Walah, Twitter Bakal Pasang Harga untuk Akses API

Kebijakan dari Lord Musk, nih!

Pada 2022 lalu, pengusaha yang terkenal mengembangkan Tesla dan SpaceX, Elon Musk, membeli salah satu perusahaan media sosial terkenal dunia, Twitter. Namun, sejak akuisisi tersebut, berbagai kebijakan "aneh bin ajaib" justru menuai pro dan kontra.

Selain memasang harga untuk badge verified, Twitter bersiap untuk memasang kebijakan baru lagi nih. Dari yang tadinya gratis, Twitter bakal pasang harga bagi mereka yang ingin mengakses Application Programming Interface (API)-nya. Kok begitu?

Twitter Dev resmi menutup akses API gratis

Pengumuman mengenai akses API berbayar dikemukakan lewat cuitan akun resmi tim pengembang Twitter, Twitter Dev (@TwitterDev) pada Kamis (2/2). Jadi, bagi mereka yang ingin mengakses API Twitter, tentu saja mereka harus merogoh kocek.

"Mulai 9 Februari, kami tak lagi mendukung akses gratis ke API Twitter, baik v2 maupun v1.1," tulis tim developer Twitter.

Jadi, berapa harga yang harus dibayar jika ingin mengakses API Twitter? Akun tersebut belum bisa memberitahukannya, tetapi berjanji akan mengumumkan paket harganya paling lambat minggu depan.

Sudah tertera di kebijakan perusahaan

Keputusan Twitter ini sebenarnya didahului oleh perubahan kebijakan API. Pada 20 Januari 2023, Tech Crunch mengungkapkan bahwa sebelum memutuskan hubungan dengan Tweetbot dan Twitterific, Twitter mengunggah Developer Agreement yang memuat beberapa larangan dalam penggunaan API.

"Anda tidak diizinkan untuk menggunakan atau mengakses Licensed Materials untuk menciptakan atau mencoba menciptakan substitusi, layanan atau produk serupa dengan aplikasi Twitter," tulis Twitter.

Tidak sedikit aplikasi Twitter pihak ketiga yang telah menutup aplikasi HP-nya setelah keluarnya edaran Twitter tersebut.

Baca Juga: Twitter Merilis Ulang Twitter Blue, di iOS Lebih Mahal

Elon Musk tidak mau rugi

Walah, Twitter Bakal Pasang Harga untuk Akses APIElon Musk (twitter/@RDAOReverse)

Pada Oktober 2022, Musk harus menggelontorkan US$44 miliar untuk mengakuisisi Twitter. Malah, ia harus meminta pinjaman sekitar US$12,5 miliar agar gol. Twitter bukan "mesin pencetak uang" sehingga Musk harus membayar US$1,5 miliar tiap tahun. Sebagai pengusaha, jelas Musk tidak mau rugi.

Selama bertahun-tahun, Twitter Dev menjelaskan bahwa ratusan juta pengguna Twitter di seluruh dunia telah mengirimkan triliunan cuitan, bahkan miliaran tiap minggu. Oleh karena itu, mereka yakin data Twitter adalah salah satu yang paling andal di dunia. Inilah yang ingin dimonetisasi Musk.

"Kami berkomitmen untuk memampukan akses cepat dan komprehensif sehingga Anda bisa melanjutkan pertumbuhan bersama kami," tulis Twitter Dev.

Dampak untuk developer dan Twitter

Beberapa langkah Twitter akhir-akhir ini memang kontroversial. Dengan melarang aplikasi pihak ketiga, Tech Crunch memperingatkan bahwa beberapa developer mungkin akan meninggalkan produk mereka atau memasang harga untuk para penggunanya.

Ribuan developer menggunakan API Twitter untuk mengecek fenomena di Twitter, seperti hate speech hingga perundungan daring. Bahkan, tidak sedikit universitas mengandalkan Twitter untuk mempelajari perilaku manusia di berbagai negara. Oleh sebab itu, kebijakan API Twitter bisa mengganggu usaha mencegah misinformasi di Twitter.

Dari awal, Twitter dan developer pihak ketiga memang memiliki hubungan tarik-ulur, tetapi saling menguntungkan. Sementara developer pihak ketiga membawa fitur dan produk barunya ke Twitter, sang burung biru melakukan bagiannya dengan cara menyediakan akses ke API.

Bahkan, Februari 2022, Twitter sempat memperkenalkan program Twitter Toolbox untuk "berdamai" dengan para developer agar mereka bisa memperkaya Twitter dengan berbagai fitur dan mempromosikannya di sana. Namun, sejak Musk mengambil alih, program tersebut sudah tiada dan langkah API Twitter? Musk memang tidak mau rugi.

Baca Juga: Mengenal Twitter Blue, Program Subscription Milik Twitter

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya