Simak Wajah Asli Indonesia di 7 Dokumenter "Ekspedisi Indonesia Biru" Ini

Watchdoc melakukan ekspedisi mulai dari Januari 2015 keliling Indonesia

Pesona alam Indonesia tidak ada habis-habisnya untuk dinikmati. Hal itu juga dirasakan oleh Dandhy Dwi Laksono, seorang jurnalis. Dia mencoba mengabadikan keindahan alam Indonesia melalui video dokumenter.

Tidak hanya keindahan alam saja yang terekam, namun juga perjuangan masyarakat di daerah tersebut melawan ketidakadilan pemerintah yang merusak alam yang mereka jaga. Dandhy memulai perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru tersebut bersama Watchdoc untuk meliput dan mengabadikan kekayaan alam Nusantara. Selama kurun 2015-2017 terdapat sekitar 7 film dokumenter dan masih ada 5 film dokumenter yang sedang disunting.

Beberapa film dokumenter yang dihasilkan oleh Watchdoc dalam Ekspedisi Indonesia Biru bisa kamu tonton di sini:

1. Eksplorasi Baduy, Suku yang Mengasingkan diri di Tengah Tanah Sunda

https://www.youtube.com/embed/hBuifj0X4Xw

Film ini menceritakan tentang kehidupan suku Baduy yang tinggal di pedalaman Jawa Barat. Banyak orang-orang dari ibukota yang sering berjalan-jalan maupun berziarah ke desa tempat bermukim suku tersebut.

Budaya suku Baduy di tengah kemajuan teknologi tidak membuat suku Baduy goyah mempertahankan tradisi mereka. Meskipun beberapa dari orang Baduy memiliki alat teknologi seperti tv dan handphone, namun mereka masih tidak mau menggunakan alas kaki dan menggunakan kendaraan.

 

2. Kasepuhan Ciptagelar, Desa di Bawah Kaki Halimun

https://www.youtube.com/embed/ZV0NkADi2dc

Ciptagelar merupakan salah satu desa yang masih mempertahankan tradisi mereka di bawah kaki gunung Halimun. Penduduknya masih melestarikan budaya mereka, mereka memiliki lumbung padi untuk menampung hasil panen mereka. Lumbung padi merupakan spot favorit para turis selain susunan rumah panggung yang tertata cukup rapi.

Hamparan sawah dan aliran sungai yang sangat jernih yang mengelilingi desa juga membuat desa tersebut tampak asri dan nyaman. Film ini mendokumentasikan beberapa fragmen kehidupan dari masyarakat Ciptagelar dalam mempertahankan kebudayaan mereka.

3. Lewa di Lembata, Berburu Paus pada Musim Lewa

https://www.youtube.com/embed/HkdcZQUcH1k

Film dokumenter ini menceritakan tentang perburuan ikan paus pada musim Lewa setiap bulan Mei yang dilakukan oleh penduduk desa Lamalera, pulau Lembata, salah satu pulau yang ada di Nusa Tenggara Timur. Masyarakat yang tinggal di sekitar pulau Lembata memiliki beberapa keunikan yang masih dapat ditemui hingga sekarang. Salah satunya yaitu jual-beli dengan sistem barter.

Masyarakat di sekitar pulau Lembata, walaupun tidak memiliki uang, tidak perlu khawatir akan kebutuhan sehari-harinya karena mereka dapat melakukan barter dengan ikan dan barang lain untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Namun, barter di pulau Lembata memiliki aturan tersendiri. Ada mandor atau kepala pasar setempat yang mengkomando untuk memulai proses jual-beli.

Nelayan pulau Lembata hanya boleh melakukan penangkapan yang sesuai dengan kebutuhannya saja. Warga pulau Lembata memiliki prinsip kuat yang telah mereka pegang sejak lama, yaitu

“janganlah serakah terhadap sumber daya yang ada, harus benar-benar dan sungguh-sungguh dalam dalam menjaga alam.”  

50 tahun terakhir nelayan Lembata hanya menangkap 1,000 ekor paus, dibandingkan perburuan ikan paus terbesar di dunia yang hingga mencapai 3,000 ekor pertahun. 

4. The Mahuzes, Tanah Ulayat yang Terancam

https://www.youtube.com/embed/MSVTZSa4oSg

Film ini bercerita tentang Suku Malind tinggal di pelosok Merauke. Merauke adalah kabupaten yang letaknya di wilayah paling timur Indonesia. Luas tanah Merauke sekitar 4,7 juta hektare dan 95.3% adalah hutan. Di Merauke terdapat beragam jenis suku, salah satunya Suku Malind. Suku Malind pun memiliki beragam marga. Mahuze adalah salah satunya.

Seperti halnya suku-suku Papua lainnya yang tinggal di pedalaman dan pegunungan, masyarakat Suku Malind adalah kaum pemburu dan peramu. Mereka tidak terbiasa dengan kegiatan bercocok tanam dan beternak. Bagi mereka hutan adalah rahim ibu yang memberikan kehidupan. Dari hutan mereka bisa langsung memperoleh makanan dengan berburu binatang dan memangkur (memanen) sagu. Sebab alam menyediakan segalanya secara gratis.

Namun, semua itu berubah sejak dicanangkannya MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate). Proyek MIFEE mendatangkan investor-investor asing tentunya. Dalam film dokumenter tersebut, Presiden Jokowi mengeluarkan sebuah pernyataan yang cukup mencengangkan. Merauke akan menjadi lumbung pangan dan energi nasional. Maka dari itu perlu penyediaan lahan sekitar 1,2 juta hektare yang digarap dalam kurun waktu 3 tahun untuk merealisasikan hal tersebut. 

Proyek itu ditentang oleh sebagian besar LSM serta NGO asing, pejabat pemerintah setempat, media, suku-suku asli Merauke dan sebagainya. Penduduk asli Papua tersebut akan tercabut akses makanan pokok mereka yaitu sagu digantikan oleh beras, pola kehidupan Suku Malind sebagai kaum pemburu dan peramu akan berganti. Konflik perebutan tanah ulayat (hak adat) serta isu pencemaran terjadi ketika para investor mendapat hak guna dari hutan-hutan tersebut. 

5. Kala Benoa

https://www.youtube.com/embed/QZIZt5VexoM

Film ini mengkritik proses reklamasi di teluk Benoa, Bali. Panorama keindahan laut yang biru dan tenang di Teluk Benoa dalam film menyampaikan pesan bagi para pendukung reklamasi teluk untuk tidak merusak keindahan alam tersebut. Film ini mengambil berbagai sudut pandang mulai dari masyarakat Suku Bajo dan reklamasi ala mereka, pendapat pengusaha wisata hingga pendapat masyarakat Tenganan dan Lombok Timur.

6. Samin vs Semen, Mempertahankan Keindahan alam Rembang yang Terancam Pabrik Semen

https://www.youtube.com/embed/1fJuJ28WZ_Q

Film ini bercerita tentang perlawanan masyarakat Samin yang bermukim di Rembang terhadap pembangunan pabrik semen di daerah mereka. Warga Rembang menolak pembangunan pabrik melakukan demonstrasi dan menggugat di pengadilan untuk menghentikan PT Semen Indonesia. 

Pembangunan pabrik semen tersebut menurut Walhi dapat mengancam cadangan air dan mencemari lingkungan. Mata pencaharian masyarakat Samin sebagai petani terancam dengan berdirinya pabrik semen tersebut. Dalam film dokumenter ini, masyarakat Samin yang menyebut diri mereka sebagai sedulur sikep ini memiliki kearifan lokal serta cara berfikir dan budaya sendiri dibandingkan masyarakat Jawa pada umumnya. 

Film ini juga menyajikan keindahan alam Rembang melalui hamparan persawahan yang hijau dari atas sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Samin, serta beberapa usaha mereka dalam mempertahankan kelestarian alam dari kerusakan yang akan ditimbulkan dari pabrik semen.

7. Huhate, Teknik Memancing Unik dari Maluku

https://www.youtube.com/embed/KuuyQLjrDoM

Film ini bercerita tentang teknik menangkap ikan di kepulauan Maluku. Teknik pole and line yang dikenal dengan huhate adalah teknik memancing di atas kapal yang mengandalkan umpan ikan teri yang ditebar di lautan untuk menangkap ikan Cakalang. Kita bisa menyaksikan keindahan lautan kepulauan Maluku dan serunya memancing ikan, namun juga merasakan bagaimana getirnya kehidupan nelayan Cakalang tersebut di laut.

Selain 7 film dokumenter tersebut, masih terdapat video rangkuman perjalanan dan feature video yang diproduksi oleh Watchdoc selama Ekspedisi Indonesia Biru. Kalian bisa menonton video lainnya di laman Facebook Ekspedisi Indonesia Biru dan kanal Youtube Watchdoc Image. Sudah seharusnya kita menjaga kelestarian alam dan tradisi lokal Indonesia agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Rifqy Zeydan Photo Writer Rifqy Zeydan

Bocah yang ingin berpetualang dalam mimpi-mimpinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya