[REVIEW] Democracy 4—Simulasi Sederhana Menjadi Kepala Negara

Jangan salah membuat dan menerapkan kebijakan!

Game bertema simulasi masih digandrungi pada 2022. Pada dasarnya, permainan macam ini memang disukai karena akan melibatkan gamer secara langsung dengan kisah dalam game tersebut. Nah, Positech Games sudah merilis salah satu judul keren mereka yang juga mengangkat mekanisme simulasi, yakni Democracy 4.

Game yang mulai dijual di Steam pada 13 Januari 2022 ini menjadi salah satu judul yang cukup unik. Penulis sengaja memainkannya sebagai jawaban akan rasa penasaran tentang simulasi menjadi seorang pemimpin kepala negara. Yup, di sini, kamu akan menjadi presiden atau perdana menteri. Bagaimana ulasannya? Yuk, simak review Democracy 4.

Baca Juga: [REVIEW] God of War—Kisah Megah Kratos yang Juga Tampil di PC

1. Bertugas menjadi kepala negara itu gak gampang

[REVIEW] Democracy 4—Simulasi Sederhana Menjadi Kepala NegaraDemocracy 4 menugaskan kita menjadi kepala negara. (dok. Positech Games/Democracy 4)

Plot atau latar belakang cerita yang dihadirkan dalam Democracy 4 sebetulnya cukup sederhana. Kamu akan ditugaskan untuk menjalani kehidupan politik dari kepala negara, entah itu presiden atau perdana menteri. Penulis sendiri belum pernah memainkan seri-seri Democracy sebelumnya. Jadi, mungkin pendapat penulis akan game ini bisa sangat relatif.

Nah, di tengah kesederhanaan plot yang ada, gamer justru ditawari dengan segudang pekerjaan yang sangat berat. Bagaimana tidak? Tugas menjadi pemimpin negara benar-benar tidak mudah. Salah sedikit saja, akan ada protes dari kanan kiri yang bisa membuat nama kita jeblok. Jika kamu gak suka dengan politik, game ini mungkin akan cenderung membosankan.

Dengan menjadi kepala negara, kita bisa mengubah sistem negara yang ada. Namun, itu semua bisa dijalankan jika kita diizinkan oleh parlemen dan pejabat-pejabat lainnya. Bagi penulis, bisa dikatakan bahwa Democracy 4 sudah menjadi salah satu simulasi yang sederhana namun kompleks. Berbagai macam hal dan kegiatan bisa kita lakukan dalam game ini.

Masalah negara macam korupsi, inflasi, kemiskinan, demonstrasi, dan lain sebagainya harus bisa dituntaskan dengan baik. Jika tidak, negara yang kamu pimpin akan makin terjerembap dalam ketidakpastian politik. Oh, ya, jangan lupakan juga anggaran negara yang sangat terbatas. Sayangnya, kamu tidak bisa serta-merta menaikkan pajak karena itu akan membuat rakyat melakukan protes keras.

Secara umum, game ini sudah menampilkan sisi terbaik dari simulasi politik. Rasanya, sangat jarang permainan bertema sejenis yang dibuat dengan cara sederhana. Hanya saja, bagi penulis, Democracy 4 masih belum klimaks. Ada banyak poin kebijakan yang dirasa kurang dan ini malah dipaksakan begitu saja oleh developer.

2. Mekanisme permainan yang unik dan repetitif

[REVIEW] Democracy 4—Simulasi Sederhana Menjadi Kepala NegaraDemocracy 4 memiliki mekanisme yang unik. (dok. Positech Games/Democracy 4)

Democracy 4 punya mekanisme gameplay yang unik dan repetitif. Perlu dicatat bahwa game ini tampak sederhana tanpa grafis yang wah. Pasalnya, developer memang hanya akan menitikberatkan pada kebijakan, pilihan keputusan, reaksi, dan bagaimana akibat yang ditimbulkan dari pantas tidaknya pengambilan keputusan itu.

Dalam banyak hal, nama baik dan tingkat popularitas kita juga akan ditentukan dari sejauh mana kita mengaplikasikan kebijakan yang dulunya pernah dijanjikan. Ingat, pejabat dan parlemen akan menilai gamer dari hal ini. Jika ingkar terhadap janji politik, nama kita akan buruk dan mungkin tidak dapat lagi mengikuti pemilihan presiden pada putaran berikutnya.

Well, game ini memang bukanlah permainan yang akan mengajarkan kita untuk masuk ke dunia politik. Sebaliknya, ini merupakan fantasi atas ide kita untuk diterapkan dalam sebuah dunia politik di suatu negara. Jadi, jelas permainan ini bukanlah gambaran dunia politik yang sesungguhnya, melainkan sebatas pada pelampiasan ide gamer yang mungkin ingin mencoba peruntungannya di sana.

