Potensi Wisata Derawan Naik Terus, Tapi Dampaknya Justru Bikin Sedih

Pulau yang berada di sebelah timur laut Pulau Kalimantan ini makin melambung namanya. Kemolekannya memang tak kalah dari Maldives. Kombinasi hamparan pasir putih, warna tosca air laut hingga keindahan biota lautnya membuat Pulau Derawan makin seksi dan layak jadi destinasi utama.
Wisata Derawan yang kini menjadi primadona itu membawa dampak baik bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Berikut penelusuran tim IDN Times langsung dari kepulauan Derawan.
Potensi pariwisatanya masih dikelola swasta.
Naiknya Potensi Wisata Derawan berdampak positif bagi masyarakat lokal.
Namun, membludaknya jumlah wisatawan membawa dampak negatif bagi lingkungan.
Belum adanya pembatasan jumlah wisatawan membuat turis yang datang membludak. Hal ini biasa terjadi pada musim liburan, terutama saat Lebaran. Bahkan, banyak juga wisatawan yang rela menginap di masjid karena hotel, resort, karena rumah warga sudah penuh.
"Permasalahan utama kami adalah tidak adanya tempat pembuangan akhir," kata Ade. Masyarakat sudah meminta pemerintah untuk membuatkan tempat pembuangan akhir, tetapi belum ada tanggapan hingga kini.
Meski pemerintah sudah menyediakan tong sampah di area wisata, hal ini belum menjawab permasalahan utama yaitu tempat pembuangan akhir.
Saat ini warga hanya bisa mengumpulkan sampah dan membakarnya, meski ini belum jadi solusi pasti. Pasalnya, membakar sampah bisa mengakibatkan polusi yang bisa mengancam kesehatan warga.
Editor’s picks
Baca juga: 11 Negara Ini Punya Peraturan "Aneh", Patuhi Saat Traveling!
Pihak travel agent sudah mengadakan pertemuan dan membicarakan hal ini. Mereka mengimbau para pemandu wisata untuk selalu mengingatkan wisatawan agar tidak membuang sampah sembarangan.
Setiap kapal juga dibekali minimal satu kantong plastik untuk menampung sampah dari wisatawan. Bahkan, ada kelompok anak pantai yang beranggotakan sekitar 70 anak kampung Derawan asli.
Mereka dijadwalkan untuk membersihkan pesisir pantai sekali dalam seminggu. Para pemandu wisata juga mengagendakan tiga kali dalam seminggu untuk membersihkan tempat wisata. Hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian dan kebersihan pulau.
Harapan warga untuk pariwisata Derawan ke depannya.
"Pemerintah harus lebih memperhatikan pariwisata di sini. Coba dibuatkan kapal bangsal, seperti di Gili Trawangan yang bisa bolak-balik setiap jam. Sehingga, tiketnya lebih murah dan bisa menarik wisatawan. Jadi harga untuk liburan ke sini jauh lebih murah," ujar Ade.
Pasalnya, akomodasi merupakan budget terbesar yang harus digelontorkan wisatawan untuk berlibur ke kepulauan Derawan. Jika harga akomodasi menurun, dana untuk berlibur ke Derawan bakal lebih terjangkau dan bisa menarik minat wisatawan lebih banyak lagi.
Pemerintah diharapkan segera mengatasi masalah sampah pembuangan akhir, sebelum menjadi permasalahan yang lebih serius. Warga juga berharap wisatawan punya kesadaran sendiri terkait kebersihan lingkungan.
Menumpuknya sampah di danau Kakaban mengundang keprihatinan sendiri. Danau air payau terbesar di dunia itu bisa terancam, apabila wisatawan tetap nekat meninggalkan sampahnya. So, kalau bukan kita yang menjaga lingkungan, siapa lagi?!
Baca juga: 7 Surga Dunia di Indonesia yang Gak Bisa Dilewatkan Para Traveler