. Bahkan, di antara semua poin yang penulis jabarkan, kualitas grafis sudah jadi yang terdepan.

Bagaimana untuk audionya? Sama bagusnya! Kita bisa dengan mudah membedakan langkah kaki atau tembakan di dalam ruangan dan lapangan terbuka. Sayangnya, penulis tidak memiliki home theater dengan opsi full surround. Jika dimainkan dengan perangkat audio yang benar-benar mendukungnya 100 persen, Call of Duty: Vanguard akan terdengar makin hebat dan membuat kita layaknya menonton bioskop.

4. Campaign dan single-player yang kurang kreatif

[REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang SerbatanggungCall of Duty: Vanguard punya campaign yang terkesan monoton. (dok. Sledgehammer Games/Call of Duty: Vanguard)

Penulis pernah memainkan dan menamatkan kisah trilogi Call of Duty 4: Modern Warfare (2007), Call of Duty: Modern Warfare 2 (2009), dan Call of Duty: Modern Warfare 3 (2011) di Windows PC. Well, suasana dan perasaan indah itu seolah selalu hadir dan menjadi batas pembatas bagi ekspektasi manakala penulis memainkan serial COD terbaru.

Apa pasal? Tak lain dan tak bukan adalah campaign pada trilogi COD tersebut menjadi yang terbaik di antara semua serial COD yang ada. Nah, khusus untuk Call of Duty: Vanguard, penulis merasa tidak pernah mendapatkan perasaan yang sama di saat memainkan mode single-player dan campaign-nya. Ia memang megah dan besar, tapi ada yang tanggung di sana.

Berperang melawan Nazi yang begitu memiliki nilai historis bahkan tidak begitu seru dibandingkan ketika kita memburu keberadaan Makarov di COD: Modern Warfare 3. Keberadaan cutscene yang begitu masif ditambah dengan dangkalnya plot yang ada membuat serial COD kali ini terkesan lemah. Namun, ada satu yang cukup berbeda, yakni spesialisasi dari pasukan khusus yang kita gerakkan.

Ada yang ahli dalam gerilya dan penembak jarak jauh, ada pula yang memiliki kemampuan di bidang peledakan yang akan membuat tim kita makin solid. Sayangnya, bagi penulis, spesialisasi ini tampak biasa-biasa saja. Bukankah banyak game lain juga sudah menyuntikkan hal yang sama? Yang jelas, ada banyak sensasi yang terasa dangkal dan biasa saja manakala memainkan mode campaign-nya.

5. Kesimpulan, game ini tidak terlalu bagus meskipun sudah tampil sangat menawan

[REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang SerbatanggungCall of Duty: Vanguard tidak tampil terlalu bagus. (dok. Sledgehammer Games/Call of Duty: Vanguard)

Apa yang membuat Call of Duty: Vanguard layak dimainkan? Setidaknya, ia mampu menampilkan kualitas grafis dan audio yang sangat memesona. Mekanisme permainannya juga sangat atraktif dan identik dengan seri-seri COD lainnya. Hal ini membuat siapa saja pencinta COD sanggup memainkannya tanpa adaptasi yang begitu dalam.

Namun, sayangnya, dengan segala kemegahan yang dibuat oleh Sledgehammer Games, game ini masih terasa dangkal dan minim inovasi, terutama dari sisi plot dan campaign. Spesialisasi yang disuntikkan ke dalam masing-masing karakter memang bagus, tapi itu pun sudah ketinggalan zaman jika dibandingkan dengan game-game perang lainnya.

Skor 3,5/5 penulis berikan untuk Call of Duty: Vanguard yang dimainkan di konsol PS5 ini. Game ini sangat cocok buat kamu yang maniak dan fanatik dengan COD. Namun, jika menginginkan dan mengharap ada pembaruan di sana, mungkin sebaiknya ekspektasi kamu bisa lebih ditekan lagi. So, semoga ulasan singkat ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, ya.

https://www.youtube.com/embed/d_qT2kZyEJI

Baca Juga: [REVIEW] Elysium Lost—MMORPG Megah yang Tampil Sederhana

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya