Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mual saat terkena ac mobil (freepik.com/freepik)
ilustrasi mual saat terkena ac mobil (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Suspensi terlalu empuk membuat mobil seperti memantul

  • Ketidaksinkronan antara mata dan sistem keseimbangan tubuh

  • Kondisi mobil dan gaya berkendara ikut memengaruhi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kenyamanan berkendara sering kali identik dengan suspensi yang empuk. Banyak pengemudi menganggap bahwa semakin lembut suspensi mobil, semakin nyaman perjalanan, terutama di jalan yang tidak rata. Namun, tidak sedikit pula yang justru merasa pusing atau mual ketika berada di dalam mobil dengan suspensi yang terlalu lembut.

Fenomena ini menarik karena secara logika kenyamanan seharusnya membuat tubuh lebih rileks. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa suspensi yang terlalu empuk bisa menimbulkan sensasi tidak stabil. Apa penyebabnya, dan mengapa tubuh bisa merespons dengan rasa mual?

1. Suspensi terlalu empuk membuat mobil seperti memantul

Ilustrasi suspensi mobil (auto2000.co.id)

Suspensi yang terlalu empuk akan menyerap guncangan dengan sangat lembut, tetapi dampaknya justru membuat bodi mobil bergerak naik-turun atau bergoyang berlebihan. Sensasi seperti “memantul” ini membuat tubuh penumpang menerima getaran dalam frekuensi rendah secara terus-menerus. Gerakan vertikal yang berulang inilah yang sering menjadi pemicu rasa pusing atau mual.

Pada mobil keluarga yang memang dirancang agar nyaman, suspensi dibuat empuk untuk mengurangi efek jalan bergelombang. Namun, jika setingannya terlalu lembut, tubuh penumpang seperti terus-menerus digoyang tanpa kendali. Ini berbeda dengan suspensi mobil sport yang lebih kaku sehingga mobil terasa stabil dan minim gerakan tambahan.

2. Ketidaksinkronan antara mata dan sistem keseimbangan tubuh

ilustrasi jendela mobil (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Rasa mual biasanya muncul ketika sensor tubuh menerima dua informasi yang berbeda. Ketika mobil dengan suspensi empuk bergerak, tubuh Anda merasakan adanya goyangan. Tetapi mata Anda—terutama jika fokus pada benda statis seperti layar ponsel atau pemandangan yang tampak stabil—tidak melihat adanya gerakan besar. Perbedaan informasi antara sistem penglihatan dan sistem vestibular (keseimbangan) di telinga bagian dalam inilah yang memicu motion sickness atau mabuk perjalanan.

Suspensi yang terlalu empuk memperparah kondisi ini karena gerakan mobil sulit diprediksi. Tubuh tidak siap dengan perubahan arah goyangan, sehingga sinyal ke otak menjadi kacau. Inilah alasan mengapa banyak orang yang lebih mudah mual ketika duduk di kursi belakang mobil yang suspensinya sangat lembut.

3. Kondisi mobil dan gaya berkendara ikut memengaruhi

ilustrasi sopir (pexels.com/UHGO)

Selain setingan suspensi itu sendiri, kondisi komponen lain seperti shockbreaker yang sudah lemah atau ban tekanan rendah juga dapat membuat mobil terasa terlalu “limbung.” Mobil yang limbung memperbesar efek goyangan, sehingga semakin berpotensi menimbulkan mual. Gaya berkendara pengemudi pun berperan besar, terutama jika sering melakukan akselerasi dan pengereman mendadak.

Jalanan yang tidak rata, kecepatan tinggi, hingga tikungan panjang juga memperkuat gejala ini. Karena itu, meskipun suspensi empuk dirancang untuk kenyamanan, pengaturan yang terlalu lembut justru bisa mengurangi stabilitas dan menciptakan sensasi tidak nyaman bagi sebagian penumpang.

Pada akhirnya, suspensi empuk bukan berarti selalu lebih baik. Kenyamanan harus seimbang dengan kontrol dan stabilitas. Jika mobil Anda terasa terlalu goyang dan sering membuat penumpang mual, ada baiknya memeriksa kondisi shockbreaker atau mempertimbangkan penyetelan ulang agar lebih seimbang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team