Sayangnya, tidak semuanya berjalan dengan baik. Ada banyak hal yang penulis hadapi dan itu dirasa tidak masuk akal. Game ini seakan-akan menggiring kita untuk masuk ke dalam lembah kebencian banyak orang. Ya, makin lama memainkannya, penulis justru makin dibenci oleh pesaing dan kawan politik kita. Padahal, semua kebijakan sudah dilakukan dengan baik.

Setelah diselidiki, rupanya sistem ideologi pun juga sangat berpengaruh di sini. Ideologi yang kita terapkan belum tentu cocok dengan gagasan parlemen dan bahkan rakyat kita sendiri. Jika sudah begini, apa pun kebijakan yang dilontarkan, sudah tak akan bisa lagi membawa namamu menjadi baik seperti sedia kala.

Baca Juga: [REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh Warna

3. Tampilan visual yang sangat sederhana

[REVIEW] Democracy 4—Simulasi Sederhana Menjadi Kepala NegaraTampilan visual Democracy 4 terlihat sangat sederhana. (dok. Positech Games/Democracy 4)

Tak ada yang spesial dengan grafik Democracy 4. Kita hanya akan disuguhkan dengan visual sederhana berisi tabel, tulisan, kurva, grafis, dan catatan-catatan yang wajib dibaca. Jika kamu tipe gamer yang menyukai tampilan bergerak dengan kualitas apik, sebaiknya jangan mainkan game ini.

Kehidupan seorang presiden atau perdana menteri hanya dikisahkan melalui tampilan tabel dan grafis yang bergerak dinamis dari waktu ke waktu. Di satu sisi, hal ini menjadi kelebihan karena simulasi justru berjalan tanpa basa-basi. Namun, di sisi yang lain, permainan ini akan terasa sangat membosankan dan repetitif.

Mungkin alangkah lebih baik jika pada masa depan, developer bisa membuat simulasi yang lebih hidup. Mungkin developer dapat mencontoh The Sims atau Crusader Kings yang memang sudah terkenal sebagai simulasi kelas atas. Well, penilaian terhadap grafik kali ini penulis kembalikan ke pendapat kalian masing-masing, ya.

4. Audio juga terdengar simpel

[REVIEW] Democracy 4—Simulasi Sederhana Menjadi Kepala NegaraAudio dalam Democracy 4 juga terdengar simpel. (dok. Positech Games/Democracy 4)

Layaknya suara pada simulasi sederhana lainnya, Democracy 4 pun menawarkan audio yang simpel, tapi tidak buruk. Beberapa suara pendukung bisa diaplikasikan dengan cukup baik. Sayangnya, sebagian besarnya justru terdengar agak berlebihan. Jika digabungkan dengan kualitas grafiknya, secara keseluruhan, sebetulnya ia tidak tampil di bawah standar.

Ada beberapa kekurangan, tapi itu tak cukup mengundang perhatian gamer saat kita sibuk mengurus ruwetnya dunia politik. Nah, dengan suara yang sederhana, ini tentu akan berjalan seimbang dengan kualitas visual yang disuguhkan. Tak mungkin juga, kan, audionya mewah dan bombastis, tapi grafiknya pas-pasan?

5. Cocok bagi penggemar simulasi yang mengangkat kisah politik

[REVIEW] Democracy 4—Simulasi Sederhana Menjadi Kepala NegaraDemocracy 4 cocok bagi penyuka simulasi politik. (dok. Positech Games/Democracy 4)

Democracy 4 dijual di Steam dengan harga cukup murah, yakni Rp139.999. Spesifikasi yang diminta pun juga cukup rendah, yakni RAM 4 GB, VGA setara Intel HD3000, dan ukuran file yang tak sampai 1 GB. Jelas bahwa simulasi sederhana ini akan membawa kita pada sebuah pengalaman politik digital yang mungkin berbeda dengan game lainnya.

Memang, ia tidak tampil megah layaknya The Sims, Football Manager, dan Crusader Kings. Jauh dari itu, game ini justru tampil dengan caranya sendiri. Bahkan, hanya dengan tabel dan kurva saja, kita sudah bisa dibuat bangga karena kebijakan kita diterima oleh banyak orang.

Jadi, bagaimana kesimpulannya? Penulis memberikan skor 3,5/5 untuk Democracy 4. Game ini cocok buat kamu yang menyukai simulasi politik digital. Namun, jika mudah bosan dan berharap tampilan megah, mungkin permainan ini malah akan menjebakmu dalam rutinitas yang sangat repetitif.

https://www.youtube.com/embed/_1X7goi62eg

Baca Juga: [REVIEW] God of War—Kisah Megah Kratos yang Juga Tampil di PC

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya