Meta Buka-bukaan soal Layoff, AI, dan Strategi Pemilu 2024

Apa kabar, Metaverse?

Efisiensi perusahaan adalah salah satu hal yang diuji saat ini, terutama seiring munculnya pandemik COVID-19. Berbagai perusahaan pun harus mengencangkan ikat pinggang. Meski jadi perusahaan media sosial terbesar di dunia, Meta pun tak kelepasan.

Dalam perhelatan Facebook: Now and Tomorrow di Alila SCBD Jakarta, Jakarta Selatan pada Jumat (24/3), Meta Indonesia berbagi informasi mengenai berbagai golnya di tahun ini, dan berbagai fakta mengenai perusahaan yang dikepalai Mark Zuckerberg tersebut. Apa saja?

Meta: Layoff demi keberlangsungan perusahaan

Meta Buka-bukaan soal Layoff, AI, dan Strategi Pemilu 2024Country Managing Director Meta Indonesia, Pieter Lydian. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Pada November 2022, Meta mengumumkan akan layoff lebih dari 11.000 pekerjanya. Gelombang lay off ini tidak berhenti di situ, karena Maret 2023, Zuckerberg mengumumkan akan kembali lay off 10.000 pekerja dan menutup lebih dari 5.000 posisi. Apa imbasnya terhadap Indonesia?

Sementara belum ada data mengenai dampak layoff Meta ke Indonesia, Country Managing Director Meta Indonesia, Pieter Lydian, mengatakan bahwa strategi yang dilakukan Meta adalah untuk menjaga keberlangsungannya.

"Untuk menjamin sustainability tersebut, maka ada efficiency. Kondisi macro berubah, maka Meta harus menyesuaikan," tutur Pieter di sela-sela acara.

Kembali ke jati diri Meta sebagai perusahaan teknologi, Pieter menekankan bahwa Meta terus ingin menjadi jembatan untuk menghubungkan orang-orang di seluruh dunia. Hal ini dilakukan Meta dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), menyejahterakan content creator, hingga meningkatkan layanan perpesanan Meta.

"Tak ada perubahan," imbuh Pieter.

Meta Verified masih dipantau

Pada Februari 2023, Meta mengumumkan program Meta Verified. Berbicara mengenai ketersediaannya di Indonesia, Direktur Kemitraan Kreator Meta SEA & Emerging Markets, Revie Sylviana, mengatakan bahwa fitur ini memang sudah ada di Amerika Serikat (AS), Australia, dan Selandia Baru.

Per Maret 2023, Meta dikabarkan telah meresmikan Meta Verified di "Negeri Paman Sam". Akan tetapi, di belahan dunia lain, Meta Verified masih dipantau responsnya, terutama di kalangan content creator. Menurut Revie, banyak yang menanyakan fitur ini karena masih limited, sedangkan banyak yang menginginkannya.

"Kita akan terus memantau. Kalau ada new market dan feedback, kita akan formulasikan sebelum diluncurkan lebih jauh. Belum ada tanggal pasti di Indonesia," tutur Revie.

Berbicara soal content creator, Meta memang terkenal jadi platform yang membantu mereka. Revie menjelaskan bahwa ada tiga tipe monetisasi yang paling umum digunakan dan membantu para content creator, yaitu:

  • In-stream ads untuk video dengan durasi di atas 1 menit.
  • Stars untuk memberi gift dan apresiasi ke content creator.
  • Subscription yang penggunaanya sudah diperluas, berdasarkan jalur undangan (dengan berbagai kriteria yang harus dipenuhi) dan kemitraan dengan Meta.

"Monetisasi yang paling banyak di Indonesia masih dari in-stream ads," imbuh Revie.

Baca Juga: Meta Verified Sudah Rilis di Amerika Serikat, Bisa Beli Centang Biru!

Bye, NFT; Meta fokus ke Metaverse

Meta Buka-bukaan soal Layoff, AI, dan Strategi Pemilu 2024Direktur Kemitraan Kreator Meta SEA & Emerging Markets, Revie Sylviana (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Diluncurkan pada Oktober 2022, Meta mengumumkan telah menghapus fitur non-fungible token (NFT) pada Maret 2023. Baru berkisar hampir 6 bulan, apa yang menjadi alasan Meta?

