[REVIEW] Sniper Elite 5—Jadi Tumpuan bagi Operasi Militer Amerika

Tetap lekat dengan ciri khas X-ray kill camera 

Bagi pencinta game perang, nama Sniper Elite tentu tak asing di telinga. Game ini pertama kali dirilis pada 2005 untuk Microsoft Windows (PC), PS2, Wii, dan Xbox. Kala itu, game garapan Rebellion Developments ini langsung disambut antusias oleh banyak gamer PC karena dianggap berhasil memberikan sesuatu yang berbeda.

Nah, dengan penjualan yang cukup bagus, developer akhirnya membuat seri-seri selanjutnya, bahkan beberapa di antaranya membawa tema yang keluar dari cerita utama, misalnya Sniper Elite: Nazi Zombie Army dan Zombie Army Trilogy. Apakah semua waralaba tersebut sukses di pasaran? Sayangnya, beberapa di antaranya justru terjual di bawah target pengembang.

Pada 25 Mei 2022, Rebellion Developments kembali merilis seri dari waralaba besar ini dan diberi judul Sniper Elite 5. Apakah ia sudah menjadi game aksi yang layak bersanding dengan nama-nama besar lainnya? Seperti apa kesan penulis setelah memainkannya? Nah, sebelum membelinya, kamu wajib menyimak review Sniper Elite 5 berikut ini, ya.

1. Era Perang Dunia II masih menjadi plot standar dalam game ini

[REVIEW] Sniper Elite 5—Jadi Tumpuan bagi Operasi Militer AmerikaSniper Elite 5 menawarkan plot yang terbilang cukup umum. (dok. Rebellion Developments/Sniper Elite 5)

Plot atau latar belakang cerita mengenai Perang Dunia II masih menjadi salah satu topik menarik untuk dibahas, setidaknya dalam Sniper Elite 5. Oh, ya, kenapa penulis menyatakan bahwa kisah Perang Dunia II ini dirasa cukup umum? Itu karena ada begitu banyak game perang yang memasukkan plot Perang Dunia II sebagai cerita utamanya.

Mulai dari Call of Duty: WWII, Company of Heroes 2, Steel Division 2, Enlisted, Battlefield 1942, hingga Men of War, semua memiliki ciri yang sama, yakni berkisah pada era Perang Dunia II. Sekadar informasi, seri-seri Sniper Elite sebelumnya juga sangat lekat dengan kisah perjuangan Amerika dan Sekutu di masa Perang Dunia II. Yup, sepertinya banyak game asal Barat memang suka mengungkit kemenangan negara mereka pada era 1940-an.

Nah, lantas, apa yang membuat Sniper Elite 5 dipandang cukup berbeda dengan plot banyak game sejenis? Di sini, kamu tetap berperan sebagai Karl Fairburne, seorang penembak jitu dari Angkatan Darat AS yang namanya sudah melegenda dalam serial game ini. Latar utama berada di Prancis yang pada 1944 diceritakan telah diduduki oleh pasukan kuat Nazi.

Operasi militer rahasia AS dan sekutu ini dijalankan karena saat itu, Nazi tengah merencanakan sebuah proyek rahasia yang tentunya menjadi ancaman bagi negara-negara Barat. Well, bisa ditebak bahwa kita pun akan terlibat total dalam penyelidikan, penyergapan, pembunuhan, dan berbagai macam misi rahasia yang menuntut kita untuk bergerak secara taktis alias sembunyi-sembunyi.

Secara umum, model narasi yang dikembangkan oleh developer juga terbilang standar. Ia tidak berdiri dalam balutan megah ala Perang Dunia II yang sesungguhnya. Namun, misi-misi kecil yang dilakukan oleh Karl Fairburne terbilang cukup krusial untuk menjadi jembatan yang mengantarkan AS dan sekutu meraih kemenangan. 

2. Mekanisme permainan yang mirip dengan pendahulunya

[REVIEW] Sniper Elite 5—Jadi Tumpuan bagi Operasi Militer AmerikaGameplay dalam game Sniper Elite 5 terasa sangat familier dengan seri sebelumnya. (dok. Rebellion Developments/Sniper Elite 5)

Sebetulnya, sih, cara ideal untuk memainkan game ini dengan taktik dan gerakan siluman ala penembak jitu pada umumnya. Namun, sejauh yang penulis mainkan, rasanya cukup mustahil melakukan segala hal secara sembunyi-sembunyi. Di banyak kesempatan, karakter utama kita juga wajib bertempur secara terbuka layaknya Rambo.

Itu sebabnya, selain senapan runduk, developer juga membekali Karl dengan berbagai macam senjata lain, seperti pistol, senjata mesin, granat, ranjau darat, hingga perlengkapan medis. Sang protagonis utama juga masih digerakkan melalui mekanisme pandangan orang ketiga alias di belakang bahu dari karakter utama. Tentu Sniper Elite 5 masih mampu dimainkan secara luwes dan adaptif, terutama jika kamu pernah memainkan seri-seri lamanya.

Saking adaptifnya, penulis merasa bahwa mekanisme gameplay dalam Sniper Elite 5 terasa sangat identik dengan pendahulunya, misalnya Sniper Elite 4. Bedanya, jika Sniper Eliter 5 berlatar di Prancis, Sniper Elite 4 mengambil plot di Italia. Akan tetapi, nyaris semua yang ditawarkan dalam Sniper Elite terbaru dirasa sama dan sangat identik. Tidak selalu buruk, kok, mengingat bermain menggunakan keyboard dan mouse sudah menjadi kenikmatan tersendiri bagi penulis.

Mungkin ada beberapa inovasi baru yang disuntikkan oleh developer meskipun itu juga belum terasa nendang. Misalnya, operasi Jager yang menugaskan kita untuk menyusup di campaign milik pemain lain. Ini merupakan cara sabotase yang terbilang cukup bagus dalam game ini kendati sepintas sangat mirip dengan game yang lebih dulu ada, seperti Deathloop.

Oh, ya, dalam Sniper Elite 5, kamu masih diizinkan untuk melakukan modifikasi senjata melalui workbenches. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan secara lebih mendetail dalam merakit senjatamu agar lebih mematikan. Gak cuma itu, senjata dan peralatan yang kita bawa juga bisa dibuat menjadi jauh lebih efisien dan efektif untuk digunakan secara penuh di medan peperangan.

Berbicara soal peperangan, mode multiplayer dari game ini akan mengizinkan kamu tergabung dalam pertempuran yang melibatkan enam belas pemain dari seluruh dunia. Mode permainan macam ini sangat cocok bagi kamu yang ingin menguji seberapa hebat kemampuanmu jika dibandingkan dengan gamer lainnya. Uniknya lagi, kamu gak harus melakukan semuanya sendirian karena ada sistem co-op bersama tiga pemain lainnya untuk menyelesaikan misi-misi tertentu.

Baca Juga: [REVIEW] Warhammer 40,000: Chaos Gate - Daemonhunters—Brutal dan Cepat

3. Tetap mempertahankan gaya visual X-ray kill camera ditambah dengan audio yang terdengar standar

[REVIEW] Sniper Elite 5—Jadi Tumpuan bagi Operasi Militer Amerikatampilan visual X-ray kill camera dalam game Sniper Elite 5 (dok. Rebellion Developments/Sniper Elite 5)

X-ray kill camera adalah sebuah gaya visual yang secara hak cipta dimiliki oleh Rebellion Developments selaku pengembang. Secara umum, tampilan model ini akan menggambarkan peluru yang melesat cepat ke organ vital musuh. Nah, saat peluru tersebut menghantam kepala, misalnya, animasi digambarkan secara transparan layaknya efek dalam film-film Hollywood.

Hal ini tentu masih menjadi ide yang bagus meskipun gaya macam ini selalu dihadirkan dari seri ke seri. Akan tetapi, secara keseluruhan, grafik yang ditampilkan dalam Sniper Elite 5 terbilang standar. Padahal, game ini juga dirilis untuk konsol terbaru, macam PS5 dan Xbox Series X. Kalau sama-sama dimainkan di layar 4K, sepintas ia memang terlihat mirip dengan Sniper Elite 4 yang sudah dipasarkan 5 tahun lalu.

Ya, tentu saja jika dibandingkan dengan keseluruhan serial Sniper Elite yang ada, game terbarunya ini masih berada di level paling atas. Namun, untuk dikatakan sebagai game aksi dengan grafik yang wah, penulis rasa belum sampai ke sana. Untuk PC, spesifikasi RAM 16 GB, VGA setara GTX 1660 Super, dan prosesor setingkat Intel Core i5 generasi menengah sudah bisa menjalankan game ini dengan baik.

Oh, hampir kelupaan, game ini berjalan di DirectX12. Itu artinya, Sniper Elite 5 tidak akan kompatibel dengan kartu grafik yang masih menggunakan DirectX11. Jadi, periksa dulu spesifikasi lengkap dari VGA kamu. Jangan sampai kamu sudah terlanjur membeli game ini, tapi gak bisa dimainkan secara lancar. Sisakan juga ruang simpan di HDD kamu sebesar 90 GB untuk menampung file dari game ini.

