ilustrasi mengecek komponen rem (freepik.com/prostooleh)
Saat musim hujan, performa sistem pengereman kendaraan sering kali mengalami penurunan karena adanya air yang membasahi komponennya. Nah, menariknya efek hujan pada rem cakram dan rem tromol berbeda. Itu karena desain dan cara kerjanya juga tidak sama. Berikut penjelasannya:
Rem cakram punya desain terbuka yang memungkinkan pembuangan panas dan air lebih cepat. Saat hujan, air yang mengenai cakram bisa segera kering karena rotasi roda membuatnya terlempar keluar. Inilah alasan rem cakram cenderung tetap stabil meskipun terkena air.
Sebaliknya, rem tromol memiliki desain tertutup sehingga lebih terlindungi dari air dan debu. Ketika hujan, sistem ini relatif aman dari cipratan air sehingga kinerjanya bisa tetap stabil. Namun, jika air sudah masuk ke dalam tromol, rem bisa terasa lengket, bahkan terkadang menghasilkan pengereman mendadak yang bikin tidak nyaman.
Dalam kondisi hujan, rem cakram cenderung memberikan pengereman lebih konsisten dan responsif. Sementara itu, rem tromol justru berpotensi menghasilkan suara berdecit atau sensasi tidak mulus saat basah. Perbedaan ini membuat banyak kendaraan modern lebih mengandalkan cakram meski tromol sebetulnya juga masih dipakai di roda belakang karena daya tahannya.
Rem tromol unggul dalam hal ketahanan terhadap kotoran dan cipratan air karena sistemnya tertutup. Namun, kekurangan utamanya ada pada pembuangan panas yang lebih lambat.
Kalau dipakai terlalu lama dalam kondisi berat, tromol bisa overheating. Sebaliknya, rem cakram unggul dalam presisi dan pembuangan panas, tapi butuh perawatan rutin karena lebih terbuka terhadap debu dan air.
Itulah alasan kenapa rem kendaraan terasa lebih pakem saat hujan. Ingat, sensasi rem lebih kuat itu bukan tanda kinerja rem membaik, melainkan kondisi jalan yang menipu. Jadi, tetaplah waspada, jaga jarak, dan gunakan teknik pengereman yang benar agar perjalananmu selalu aman meskipun cuaca tidak bersahabat.