Mengacu pada pernyataan Mark saat Meta go public, Pieter menekankan kalau Meta adalah perusahaan teknologi. Demikian, penghapusan NFT tidak akan mengubah hal tersebut. Ia mengisyaratkan bahwa Facebook tengah berfokus ke proyek jangka panjang 5–10 tahun ke depan, yaitu Metaverse.

"Menghentikan satu fitur bukan berari kita berhenti berinovasi. Kita mengarahkan inovasi kita ke preferensi pengguna," imbuh Head of Communications Meta Indonesia, Putri Silalahi.

Bukan hanya realitas tertambah (AR) dan virtual (VR) Pieter mengatakan bahwa banyak komponen yang perlu dipenuhi. Dari segi perangkat, Pieter mensyukuri banyak perusahaan yang tertarik dengan Metaverse.

"Ini bagus karena Metaverse harus didorong bersama-sama oleh semua industri. Kalau hanya Meta yang mendorong, dikhawatirkan malah gak jadi," kelakar Pieter.

Meta masih rencanakan use case lain untuk AI

Berbicara mengenai penggunaan AI, menurut Pieter, AI yang digunakan untuk discovery di platform Meta hanyalah salah satu dari kegunaannya. Dengan kemampuan komputasi yang besar, Pieter yakin AI Meta akan bisa diterapkan di berbagai layanan Meta lainnya.

"Apakah ada use case lain? Ada. Segera? Belum bisa kami bagikan. Akan tetapi, dengan kemampuan komputasi AI yang besar, berbagai use case akan terus kita berevolusi," tutur Pieter.

Putri menekankan bahwa AI bukanlah hal baru di Meta, melainkan jadi "otak" di balik rekomendasi konten cerdas di Facebook dan Instagram. Lalu, mengapa jadi prioritas sekarang? Ia mengatakan bahwa ini mengikuti perubahan di Facebook, yaitu bagaimana menyajikan konten yang relevan.

"Filter hingga automatic subtitle adalah hasil dari teknologi AI. Jadi, AI tidak ada secara tiba-tiba. Teknologi AI mendukung kesiapan teknologi untuk masa depan," tambah Revie.

AI perlu dilatih, demi Pemilu 2024 nanti!

Meski begitu, Putri menekankan bahwa AI masih harus diajari. Oleh sebab itu, makin banyak input data, maka AI makin cerdas dalam memilah mana yang benar dan salah. Itulah mengapa AI diandalkan untuk membantu Meta menyeleksi konten yang tidak sejalah dengan pedoman komunitasnya.

"Kita tak mungkin mengandalkan human review saja untuk konten yang tak terhitung banyaknya di platform Meta, jadi kita pakai AI. Kita kasih konten yang dilarang, dan AI secara otomatis mengenali gambar yang serupa lalu di-take down," ujar Putri.

Karena belum bisa memahami konteks, AI pun bisa salah take down konten yang sebenarnya tidak melanggar pedoman komunitas Meta. Di sini, Putri menekankan kegunaan human review yang bertanggung jawab menerima banding dari para pengguna yang kontennya kena take down.

"Dua-duanya masih penting, AI dikembangkan makin cerdas, dan ada lapisan human review untuk memastikan," tutur Putri.

Meta Buka-bukaan soal Layoff, AI, dan Strategi Pemilu 2024Head of Communications Meta Indonesia, Putri Silalahi, berbagi dengan awak media. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Kabar baiknya, hal ini bisa dilihat saat Indonesia melangsungkan pemilihan umum/Pemilu presiden 2024. Bukan pemain baru, Putri menjamin Meta telah belajar banyak.

Kuncinya adalah kolaborasi. Untuk 2024, Meta akan bekerja sama dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan pengecek fakta pihak ketiga. Selain itu, Putri mengatakan bahwa Meta telah menciptakan banyak program pelatihan untuk kreator dan media agar kontennya bisa menjangkau banyak orang.

"Kenapa lebih banyak salah takedown? Lebih baik salah men-takedown daripada tidak sama sekali," papar Putri.

Menurut Putri, AI di Meta diarahkan sebisa mungkin menyeleksi konten sebelum beredar agar tak perlu dilihat oleh pengguna. Oleh sebab itu, Putri berharap pengembangan AI Meta lebih andal. Jadi, meski akan ada kesalahan, tolong dimaklumi, ya. Toh, masih ada fitur appeal, 'kan?

Baca Juga: Tak Takut Kompetisi, Meta: Justru Bisa Tingkatkan Layanan!

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya