Ilustrasi pabrik Toyota (global.toyota.com)
Toyota pertama kali menggunakan prinsip Kaizen setelah Perang Dunia Kedua. Taiichi Ohno, mantan Wakil Presiden Eksekutif Toyota Motor Corporation (TMC), mengatakan salah satu penerapan Kaizen dalam produksi adalah dengan bertanya “kenapa” sebanyak lima kali dalam setiap masalah.
Seperti halnya saat robot pengelasan yang berhenti di tengah operasi produksi mobil. Ohno bertanya dengan awalan “kenapa” dan menemukan inti masalahnya yakni tidak adanya filter pada pompa yang membuat ada serutan logam menghambat robot pengelasan tersebut.
Contoh lain pentingnya prinsip Kaizen adalah ketika sistem produksi di awal tahun 1950 menghadapi masalah limbah sisa perakitan pada jalur produksi. Ohno berpikir bagaimana cara menghilangkan limbah tersebut.
Saat itu dalam sistem produksi, setiap komponen yang selesai digunakan dipindah ke tahap berikutnya. Karyawan tidak saling berkomunikasi mengenai kebutuhan mereka. Sehingga ada komponen yang tidak terpakai dan menjadi limbah.
Ohno pun sadar bahwa akan lebih efisien jika seorang karyawan menginformasikan ke pekerja sebelumnya komponen apa saja yang dibutuhkan. Masalah ini akhirnya teratasi dengan formula ‘supermarket’ di mana pekerja mengambil komponen sesuai kebutuhannya saja.