Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut Ramadan

#RamadanMasaKini Ada yang sampai begadang lho!

Bulan suci Ramadan merupakan salah satu bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan Ramadan sendiri memiliki banyak sekali keutamaan dan kemuliaan yang Allah berikan kepada hamba-hambanya yang taat dan bertakwa. Maka tak heran umat muslim diseluruh dunia menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan sukacita.

Banyak tradisi tradisi unik yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan suci ini. Di Indonesia sendiri memiliki ratusan tradisi di setiap daerahnya. Di Aceh, kita bisa menemukan tradisi Meugang setiap awal Ramadhan. Di Jawa Tengah, orang-orang melakukan tradisi Dugderan untuk menyambut bulan Ramadhan. Lalu ada tradisi Padusan di Boyolali, Klaten, Salatiga, dan Yogyakarta. Dan masih banyak lagi tradisi menyambut bulan Ramadhan yang ada di tanah air ini.

Tak hanya di Indonesia. Umat muslim di negara lain juga memiliki tradisi yang tak kalah uniknya. Mereka melakukannya dengan penuh sukacita. Apa sajakah itu? Nah, ayo simak penjelasan berikut ini.

1. Menyalakan meriam di Arab

Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut Ramadandohanews.co

Dikenal sebagai negara adidaya yang memiliki dua tempat suci bagi umat muslim, yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, Arab juga memiliki tradisi yang unik dalam rangka menyambut Ramadhan.

Arab biasanya menyalakan sebuah meriam khusus yang bernama meriam Ramadan. Dinamakan meriam Ramadhan karena fungsi dari meriam ini bukan untuk keperluan militer, namun meriam ini khusus dinyalakan saat bulan ramadhan saja. Meriam ini akan dinyalakan 2 kali sehari selama bulan bulan Ramadhan, yaitu saat terbitnya matahari dan saat tenggelamnya matahari.

Bukan hanya itu. Meriam ini juga dinyalakan saat memasuki tanggal 1 Syawal. Dalam penggunaanya, meriam ini akan diletakkan di sebuah gunung di dekat Masjidil Haram. Ketika waktu yang ditentukan telah tiba, meriam ini akan dinyalakan.

Saking kerasnya, suara meriam ini menggelegar ke penjuru kota. Setelah ramadhan, meriam ini akan dikembalikan ke tempat asalnya di daerah Aziziyah hingga jelang bulan Ramadan tahun depan.

2. Menggantungkan lampu di Mesir

Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut Ramadanscoopempire.com

Berbeda dengan negara Arab, orang-orang di Mesir memiliki tradisi yang unik untuk menyambut bulan suci Ramadan. Mereka biasanya akan menggantungkan lampu khas Mesir di bangunan-bangunan, jalanan, hingga gang kecil. Lampu tersebut dinamakan dengan lampu fanous.

Lampu fanous sendiri terbuat dari rangkaian kaca berwarna, timah, dan cincin kawat yang didalamnya diisi lilin. Namun karena teknologi kian maju, kini isi fanous yang tadinya lilin diganti dengan lampu. Mirip sama tradisi menggantung lampion, ya.

Tradisi fanous sendiri diketahui dilakukan oleh masyarakat Mesir sejak abad ke-9, yaitu pada masa ke khilafahan Fatimiyah. Tepatnya pada hari kelima Ramadhan, tahun 970 Masehi atau 358 Hijriyah, yakni ketika Khalifah Muezz El Din El-Allah sedang memasuki Kairo untuk pertama kalinya.

Ia tiba setelah matahari terbenam dan masyarakat berbondong-bondong muncul dengan lentera untuk menyambutnya. Sejak saat itulah, lampu fanous dijadikan salah satu simbol bulan Ramadhan bagi masyarakat Mesir.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik Menyambut Ramadan yang Cuma Ada di Jogja dan Sekitarnya

3. Membacakan puisi di Maladewa

Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut RamadanFireworskden.com

Membaca puisi biasanya kita temukan di pelajaran bahasa Indonesia saat kita sekolah. Membacakan puisi juga biasa dilakukan beberapa orang dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perasaan. Namun, bagi masyarakat Maladewa, kebiasaan membaca puisi tidak hanya dilakukan di saat-saat tersebut. Uniknya,mereka membacakan puisi di depan orang banyak saat setelah berbuka puasa. Dan ini sudah menjadi tradisi di daerah mereka.

Tradisi ini disebut dengan tradisi Roadha Mas. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, tradisi ini dilakukan masyarakat Maladewa setelah buka puasa. Puisi yang dibacakan dalam tradisi itu bukan sembarang puisi.

Biasanya mereka membacakan sebuah puisi tradisional mengenai bulan suci Ramadan yang terdiri dari 3 baris atau lebih. Tak hanya itu, beberapa dari mereka juga ditantang oleh peserta lain untuk membacakan puisi ravairu, yaitu puisi kuno dari Maladewa.

Tradisi ini juga sebelumnya dilengkapi dengan acara berbuka puasa bersama di beberapa wilayah. Makanan khas Maladewa yang biasa disajikan saat berbuka puasa diantaranya yaitu gulha (bola ikan), foniboakiba (kue tepung), dan kulhi boakiba (kue ikan).

4. Begadang di Aljazair

Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut RamadanMuslimskeptic.com

Jika di Indonesia, beberapa dari kita pasti pernah disuruh untuk tidak tidur terlalu malam. Hal itu agar kita tidak bangun kesiangan untuk bersahur. Namun hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat di Aljazair. Mereka biasa begadang hingga waktu sahur tiba. Dan uniknya, mereka jadikan hal itu sebagai salah satu tradisi di negerinya.

Tradisi ini juga dikenal dengan nama saharat ramadiniyah. Dalam pelaksanaannya, masyarakat di Aljazair tidak hanya sekedar begadang saja. Untuk mengisi tradisi begadang ini, mereka suka menggelar acara makan-makan, minum kopi dan teh, serta mendengarkan musik sampai waktu sahur tiba. Mereka biasa menggelarnya di beberapa hotel yang ada di Aljazair.

Selain tradisi saharat ramadiniyah, masyarakat Aljazair selalu berusaha untuk berbuka puasa dengan keluarganya. Kebiasaan itulah yang menyebabkan jalan-jalan di Aljazair menjadi lebih renggang daripada waktu-waktu biasanya.

5. Mengecat dinding di Maroko

Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut RamadanCarousell.com

Masyarakat Maroko sendiri punya tradisi menyambut Ramadhan yang bisa dibilang lebih unik dari sebelumnya. Ya, masyarakat Maroko memiliki kebiasaan mengecat rumahnya dan membersihkannya setiap menjelang bulan suci Ramadhan. Uniknya, tradisi ini dipersiapkan sejak dua sampai tiga minggu sebelumnya, lho. Wah, lama sekali ya persiapannya.

Tak hanya itu, mereka juga biasa mengundang teman dan kerabat mereka ke pesta yang mereka adakan. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan suasana bulan suci Ramadan. Biasanya mereka mengisi pesta tersebut dengan menikmati hidangan bersama-sama.

6. Memainkan lodra di Albania

Tiada Duanya, 6 Negara Ini Punya Tradisi Unik Menyambut RamadanBensradio.com

Lodra adalah sebutan bedug khas Albania. Bedug Albania tentu saja berbeda dengan bedugnya Indonesia. Di Albania, bedug lodra terbuat dari drum silinder dengan dua lubang yang masing-masing lubang ditutupi oleh kulit kambing. Ukurannya pun lebih kecil dari bedug di Indonesia, hampir mirip dengan gendang. Hal ini memungkinkan penabuhnya dapat berkeliling menyusuri jalanan kota.

Cara memainkannya pun berbeda. Penabuh lodra menyentuh/menabuh setiap ujung lodra dengan tongkat yang berbeda. Hal itu akan menghasilkan dua nada yang berbeda. Penabuh lodra juga biasanya berasal dari kaum Gipsi. Mereka akan mendapatkan atau uang sebagai imbalan atas jasanya. Tak hanya itu. Terkadang mereka juga diundang sahur dan berbuka puasa bersama oleh masyarakat sekitar.

Lodra berlangsung hingga akhir Ramadan dan akan lebih meriah lagi saat hari raya Idul Fitri. Saat bulan ramadhan, lodra biasanya dimainkan untuk membangunkan orang sahur. Terkadang lodra juga dimainkan saat menjelang berbuka puasa. Saat hari raya Idul Fitri, lodra akan dimainkan lebih meriah lagi. Saat itu semua kalangan di Albania berkumpul bersama, termasuk juga warga non muslim.

Nah, demikian tradisi unik yang dilakukan beberapa umat muslim di berbagai negara. Masih banyak lagi tradisi unik di berbagai belahan dunia yang belum disebutkan. Semoga bisa menambah wawasan islami kita semua!

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Hadid Ramadhan Photo Writer Hadid Ramadhan

Halo, perkenalkan saya Hadid Ramadhan. Saya adalah pelajar. Saya senang membaca. Selain itu, hobi saya yang lain adalah menulis.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya