[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? 

Lebih dari 50 persen memilih liburan di tengah situasi ini

Setahun berlalu pandemik virus corona sejak kasus pertamanya diumumkan di Indonesia. Banyak yang sudah kita lalui selama setahun ini. Pada awal-awal kasus, keadaan terasa begitu mencekam.

Apalagi ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan di kota-kota besar atau lockdown lokal per daerah di Indonesia. Semua orang "dipaksa" tinggal di rumah demi meminimalisir penyebaran virus corona.

Berbulan-bulan melakukan semua aktivitas di rumah aja membuat banyak orang stres dan tertekan. Apalagi yang biasa aktif di luar, rasanya seakan terpenjara di dalam rumah. Kalau pun beraktivitas di luar rumah, rasanya was-was dan takut. 

Setelah masa PSBB berakhir, pemerintah menerapkan kebijakan new normal atau normal baru yang dimulai sejak 1 Juni 2020 dan dilakukan secara bertahap. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu pada masa normal baru yakni liburan. Dengan liburan, mereka berharap bisa merilis stres yang menumpuk selama tak bisa bepergian.

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? IDN Times/Arief Rahmat

Angka kasus virus corona terlapor di Indonesia yang belum menunjukkan penurunan alias membaik tak menghalangi niat masyarakat untuk berlibur. Penat, jenuh, stres, tertekan, dan sejenisnya dirasa penting untuk diatasi dahulu, dibanding harus lebih lama berdiam diri di rumah tanpa kepastian.

Oleh karena itulah, IDN Times melakukan survei kepada masyarakat luas. Survei ini melibatkan 388 responden yang tersebar di berbagai kota di Indonesia dengan rentang usia <18 tahun hingga >30 tahun.

Penasaran seperti apa? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini ya!

1. Lebih dari 50 persen responden memilih liburan

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? IDN Times/Arief Rahmat

Dalam survei ini, jumlah responden yang memilih liburan saat pandemik lebih banyak. Angkanya mencapai 58,3 persen, sedangkan 41,7 persen lainnya bertahan untuk tidak liburan sama sekali hingga saat ini.

Sebanyak 27,5 persen dari responden menyatakan sempat liburan 2-4 kali, dan 24,6 persen lainnya baru satu kali pelesiran. Sementara itu, yang melancong lebih dari lima kali sebanyak 6,2 persen.

Untuk yang menjawab tidak liburan sama sekali, sebanyak 68,4 persen responden beralasan situasi masih bahaya dan tidak memungkinkan. Sekitar 17,7 persen lainnya mengatakan gak ada bujet, dilarang keluarga 4,3 persen, dan alasan menjadi tenaga kesehatan 2,6 persen.

Muhammad Pramadita mengaku belum pernah traveling selama pandemik, walaupun stres, sedih, capek, dan jenuh. Cara mengatasi stresnya, Pramadita memperbanyak kesibukan dan aktivitas lain di rumah. "Karena ingin menjaga diri. Kita gak tahu kondisi di luar tuh seperti apa. Apalagi aku ada orangtua yang punya penyakit komorbid," ujarnya. 

Liburan ke luar kota lebih banyak dipilih, yakni 62 persen. Biasanya memilih tempat-tempat wisata yang dekat dengan kota tinggalnya. Seperti warga Jakarta ke Bogor atau warga Surabaya ke Malang. Sedangkan, yang memilih liburan di dalam kota sebanyak 28,4 persen, luar pulau 9,1 persen, dan luar negeri 0,5 persen. 

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Wisata Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur (IDN Times/Reza Iqbal)

Secara berurutan, sebagian besar orang liburan bersama keluarga (51,1 persen), sahabat (36,4 persen), sendirian atau solo traveling (11,2 persen), dan ikut open trip (1 persen). 

Alvita Wibowo yang berdomisili Jakarta bercerita telah liburan lima kali bersama keluarganya selama pandemik. "Alasanku liburan saat pandemik untuk menghilangkan stres. Kita juga gak mungkin selamanya tinggal di 'sarang' kita," kata Alvita kepada IDN Times, awal Februari lalu.

Meski tergolong sering, Alvita tak mau sembarangan saat liburan. Ia selektif dengan aktivitas yang dipililhnya saat liburan. Salah satunya menjauhi keramaian dan kerumunan.

Humaira Abdilni berpendapat serupa. Menurut Humaira, liburan bukan berarti bisa melonggarkan protokol kesehatan. "Selama mematuhi protokol kesehatan, tak jadi masalah."

Psikolog dari Universitas Padjadjaran Bandung, Astrid Regina, mengatakan liburan memang menjadi bagian kebutuhan manusia yang tak bisa dipisahkan, walaupun dalam situasi yang kurang nyaman seperti pandemik sekarang. "Apalagi orang-orang merasa terkurung lama di rumah. Dengan liburan, kita jadi bisa menghilangkan jenuh dan stres," kata Astrid. 

2. Destinasi alam menjadi favorit selama pandemik

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? IDN Times/Arief Rahmat

Selama pandemik, pemerintah selalu mengimbau masyarakat untuk menjauhi kerumunan dan berada di tempat yang memiliki sirkulasi baik. Tujuan utamanya meminimalisir penyebaran virus.

Gak heran kalau selama pandemik, popularitas wisata alam meningkat pesat. Sebanyak 61,5 persen responden memilih liburan ke wisata alam, karena dinilai lebih aman dan nyaman.

Seorang influencer, Pandhu Waskitha atau yang lebih populer dikenal sebagai Backpacker Tampan, menilai wisata alam cenderung lebih aman dikunjungi saat pandemik. Pasalnya, kita berada di alam terbuka dengan ruang gerak luas dan sirkulasi udara yang baik.

"Tentu saja dengan memilih tempat yang sepi dan tidak berkerumun, supaya risiko tertularnya lebih sedikit," kata Pandhu.

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Ilustrasi wisata alam dan pantai. (IDN Times/Dewi Suci)

Senada dengan Pandhu, Alvita berpendapat sama. Apalagi Indonesia memiliki banyak wisata alam yang tersebar di berbagai wilayah. "Sehingga banyak wisata alam yang sepi, kita bisa menerapkan physical distancing, dan merasa aman," katanya.

Sementara itu, yang memilih me time di hotel alias staycation sebanyak 29,3 persen, dan taman bermain 2,4 persen. Sisanya ada yang memilih mengunjungi festival budaya, situs bersejarah, museum, kebun binatan, kolam renang, wisata kuliner, dan sebagainya.

 

3. Tak perlu lama, yang penting pernah

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Pantai Kuta sebelum pandemik. (IDN Times/Prila Arofani)

Selama pandemik, sekilas bujet traveling terasa meningkat drastis karena adanya peraturan mengenai tes COVID-19. Untuk ke luar kota, kita harus menunjukkan hasil PCR swab test, rapid test, dan rapid antigen yang dibanderol dengan harga sekitar Rp150 ribu hingga Rp2,5 juta.

Oleh karena itu, liburan tak jauh-jauh dari tempat tinggal dan naik kendaraan pribadi jadi solusi terbaiknya. Yang naik kendaraan pribadi sebanyak 79,3 persen, naik kereta api 8,2 persen, pesawat terbang dipilih sebanyak 7,2 persen, dan 2,9 persen sisanya memilih naik bus.

Tak semuanya merasa aman dan bebas lepas selama liburan. Saking penginnya merasakan hawa liburan dan 'kebebasan' sejenak setelah berbulan-bulan di rumah, short trip paling banyak dicari. Liburan hanya 1-2 hari jadi yang paling banyak dipilih.

Sebanyak 60,9 persen responden menjawab demikian. Responden yang memilih liburan 3-4 hari sebanyak 29 persen, 5-6 hari sebanyak 5,8 persen, dan sisanya liburan selama 7 hari atau lebih.

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Wisata Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur (IDN Times/Dewi Suci)

Walaupun ada syarat tambahan beruapa aturan tes kesehatan, tak menjadikan bujet liburan membengkak. Sebab, mereka memilih naik kendaraan pribadi dan liburan ke wisata alam yang dekat sekaligus murah.  

Adapun bujet yang dikeluarkan untuk sekali traveling paling banyak tak sampai sejuta. Sebanyak 50,7 persen ada pada pilihan tersebut. Urutan kedua, 28,1 persen menghabiskan Rp1-2 juta. Selanjutnya, 13,8 persen menghabiskan Rp3-4 juta, dan 7,4 persen menghabiskan lebih dari Rp5 juta.

"Kalau aku, bujet gak membengkak, karena yang biasanya belanja jadi gak belanja. Bujet untuk belanja dialokasikan untuk protokol kesehatan biar tetap hemat," ujar Alvita.

Tak selamanya seperti Alvita, ada saja yang memalsukan surat kesehatan demi bujet yang lebih murah demi berlibur. Tak banyak, hanya 1,9 persen responden yang menyatakan pernah memalsukan surat kesehatan saat pelesiran. 

Baca Juga: Kisah Pandhu Waskitha Tampan, Backpacker Jadi Travel Influencer 

4. Dampak positif setelah liburan

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? IDN Times/Arief Rahmat

Tujuan utama traveling melepas penat dan merilis stres. Traveling juga seharusnya bisa meningkatkan mood kita, sehingga bikin lebih bahagia. Namun, menurut survei yang telah dilakukan, sekitar 45,8 persen orang mengaku was-was saat liburan di tengah pandemik. Situasi yang belum membaik dan serba tak pasti jadi alasannya.

Di urutan kedua, sebanyak 27,6 persen merasa bahagia, dan 23,2 persen lainnya merasa biasa-biasa saja. Bahkan, sebanyak 3,4 persen justru merasa sedih ketika liburan.

Perasaan sedih tersebut bukan tanpa alasan. Ketika liburan, ada beberapa responden yang justru sakit dan tertular virus corona. 

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Atlantis Land, Surabaya, sebelum pandemik. IDN Times/Prila Arofani

Ada beberapa hal yang wajib dilakukan, baik ketika traveling maupun sepulangnya, supaya badan tetap sehat. Seperti halnya yang dilakukan Alvita.  "Setelah traveling, aku biasanya tes dan karantina. Perbanyak makan buah dan vitamin, pokoknya jaga kesehatan tubuh," tuturnya.

Menurut Psikolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Rosita Permatasari, perasaan bahagia atau tidaknya ini tergantung keadaan masing-masing individu. "Pada dasarnya, kalau mereka suka liburan, nantinya bakal ada rasa lega dan bahagia. Pikirannya pun jadi lebih segar," ujarnya. 

5. Rencana traveling lagi selalu ada

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Atlantis Land, Surabaya, sebelum pandemik. IDN Times/Prila Arofani

Setahun berlalu, tetapi pandemik di Indonesia belum menunjukkan perbaikan. Justru, virus corona jenis terbaru dikabarkan telah masuk ke Indonesia. Seakan sudah lelah, masyarakat seakan 'berpasrah' dan tetap memasukkan liburan ke dalam agenda tahun ini.

Sebanyak 45,7 persen orang menjawab "mungkin" untuk liburan kembali, sedangkan sekitar 18,3 persen memastikan iya, dan sisanya memilih tidak.

Sebagai pencinta traveling, Humaira berencana liburan lagi dalam waktu dekat. Begitu pula dengan Nydia Belinda. Berbeda dengan keduanya, Alvita tak ingin traveling dalam waktu dekat, karena telah mengunjungi beberapa wisata sebelumnya.

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Ilustrasi liburan saat pandemik (IDN Times/Dewi Suci)

Psikolog Astrid Regina mengungkapkan betapa urgent-nya liburan setelah lama berdiam di dalam rumah. "Kita kehilangan kehidupan yang dulunya normal, tetapi belum bisa menerima kenormalan baru. Saya bisa paham mengapa banyak yang berlibur," katanya.

Meski demikian, ia tetap menyarankan masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah, termasuk liburan. Ada banyak yang hal bisa dilakukan di rumah, supaya tetap aman dan nyaman. Satu di antaranya mengembangkan hobi, seperti belajar bahasa baru, masak, kerajinan tangan, dan lain-lain.  

6. Pandemik sempat melumpuhkan sektor pariwisata

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Atlantis Land, Surabaya, sebelum pandemik. IDN Times/Prila Arofani

Semua sektor terpukul selama pandemik, terutama bidang pariwisata. Kota-kota wisata yang tadinya ingar bingar, kini menjelma bak kota mati. Tak ada lagi wisatawan yang lalu lalang. Para pedagang yang berjualan di area wisata pun terpaksa gulung tikar.

Para pelaku usaha di sektor pariwisata terseok-seok. Seperti halnya bisnis open trip. Selama ini, open trip menjadi salah satu pilihan akomodasi wisata yang menarik.

Gak perlu ribet memikirkan itinerary, kita bisa mendapatkan berbagai pilihan paket wisata yang menarik. Tak perlu risau pula memikirkan transportasi dan penginapan selama berada di destinasi tujuan. Namun, selama pandemik, mereka gigit jari.

Beberapa mulai beroperasi kembali ketika masa normal baru. Tak seramai dulu, keadaan kini jauh berbeda. Seperti yang dialami Dania Anggana, pemilik Gippeum Tour (@gippeum.tour) dengan tujuan Korea Selatan. Usahanya telah berhenti sejak akhir tahun 2019 akibat virus corona yang menyerang di seluruh penjuru dunia.

"Sementara ini, aku belum ada rencana buka, karena kita mengutamakan keselamatan customer," kata Dania kepada IDN Times.

Berbeda dengan Citra Ayu yang memiliki usaha open trip @teamtour.id, melayani tujuan wisata Gunung Bromo. Kini, ia menggantinya menjadi private trip, dengan memberlakukan protokol kesehatan demi meminimalisir penyebaran virus corona.  "Aku gak mau ngumpulin orang banyak-banyak."

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Haluu World, Surabaya, sebelum pandemik. IDN Times/Prila Arofani

Dampak terbesarnya tentu saja pada penghasilan, bahkan harus banting setir ke bidang usaha lain. Seperti yang dialami Dania. Sekarang dia beralih ke bisnis kuliner secara online.

Di sisi lain, Pandhu menceritakan kondisi Bali selama pandemik. Selama ini, perekonomian Bali sangat bergantung pada turis, baik lokal maupun mancanegara. Ketika pandemik dan tak ada wisatawan yang berlibur, banyak orang Bali, atau yang berdomisili di kota wisata lainnya, kehilangan mata pencaharian.

"Aku mewakili orang-orang yang bekerja di industri pariwisata, kita sangat terpukul karena pandemik," tutur pria yang berdomisili di Bali itu.

Pandhu berharap pandemik segera membaik dan dunia traveling akan bangkit. "Semoga vaksinnya lancar untuk disebarkan ke masyarakat Indonesia, serta perekonomian bisa kembali normal lagi, Amin," tutur si Backpacker Tampan itu.

Sedangkan, Dania dan Citra, keduanya tak berharap banyak pada tahun 2021 ini, melihat situasi yang belum bisa dikendalikan dengan baik. Mereka berharap nantinya ada kebijakan yang menguntungkan travel agent.

7. Jadi, seberapa penting liburan saat pandemik?

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Pantai Losari, Makassar, sebelum pandemik. IDN Times/Prila Arofani

Ada dua sisi yang tak bisa kita abaikan begitu saja seputar dunia pariwisata saat ini. Liburan sesuka hati dan bersenang-senang seakan tak terjadi apa-apa sama sekali bukanlah hal bijak untuk saat ini. Namun di sisi lain, para pelaku industri pariwisata 'mendadak mati' karena tak ada wisatawan.

Seberapa penting liburan saat pandemik, menurut Pandhu, hal ini tergantung pada perspektif masing-masing orang. Pandhu menegaskan kita harus bertanggung jawab kepada diri sendiri di mana pun berada, terutama saat traveling. Sebab, apa yang kita lakukan juga akan memengaruhi keselamatan orang lain.

"Yang penting harus selalu menerapkan protokol kesehatan di mana pun berada, termasuk saat liburan," kata Pandhu.

Berdasarkan survei yang kami lakukan, yang menganggap liburan saat pandemik penting biar gak stres jumlahnya sekitar 10,1 persen. Sekitar 22,1 persen lainnya menilai penting, tapi tidak mendesak. 

Sebanyak 14,5 persen menjawab liburan saat pandemik itu gak penting banget dan jangan dilakukan, sekitar 23,1 persen menilai tidak penting, dan sisanya menyatakan biasa saja.

[LONGFORM] Seberapa Penting Liburan saat Pandemik? Ilustrasi wisata alam. (IDN Times/Dewi Suci)

Kesimpulannya, seberapa penting liburan di tengah pandemik, semua tergantung kebutuhan setiap orang. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan utama sebelum memutuskan liburan. Dan ketika akhirnya memilih liburan pun, kita tetap wajib menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan demi keamanan bersama.

Jadi, kamu termasuk yang mana tim yang liburan atau gak, nih? Stay safe and stay healthy, peeps!

Baca Juga: 10 Prediksi Tren Wisata Indonesia di 2021, Wisata Alam Jadi Prioritas

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya