Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memompa ban mobil (vecteezy.com/Panuwat Dangsungnoen)
ilustrasi memompa ban mobil (vecteezy.com/Panuwat Dangsungnoen)

Intinya sih...

  • Perbedaan jenis sensor: langsung dan tidak langsungAda dua jenis sistem TPMS: direct dan indirect. Sistem direct menggunakan sensor fisik di tiap katup ban untuk membaca tekanan secara real time. Sementara sistem indirect hanya mengandalkan perputaran roda (via ABS) dan menghitung selisih rotasi sebagai indikasi ban kempis.

  • Perubahan suhu memengaruhi tekananTekanan angin pada ban sangat sensitif terhadap suhu. Saat suhu dingin, tekanan bisa turun beberapa psi secara alami. Sebaliknya, saat suhu luar sangat panas, tekanan bisa naik cukup tinggi, dan membuat pembacaan sensor tidak stabil.

  • Sensor kotor, lemah, atau sudah ausSensor TPMS, terutama tipe direct, bisa

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sensor tekanan ban atau Tire Pressure Monitoring System (TPMS) menjadi fitur penting di banyak mobil modern. Tujuannya jelas: memberi tahu pengemudi saat tekanan ban kurang dari batas aman. Tapi yang sering terjadi, indikator TPMS justru nyala padahal ban masih terasa normal, atau malah tidak nyala saat ban sudah kempis. Jadi, kenapa sensor tekanan ban sering terasa tidak akurat?

Ketidakakuratan ini bisa bikin bingung dan bahkan menimbulkan rasa was-was saat berkendara. Apakah bannya benar-benar kurang angin? Atau justru sensornya yang error? Supaya nggak salah langkah, kamu perlu tahu dulu cara kerja TPMS dan kenapa sistem ini kadang suka ‘drama’.

1. Perbedaan jenis sensor: langsung dan tidak langsung

ilustrasi memasang ban mobil (unsplash.com/Benjamin Brunner)

Ada dua jenis sistem TPMS: direct dan indirect. Sistem direct menggunakan sensor fisik di tiap katup ban untuk membaca tekanan secara real time. Sementara sistem indirect hanya mengandalkan perputaran roda (via ABS) dan menghitung selisih rotasi sebagai indikasi ban kempis. Nah, sistem indirect ini sering kali jadi biang ketidakakuratan karena tidak benar-benar mengukur tekanan, hanya mendeteksi perbedaan rotasi. Akibatnya, bisa saja indikator nyala saat tekanan masih aman, atau justru tidak nyala saat satu ban mulai kempis pelan-pelan.

2. Perubahan suhu memengaruhi tekanan

Illustrasi memegang alat pengukur tekanan ban mobil (pinterest.com/Jessi - Motherhood, Food, and More)

Tekanan angin pada ban sangat sensitif terhadap suhu. Saat suhu dingin, tekanan bisa turun beberapa psi secara alami. Misalnya, saat kamu parkir mobil semalaman, lalu pagi-pagi nyalakan mesin, sensor bisa langsung memberi peringatan tekanan rendah. Padahal setelah mobil jalan dan suhu ban naik, tekanan kembali normal. Sebaliknya, saat suhu luar sangat panas, tekanan bisa naik cukup tinggi, dan membuat pembacaan sensor tidak stabil. Inilah sebabnya TPMS kadang terlihat “plin-plan”.

3. Sensor kotor, lemah, atau sudah aus

ilustrasi mengganti ban mobil (pexels.com/yura)

Sensor TPMS, terutama tipe direct, bisa mengalami penurunan akurasi seiring waktu. Debu, lumpur, atau air yang masuk ke katup bisa membuat sinyal terganggu. Baterai di dalam sensor juga punya umur pakai, biasanya 5–7 tahun. Kalau sudah melemah, sensor akan mengirim sinyal yang lambat atau bahkan salah. Selain itu, jika kamu baru ganti ban atau velg aftermarket tanpa memindahkan sensor bawaan, maka sistem TPMS bisa kacau dan menampilkan peringatan terus-menerus.

Kesimpulannya, sensor tekanan ban memang fitur canggih, tapi tetap punya keterbatasan. Ketidakakuratan bisa terjadi karena sistem yang hanya menghitung rotasi roda, efek suhu lingkungan, atau kondisi fisik sensor itu sendiri. Maka dari itu, meskipun mobilmu sudah dilengkapi TPMS, penting untuk tetap memeriksa tekanan ban secara manual secara rutin—terutama sebelum perjalanan jauh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team