[REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh Warna

Tak kalah dengan game AAA

Awal 2022, penulis mencoba memainkan game indie buatan P3 Games berjudul Motor Town: Behind The Wheel. Ya, game rilisan 18 Desember 2021 ini rupanya juga masuk dalam status early access di Steam dan dijual cukup murah, yakni Rp95.999. Mengusung tema tentang simulasi berkendara secara open world, mampukah game ini bersaing dengan judul-judul lain yang lebih mentereng?

Nah, setelah beberapa waktu memainkannya, ada sedikit ulasan yang akan penulis sampaikan di sini. Penasaran? Yuk, simak review Motor Town: Behind The Wheel berikut ini.

1. Jadilah pengemudi yang profesional

[REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh WarnaMotor Town: Behind The Wheel menugaskan kita untuk jadi pengemudi profesional. (dok. P3 Games/Motor Town: Behind The Wheel)

Oke, mungkin sepintas kamu akan meragukan game ini. Faktanya, ia memang dibuat oleh pengembang indie yang namanya jelas kalah mentereng dibandingkan developer kelas dunia lainnya. Tunggu dulu, jangan menilai sesuatu dari sampulnya saja. Jika kamu mau merasakan bagaimana asyiknya mengemudi secara profesional di kota, Motor Town: Behing The Wheel bisa menjawab keraguanmu.

Awalnya, penulis juga agak meragukan game ini mengingat grafiknya yang tampak biasa saja. Ditambah lagi, nama developernya asing di telinga. Namun, karena harganya murah, tidak ada salahnya membeli dan mencoba memainkannya barang beberapa jam. Hasilnya? Bisa dikatakan di luar dugaan. Game ini menyajikan sesuatu lebih dari ekspektasi penulis.

Plot atau latar belakang cerita yang dihadirkan tentu sederhana. Pada intinya, kita akan ditugaskan untuk menjadi sopir atau pengemudi yang baik dan profesional. Kamu bisa menjadi pengemudi taksi, bus sekolah, bus umum, truk, trailer, pick up, bahkan mobil balap yang semuanya punya misi dan cara kerja yang berbeda.

Layaknya game open world lainnya, kita juga bisa menikmati situasi kota yang ada. Keluar dari kendaraan dan berjalan-jalan di kota adalah salah satu rutinitas yang cukup menyenangkan untuk dilakukan. Untuk menyingkat waktu, pemain bisa tidur di rumah dan waktu in-game akan segera bergerak di keesokan harinya.

Oh, ya, menjadi pengemudi dalam game ini juga tidak bisa sembarangan. Jika melanggar peraturan lalu lintas, polisi akan segera memberikan hukuman yang berlaku. Lalu, interaksi kita dengan warga pun juga terbangun dengan intens. Misalnya, ada jadwal tetap yang menugaskan kita untuk menjemput anak sekolah, mengambil barang, dan mengantarkan penumpang umum.

2. Tak disangka, mekanisme permainannya sangat kompleks

[REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh WarnaMotor Town: Behind The Wheel punya mekanisme kompleks. (dok. P3 Games/Motor Town: Behind The Wheel)

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa kita dituntut untuk profesional dalam menjalankan tiap-tiap misinya. Profesional di sini artinya benar-benar serius dan sanggup menyelesaikan misi dengan baik. Jadi, jangan harap kamu bisa melakukan pekerjaan dengan ngawur dan serampangan. Serius, game ini bukan simulasi berkendara biasa.

Jika memilih untuk menjadi pengemudi pick up, misalnya, kamu wajib melihat dan mengelola jadwal pengambilan barang. Beberapa faktor juga akan dilampirkan, misalnya jarak, posisi, jumlah barang, jenis barang, tempat tujuan, biaya, dan bayaran kamu. Jika tidak bisa mengelola jarak, waktu, dan biaya, semuanya akan berakhir dengan kerugian.

Yup, jangan lupakan bahan bakar dan suku cadang dari kendaraan yang kamu operasikan. Itu sebabnya, alih-alih menyebutnya sebagai game open world biasa, penulis justru lebih suka menyebutnya sebagai simulasi berkendara yang penuh warna. Selain grafiknya memang penuh dengan warna, mekanisme yang dijalankan pun sama indahnya.

Menjadi pengemudi taksi juga akan membawa kesenangan tersendiri. Jadwal, lokasi, dan tujuan penumpang harus kita selesaikan sebaik mungkin. Masih belum puas? Kamu bisa menjadi pengemudi bus sekolah yang penuh risiko. Rupanya, menjemput dan mengantarkan anak-anak ke sekolah bukanlah hal yang mudah, lho.

Keamanan dan ketepatan waktu harus dikuasai. Jika tidak, itu akan membuat namamu menjadi buruk. Jika ingin memacu adrenalin, gamer bisa mengemudikan mobil balap di lintasan khusus. Namun, lagi-lagi kita tidak boleh sembarangan dalam mengikuti balapan mobil karena ada peraturan yang harus dipatuhi.

Perbedaan kesan dan suasana juga bisa kita rasakan saat beralih profesi. Menjadi driver taksi tentu saja sangat berbeda dengan menjadi pengemudi truk trailer yang mengangkat beban seberat kontainer. So, ingin merasakan bagaimana asyiknya mengemudikan banyak kendaraan? Motor Town: Behind The Wheel adalah jawabannya.

Baca Juga: [REVIEW] Wartales—RPG Ambisius yang Penuh dengan Persimpangan Moral

3. Visual penuh warna yang tampak sederhana

[REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh WarnaTampilan visual Motor Town: Behind The Wheel tampak sederhana. (dok. P3 Games/Motor Town: Behind The Wheel)

Memainkannya selama berjam-jam sudah membuat penulis sadar bahwa simulasi berkendara rupanya tidak wajib disokong dengan grafik aduhai, macam Forza Horizon atau Gran Turismo. Simulasi berarti menekankan dan menonjolkan mekanisme gameplay yang padat, kompleks, dan profesional. Meskipun begitu, gak ada salahnya jika grafiknya mampu tampil bagus.

Pergantian siang dan malam sudah bisa kita alami dalam game ini. Yang jelas, bahkan dengan gaya visualnya yang sederhana, kita justru akan merasakan bahwa game ini sudah berdiri di atas fondasi yang benar. Memainkan game ini jelas tidak akan sama manakala kita memainkan Forza Horizon 5. Namun, di situlah poin lebihnya. Ia bisa dinikmati oleh gamer mana pun di dunia.

Apa pasal? Well, sekadar informasi, menjalankan Motor Town: Behind The Wheel hanya membutuhkan RAM 4 GB, VGA setara GeForce GTX 750 4 GB, dan prosesor Core i5 generasi menengah. File-nya pun juga sangat ringan, yakni sekitar 6 GB. Jelas saja spesifikasi macam ini bisa dinikmati oleh lebih banyak gamer PC di seluruh dunia.

4. Kualitas audio pun dibuat dengan apik

[REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh WarnaPemain mengemudikan bus dalam Motor Town: Behind The Wheel. (dok. P3 Games/Motor Town: Behind The Wheel)

Sistem audio yang ditampilkan dalam game ini sudah terdengar apik, bahkan realistis. Mengendarai truk ke luar kota, misalnya, kita akan ditemani dengan suara-suara yang intens dan lekat dengan kondisi di luar kota. Semua suara kendaraan juga sudah diterjemahkan dengan baik oleh developer.

Mungkin ada beberapa kondisi saat audio yang dikeluarkan tidak pas. Ada satu atau dua kesempatan pada saat menjemput anak-anak sekolah, misalnya, suara yang seharusnya ramai malah menjadi hening seketika. Akan tetapi, ini sangat terdengar minor dan sama sekali bukan gangguan bagi telinga penulis.

Nah, walaupun tampilan visualnya terlihat sederhana dan agak nyeleneh, kita tetap bisa menikmati semua media yang ditawarkan dalam game ini. Berkat audionya pula, game ini bisa hadir sebagai karya simulasi buatan indie yang patut diperhitungkan.

5. Terganjal dengan statusnya

[REVIEW] Motor Town: Behind The Wheel—Simulasi Berkendara Penuh WarnaPemain menjemput anak-anak sekolah dalam Motor Town: Behind The Wheel (dok. P3 Games/Motor Town: Behind The Wheel)

Apa yang membuat game ini menjadi salah satu karya indie yang layak diperhitungkan? Bagi penulis, ia sudah mampu menampilkan semua syarat yang diwajibkan dalam sebuah game simulasi. Meskipun tidak semua orang akan suka dengan grafiknya, mereka pasti akan jatuh hati dengan mekanisme gameplay dan audio yang ditawarkan oleh P3 Games.

Namun, dengan segala kelebihannya tersebut, statusnya yang masih masuk early access bisa membuat banyak gamer dirundung ketidakpastian. Pasalnya, seperti yang kita tahu, sebagian besar judul yang berada dalam status tersebut berpotensi ditinggalkan oleh developer dan terbengkalai begitu saja—semoga saja tidak kali ini.

Skor 4,5/5 penulis berikan untuk Motor Town: Behind The Wheel. Kualitasnya bisa dibilang tidak kalah dengan game AAA. Semoga status early access tidak membuatnya menjadi karya yang terlantar di kemudian hari. Nah, jika menyukai game bertema simulasi yang menyenangkan sekaligus serius, game ini bisa kamu pertimbangkan untuk dijadikan koleksi.

Baca Juga: [REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tunggu

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya