Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_6248.jpeg
Kawasan manufaktur VinFast berdiri di atas lahan seluas 335 hektare di Kawasan Industri Dinh Vu – Cat Hai (Hai Phong, Vietnam). (IDN Times/Ilyas Mujib)

Intinya sih...

  • Pabrik VinFast di Subang akan memproduksi model VF3 dengan harga terjangkau dan keuntungan CKD

  • VinFast juga akan memperluas jaringan stasiun pengisian cepat untuk mendukung mobil listrik

  • Kehadiran pabrik VinFast di Subang akan membuka lapangan kerja, menekan harga jual, dan menjawab kebijakan pemerintah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hanoi, IDN Times - Pemerintah Indonesia memastikan tidak akan memperpanjang insentif kendaraan listrik setelah 31 Desember 2025. Namun, produsen otomotif asal Vietnam, VinFast, tidak gentar dengan hal itu. 

CEO VinFast Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto, menyebut pihaknya menyiapkan strategi jangka panjang lewat pabrik perakitan di Subang, Jawa Barat, untuk jadi kunci keberlangsungan bisnis. Menurutnya, sejak awal VinFast menyadari stimulus fiskal ini hanya bersifat sementara. 

“Sejak produk pertama kami masuk ke Indonesia, perhitungan bisnisnya sudah memperhitungkan masa berlaku insentif. Jadi saat fasilitas itu berakhir, kami siap beralih ke produksi CKD di Subang,” ujarnya di Hanoi, Vietnam, pekan lalu.

1. Pabrik di Subang bakal produksi VinFast VF3

Mobil personalisasi VinFast VF3 di VinFast Cube Hall 11 GIIAS 2025, ICE BSD, Tangerang (IDN Times/Anastasia Desire-1579)

Pabrik VinFast berdiri di atas lahan 170 hektare itu direncanakan beroperasi pada akhir 2025 dengan kapasitas awal puluhan ribu. Salah satu model yang sudah dipastikan diproduksi adalah VinFast VF3.

Mini-SUV listrik ini dijual dengan harga mulai Rp192 juta. VF3 juga hadir dengan baterai 18,34 kWh, jarak tempuh 210 km sekali isi, dan motor listrik bertenaga 43,5 hp.

Bagi konsumen, strategi CKD membawa keuntungan nyata. Produksi lokal memungkinkan harga lebih terjangkau meski insentif dicabut.

Selain itu, keberadaan pabrik akan memperkuat layanan purnajual, ketersediaan suku cadang, hingga garansi kualitas yang lebih terjamin. Hal ini penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mobil listrik.

Meski fokus pada Completely Knocked Down (CKD), VinFast tidak menutup kemungkinan masih mendatangkan sebagian model dalam bentuk Completely Built-Up (CBU).

“Mungkin ada beberapa unit yang tetap CBU, tetapi porsinya kecil dan sudah masuk dalam perencanaan bisnis,” kata Kerry.

2. Serap pekerja lokal

Meet and greet session VinFast di Hanoi. (IDN Times/Ilyas Mujib)

Di sisi lain, VinFast tak hanya menyiapkan produksi mobil. Mereka juga berencana memperluas jaringan stasiun pengisian cepat (DC fast charging) di kota-kota besar.

Saat ini, model-model seperti VF e34 dan VF 7 telah mendukung pengisian cepat, dengan kemampuan isi ulang dari 10 persen ke 70 persen hanya dalam 30 menit. Infrastruktur ini akan menjadi bagian penting dari ekosistem EV yang ditawarkan VinFast.

Strategi VinFast membangun pabrik ini dipandang lebih berkelanjutan karena sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal. VinFast menargetkan pabrik Subang menyerap sekitar 1.000 pekerja tahap awal, dengan pelatihan intensif agar SDM Indonesia mampu bersaing dalam industri kendaraan listrik global.

Selain itu, produksi lokal diyakini akan menekan harga jual sehingga konsumen bisa mendapatkan mobil listrik dengan banderol lebih terjangkau. 

Hal ini sekaligus menjawab kekhawatiran pasar soal naiknya harga pasca-insentif dihentikan.

3. VinFast percaya diri bisa bersaing tanpa “tongkat” insentif. 

Kawasan manufaktur VinFast berdiri di atas lahan seluas 335 hektare di Kawasan Industri Dinh Vu – Cat Hai (Hai Phong, Vietnam). (IDN Times/Ilyas Mujib)

VinFast juga menyelaraskan rencana bisnisnya dengan kebijakan pemerintah yang mendorong transfer teknologi dan peningkatan kandungan lokal. Kehadiran pabrik di Subang akan memudahkan pasokan suku cadang, layanan purnajual, serta menjamin keberlanjutan produk di Indonesia.

Kehadiran VinFast di Subang diyakini Kerry, dapat menjawab tantangan tersebut, sekaligus menambah investasi di sektor strategis.

Optimisme ini membuat VinFast percaya diri bisa bersaing tanpa “tongkat” insentif. 

“Kami tidak hanya menjual mobil, tapi membangun ekosistem lengkap agar konsumen Indonesia semakin yakin beralih ke kendaraan listrik,” tutur Kerry.

Dengan skenario ini, VinFast bukan sekadar menyesuaikan diri dengan kebijakan baru, tapi juga memantapkan ambisi menjadi pemain utama di segmen kendaraan listrik Indonesia.

Editorial Team