Di sisi audio, Sniper Elite 5 memang sepertinya tidak mengedepankan kualitas yang bombastis layaknya banyak game perang lainnya. Bukan berarti buruk, tapi secara keseluruhan, audio yang sampai ke telinga penulis masih tergolong standar dan beruntungnya tidak berada di posisi yang jelek. Efek suara dan percakapan pun telah dibuat maksimal kendati ada beberapa hal yang terasa kaku di sana.

So, tampilan X-ray yang lebih brutal menjadi salah satu kelebihan dari game ini. Sayangnya, ia tidak diimbangi dengan audio yang betul-betul berkelas sehingga membuat Sniper Elite 5 malah terasa cukup tanggung di mata penulis. Terlepas dari itu semua, memainkannya di layar 4K juga masih terasa cukup menakjubkan, kok.

4. Membunuh atau dibunuh

[REVIEW] Sniper Elite 5—Jadi Tumpuan bagi Operasi Militer AmerikaKarl sedang mengendap-endap untuk membunuh musuh di game Sniper Elite 5 (dok. Rebellion Developments/Sniper Elite 5)

Map atau peta yang ditampilkan dalam Sniper Elite 5 terkesan lebih besar dari seri-seri sebelumnya. Namun, dengan segala wilayah yang ada, entah kenapa peta di sini sangat terasa repetitif. Dari satu titik ke titik lainnya, kita akan disuguhkan berbagai macam aksi yang sebetulnya terasa sangat linier. Nah, dalam game ini, gerakan taktis kita sangat menentukan hasil akhirnya.

Secara singkat, Sniper Elite 5 lebih kental dengan elemen aksi yang intens. Di sini, kamu berperan sebagai pembunuh di kesunyian. Jika tidak bisa menjalankan beban berat tersebut, bersiaplah menjadi bulan-bulanan atau sasaran empuk dari pasukan musuh. Memburu musuh untuk menuntaskan misi akan sama porsinya dengan kita yang diburu oleh mereka.

Jadi, tidak selamanya kalian bisa di atas angin dalam game ini. Alih-alih mampu menghabisi semua musuh tanpa terdeteksi, kamu justru akan lebih sering berposisi sebagai pihak yang diburu oleh mereka. Asah dan tingkatkan kemampuan kamu untuk melumpuhkan musuh secara sembunyi-sembunyi sebab peperangan frontal bisa saja menjadi bumerang buat kita.

5. Meneruskan nama besar Sniper Elite

[REVIEW] Sniper Elite 5—Jadi Tumpuan bagi Operasi Militer AmerikaMenyergap musuh secara mendadak dalam game Sniper Elite 5 juga bisa kamu lakukan. (dok. Rebellion Developments/Sniper Elite 5)

Sniper Elite 5 sudah hadir dengan begitu maksimal kendati juga tidak bisa dikatakan terlalu bagus. Dengan tampilan visual yang lebih detail, game ini jelas terkesan lebih brutal dibanding seri-seri sebelumnya. Mekanisme gameplay-nya juga cukup adaptif dan mudah untuk dikenali, terutama bagi kamu yang dulunya pernah memainkan Sniper Elite 4.

Sayangnya, plot cerita yang dihadirkan terasa sangat dangkal. Konsep tentang Perang Dunia II dan keterlibatan Nazi di dalamnya seolah menjadi premis yang sangat konsisten. Saking konsistennya, ia bisa saja terseret ke dalam arus yang repetitif, linier, dan tentu saja garing. Gak bisa dibayangkan kalau game sekelas serial Sniper Elite dinilai garing dan membosankan, bukan?

Belum lagi, audionya terdengar sangat standar. Memang tidak dalam kategori jelek, tapi game aksi sudah selayaknya disandingkan dengan audio dan suara yang bombastis juga. Memainkan Sniper Elite 5 bagi penulis tak ubahnya memainkan Sniper Elite 4 yang bahkan sudah dirilis pada 2017 lalu.

Jadi, bagaimana kesimpulan akhirnya? Bagi penulis, game ini sudah mampu meneruskan nama besar Sniper Elite. Sepertinya, konsep pakem yang dibawa oleh developer memang tidak akan dibawa terlalu jauh untuk keluar dari narasi aslinya. Skor 3,5/5 penulis berikan untuk Sniper Elite 5 yang dijual Rp200 ribuan di Steam. Semoga artikel ini bisa kamu jadikan pertimbangan, ya.

https://www.youtube.com/embed/-QpmtRbH33I

Baca Juga: [REVIEW] Horizon Forbidden West—RPG Aksi yang Solid dengan Visual Apik

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya