[REVIEW] Total War: WARHAMMER III—Peperangan Fantasi Epik dan Megah

Terbangun dengan konsep yang brilian

Apa yang penulis suka dari waralaba Total War? Ya, yang penulis sukai tak lain dan tak bukan adalah konsep peperangan masif dengan kerangka historis yang epik serta megah. Penulis sendiri merupakan gamer yang sangat suka memainkan banyak game macam ini. Gabungan antara strategi, turn-based, dan RTS membuat serial Total War menjadi salah satu karya terbaik jika dikaitkan dengan peperangan masif.

Pada 17 Februari 2022 lalu, Creative Assembly melalui SEGA dan Feral Interactive telah merilis sebuah game berjudul Total War: WARHAMMER III. Steam menjualnya seharga Rp648.999 dan kisaran harga ini merupakan nilai yang kurang lebih sama dengan serial Total War lainnya pada saat mereka baru saja rilis ke pasaran.

Penasaran dengan ulasan penulis setelah memainkan game ini? Apakah ia sudah tampil apik dan memenuhi ekspektasi gamer? Yuk, simak review Total War: WARHAMMER III di bawah ini.

1. Plot cerita yang cukup panjang dan mendalam

[REVIEW] Total War: WARHAMMER III—Peperangan Fantasi Epik dan MegahPeperangan antarfaksi dalam game Total War: WARHAMMER III dibuat masif dan berbobot. (dok. Creative Assembly/Total War: WARHAMMER III)

Dalam setiap seri Total War, Creative Assembly tidak hanya menyuntikkan mekanisme dan audio memukau saja, melainkan juga plot dan alur cerita yang dalam. Well, kali ini, jelas bahwa Total War: WARHAMMER III akan berjalan di atas narasi dan cerita fiktif yang sama sekali tidak berhubungan dengan sejarah asli di dunia.

Di mata penulis, seri ini sudah menjadi bagian penggenapan yang sangat layak untuk melengkapi seri-seri sebelumnya, yakni Total War: WARHAMMER (2016) dan Total War: WARHAMMER II (2017). Seperti biasa, kamu akan memainkan waralaba ini dengan berbagai macam faksi yang disediakan. Di sini, ada beberapa faksi tambahan, seperti Kislev, Ogre Kingdoms, dan Grand Cathay.

Semua faksi yang ada memiliki latar belakang ceritanya masing-masing. Tentu mereka juga punya jalur keterikatan dengan faksi-faksi lainnya yang nantinya akan berhubungan dengan cerita utama. Nah, uniknya, developer juga menghadirkan narasi Chaos, yakni konsep cerita yang menggabungkan semua faksi kuat yang pernah ada sebelumnya.

Penulis akui bahwa sistem atau narasi Chaos dalam game ini dibuat dengan cukup brilian. Dengan adanya Chaos, pemain akan menjalankan pertempuran lebih epik dan megah ketimbang dua seri pendahulunya. Kerennya lagi, kamu dapat memimpin faksi kuat yang dijuluki God of Chaos. Mulai dari God of Slaughter, Slaanesh, Nurgle, Khorne, dan Tzeentch, semuanya bisa kalian mainkan meskipun mereka masuk dalam golongan God of Chaos.

Tentu saja masing-masing faksi atau ras yang ada merepresentasikan kekuatan dan keunikannya sendiri-sendiri. Lalu, berbicara soal campaign, ada beberapa hal baru yang ditambahkan oleh pengembang. Well, sebetulnya, plot utama yang dalam tadi hanya bermula dari kondisi atau keadaan God Ursun—salah satu ras atau faksi kuat—yang sekarat dan mengakibatkan terbukanya portal antardimensi bernama Daemonic Realm.

Nah, sayangnya, kisah mengenai Daemonic Realm ini tidak sesederhana yang kita bayangkan. Jika mengikuti semua campaign yang ada, penulis jamin kamu akan kelelahan karena plot dan ceritanya benar-benar panjang dan menguras waktu. Jika memiliki banyak waktu di dunia nyata, kamu bisa mengikuti semua cerita dalam campaign yang dibuat oleh Creative Assembly.

Namun, cara lain untuk memainkan game ini dengan simpel dan gak bertele-tele rupanya juga disediakan oleh pengembang. Yup, dalam mode alternatif ini, kamu hanya berfokus pada pengembangan pasukan dan bertempur dengan beberapa faksi yang ada. Namun, penulis ingatkan bahwa keseruan berperang tak akan klimaks manakala kita tidak mengikuti plot dan narasi campaign yang ada.

2. Mekanisme yang berbobot sekaligus ramah dan membumi

[REVIEW] Total War: WARHAMMER III—Peperangan Fantasi Epik dan MegahMekanisme dalam game Total War: WARHAMMER III dinilai cukup membumi. (dok. Creative Assembly/Total War: WARHAMMER III)

Harus diakui bahwa Total War sudah menjadi sebuah permainan dengan mekanisme gameplay rumit, kompleks, dan intens. Meskipun berjalan pada sistem turn-based yang kental, ia tetap saja tak mengizinkanmu melakukan kesalahan fatal karena itu akan berpengaruh pada kelangsungan hidup sebuah faksi. Well, hal inilah yang juga hadir dalam Total War: WARHAMMER III.

Untungnya, gameplay yang disuntikkan oleh developer kali ini terbilang cukup ramah dan bersahabat. Bahkan, jika belum pernah memainkan seri Total War sebelumnya, game kali ini gak akan membuat kalian terdiam begitu saja. Dalam sesi awal, sudah dijabarkan tentang sistem dan mekanisme gameplay yang bisa kamu coba dan pelajari.

Oh, ya, saran penulis, mode campaign sebaiknya tidak kamu coba pada awal-awal permainan. Pasalnya, campaign dalam game ini tidak bergerak secara singkat dari misi ke misi. Jika sudah menjalankan campaign utama, bersiap-siaplah kamu juga akan menjalankan serangkaian plot cerita lengkap dari awal hingga akhir yang tentunya sangat menguras waktu.

Seperti pada umumnya game berunsur strategi, kamu ditugaskan mengatur banyak hal. Gamer difokuskan pada beberapa hal prinsip, misalnya pengembangan pasukan, keuangan, diplomasi, kerja sama, dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan demi keberlangsungan faksi yang dipimpin. Jangan mengambil keputusan ceroboh. Dalam Total War, itu akan berdampak buruk pada faksimu pada masa mendatang.

Sediakan beberapa jam permainan khusus untuk mempelajari bagaimana mekanisme gameplay yang diterapkan oleh pengembang. Bertempur dengan faksi yang satu bisa sangat berbeda dengan pengalaman bertempur dengan faksi lainnya. Di sini, meskipun hadir dengan sangat membumi, tetap saja kerumitan ala Total War juga wajib kamu perhatikan secara saksama.

Mekanisme turn-based sangat kental layaknya game Total War terdahulu. Kamu bisa mengatur dan melakukan apa pun sebelum giliran musuh-musuhmu berjalan dalam sesi yang sama. Bagaimana dengan AI-nya? Cukup menantang! Dalam game ini, faksi-faksi yang menjadi musuh ataupun kawan kita dapat bergerak dan berpikir secara logis.

Tiap karakter, entah itu jenderal, kesatria, ataupun pasukan biasa, dapat meningkatkan level dengan cara mengikuti peperangan sesering mungkin. Dunia perang di seri kali ini sudah dihadirkan dengan sangat baik oleh Creative Assembly. Hal-hal kecil diperhatikan dengan baik, seperti penggunaan menara kota, jembatan, dan tembok yang dibangun untuk mengatasi serangan masif dapat direpresentasikan secara detail.

Patut diingat bahwa diplomasi dalam game ini merupakan hal yang sangat penting. Meski pasukanmu sedikit, dengan diplomasi apik, bisa saja kamu memiliki pasukan pinjaman berjumlah sangat banyak. So, penulis merasakan bahwa mekanisme gameplay yang ada sudah sangat pakem, intens, tapi juga tidak begitu membingungkan.

Baca Juga: [REVIEW] Expeditions: Rome—Buktikan Diri sebagai Legenda Tanah Eropa

3. Tampilan visual biasa saja, tapi bisa dimaklumi

[REVIEW] Total War: WARHAMMER III—Peperangan Fantasi Epik dan MegahTotal War: WARHAMMER III memiliki kualitas visual yang biasa saja. (dok. Creative Assembly/Total War: WARHAMMER III)

Mungkin ada banyak gamer yang bertanya tentang tampilan visual Total War: WARHAMMER III yang terkesan biasa. Well, di mata penulis, meskipun terlihat biasa saja, hal ini masih bisa dimaklumi. Bagi penulis, ada beberapa alasan kenapa grafik dalam game ini terlihat sangat standar untuk ukuran game modern.

Pertama, Total War dari dulu memang selalu berfokus pada mekanisme gameplay, plot historis, dan audio. Namun, bukan berarti grafiknya dibuat asal-asalan. Jika boleh jujur, hanya serial Total War saja yang sanggup meramu permainan perang strategi masif dengan visual dan audio terbaik di kelasnya.

Kedua, ada banyak jenis dan jumlah pasukan yang harus kita gerakkan dalam waktu yang sama. Tentu sangat sulit bagi developer untuk membuat semuanya menjadi sempurna. Dengan masifnya pergerakan pasukan, hal paling logis yang bisa dilakukan pengembang adalah menurunkan sedikit kualitas gambarnya. Jika tidak, akan ada banyak bug dan mungkin perangkat VGA kita bakal kewalahan.

Ketiga, sudah dua puluh tahun penulis mengikuti dan memainkan banyak seri dari Total War dan tidak pernah merasakan grafiknya menjadi batu sandungan utama. Selama memainkannya, penulis tetap merasakan keasyikan tersendiri tanpa memandang sedetail apa wajah dari sosok jenderal kita di medan pertempuran.

Berikutnya, dengan keadaan grafik yang terkesan standar, spesifikasi PC yang diminta juga tidak berat. RAM 8 GB, VGA setara GTX seri 900 atau lebih, dan prosesor Intel Core i5 generasi menengah sudah bisa menjalankan game ini dengan baik. Kalau untuk urusan ukuran file, game ini memang meminta ruang yang cukup besar, yakni 125 GB.

4. Audio yang kaya khas Total War

[REVIEW] Total War: WARHAMMER III—Peperangan Fantasi Epik dan MegahAudio dalam game Total War: WARHAMMER III jadi andalan sejak dulu. (dok. Creative Assembly/Total War: WARHAMMER III)

Nah, salah satu andalan yang selalu ditonjolkan dalam seri-seri Total War adalah audionya yang mantap punya. Pengisi suara dalam prolog juga tampil cukup menawan. Lalu, masing-masing suara dari faksi juga akan membawa suasana yang berbeda pula, misalnya konteks bahasa, jenis suara, musik, dan lain sebagainya.

Belum lagi jika kita mendengarkan audio di medan pertempuran, suaranya begitu riuh, kaya, dan solid layaknya bertempur di dunia nyata. Di sini, penulis kembali mengingat serial yang dulu pernah penulis mainkan, yakni Total War: Shogun 2 dan Total War: Three Kingdoms yang sama-sama jadi favorit.

Ada beberapa suara yang bakal terdengar renyah dan agak berlebihan. Namun, itu gak akan mengganggu permainan secara keseluruhan. Di telinga penulis, Total War: WARHAMMER III sudah hadir dengan audio yang kaya dan khas layaknya seri Total War lainnya. Jika memungkinkan, gunakan perangkat audio yang mumpuni untuk mendengar kehebohan medan perang fantasi yang lebih dahsyat.

5. Pantas disejajarkan dengan seri-seri terbaik lainnya

[REVIEW] Total War: WARHAMMER III—Peperangan Fantasi Epik dan MegahTotal War: WARHAMMER III pantas dinobatkan sebagai salah satu seri Total War Terbaik. (dok. Creative Assembly/Total War: WARHAMMER III)

Jika disuruh memilih, penulis akan memasukkan Total War: Shogun 2, Total War: Three Kingdoms, dan Total War: WARHAMMER III sebagai seri Total War Terbaik. Namun, karena baru dirilis beberapa hari lalu, game ini masih memiliki beberapa bug, glitch, dan eror yang kadang cukup mengganjal.

Tidak sampai mengganggu jalannya pemainan, beberapa bug kecil tersebut jelas akan terasa minor jika kita mengagungkan detail dalam mekanisme peperangan. Misalnya, pergerakan pasukan kadang agak membingungkan, terutama dalam peperangan yang melibatkan pasukan berjumlah besar.

Namun, penulis yakin bahwa kesalahan kecil tersebut mampu diperbaiki oleh developer dalam waktu dekat. Lagi pula, sebagian besar game ini sudah tampil dengan sangat bagus. Plot, campaign, gameplay, audio, dan sistem diplomasi yang detail menjadi nilai jual tinggi yang bakal sulit untuk dikritik. Mungkin hanya sektor grafiknya saja yang dinilai standar dan agak ketinggalan zaman.

Penulis memberikan skor 4,5/5 untuk Total War: WARHAMMER III. Game ini tampil brilian dan akan membawa kalian ke dalam pertempuran fantasi yang epik dan megah. Jika suka dengan campaign panjang dan memakan waktu, harga yang ditawarkan di Steam menjadi nilai yang sangat sepadan untuk kamu keluarkan.

https://www.youtube.com/embed/8w_xeRJfwc0

Baca Juga: [REVIEW] Rainbow Six Extraction—Misi Berat Menghadapi Archaean

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya