ilustrasi mobil bekas (pexels.com/siddant kanthi)
Berbeda dengan mobil keluarga populer, pasar mobil mewah bekas cenderung niche. Calon pembeli lebih sedikit, sehingga sedikit perubahan sentimen bisa memukul harga. Ketika tren bergeser—misalnya dari sedan besar ke SUV, dari mesin besar ke hybrid/EV, atau dari warna tertentu ke warna netral—model yang “out of trend” cepat turun nilainya.
Di sisi lain, generasi baru biasanya hadir dengan fitur keselamatan, infotainment, dan efisiensi yang jauh meningkat. Perbedaan terasa besar, sehingga generasi lama terlihat “ketinggalan zaman” meski masih nyaman. Ditambah rumor biaya perawatan, isu reliability, atau stigma “mobil mantan orang kaya yang dijual karena mahal rawatnya”, harga makin rentan jatuh.
Pada akhirnya, harga mobil mewah bekas terjun bebas karena pasar menghargai kenyamanan dan status, tetapi juga menghukum risiko. Jika Anda ingin membeli mobil mewah bekas, kuncinya adalah memilih model dengan reputasi perawatan baik, riwayat servis rapi, dan memperhitungkan biaya kepemilikan sejak awal—biar senyumnya tidak hilang saat tagihan bengkel datang.
Untuk penjual, menjaga value berarti disiplin: servis tepat waktu, simpan invoice, hindari modifikasi ekstrem, dan jaga interior. Saat menjual, pilih timing ketika unit sejenis tidak sedang menumpuk di pasar agar harga tidak saling banting.